TENTANG panggilan Bunda Cinta, perempuan yang beberapa kali mengikuti pendidikan di luar negeri ini mengungkap, itu berawal dari plesetan. “Shinta diplesetkan jadi Cinta. Dan ternyata, nama plesetan itu membawa
saya menjadi seperti sekarang,” katanya.
Hijrah dari Bandung ke Yogya ternyata membawa berkah dan mengantarkan Shinta menjadi praktisi psikologi yang cukup terkenal. Dia mengungkap, saat itu ada sesuatu yang mengharuskan dia dan suami pindah ke Yogya.
Hikmah dari petistiwa tersebut mengantar Shinta mendalami ilmu psikologi dan kemudian mengantarkan dia menjadi pembicara seminar tenang banyak tema ditinjau dari kacamata psikologi. Mulai seminar tentang parenting,
pendidikan, seminar soal industri. Bahkan dia menjadi dosen pengampu psikologi klinik di sebuah perguruan tinggi.
“Bekal saya ilmu psikologi. Saya pun tidak pernah mengaku sebagai psikolog. Namun saya menjadi praktisi psikologi. Tentang tema-tema yang saya bawakan dan tidak fokus hanya pada satu topik. Semua hal bisa
dibahas dengan kacamata psikologi. Yang penting banyak membaca dan belajar dari enomena,” jelasnya.
Shinta mengungkap, ketika ditawari menjadi dosen mata kuliah psikologi klinik, dia pernah keberatan, karena merasa bukan kompetensinya. Namun pihak perguruan tinggi tetap mendesak agar Shinta mau menerima tawaran
itu, dengan pertimbangan, materi bisa dipelajari sambil jalan. “Ternyata benar. Sambil jalan, saya belajar tentang ilmu psikologi klinik dan ternyata saya bisa melaksanakan tugas tersebut. Intinya, semua ilmu bisa
dipelajari, asal punya kemauan,” tegasnya.