Cegah Stunting, UAA Bersama 14 PT Mitra Menginisiasi Pemetaan Produk Pangan Lokal

user
Danar W 29 Desember 2022, 10:59 WIB
untitled

Krjogja.com - STUNTING merupakan salah satu permasalahan gizi kronis yang perlu segera diatasi, karena kondisi stunting yang dialami oleh anak-anak dapat mengakibatkan dampak jangka panjang berupa penurunan kemampuan kognitif dan produktivitas kerja. Upaya percepatan penurunan stunting telah menjadi program nasional yang dicanangkan oleh Presiden, dengan target angka stunting menjadi 14% di tahun 2024. Terkait dengan hal tersebut, Universitas Alma Ata Yogyakarta bersama 14 peguruan tinggi mitra di Jawa Tengah menginisiasi suatu program yang bernama GONG CETING (Gotong Royong Cegah Stunting), yang merupakan kolaborasi antara perguruan tinggi, BKKBN, pemerintah daerah, dan masyarakat, yang bertujuan untuk membantu upaya pemerintah dalam percepatan penurunan stunting.

Program GONG CETING (Gotong Royong Cegah Stunting) sebagai salah satu kegiatan yang didanai oleh pemerintah melalui platform KEDAIREKA (Kerjasama Dunia Usaha dan Kreasi Reka) Program Matching Fund Kemendikbud Ristek Tahun 2022, telah berhasil melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mengurangi risiko dan pencegahan terjadinya stunting. Salah satu kegiatan tersebut adalah melakukan pemetaan dan pengembangan produk pangan lokal pencegah stunting dari 14 Kabupaten di Jawa Tengah.

Kegiatan ini diawali dengan melakukan pemetaan pangan lokal, melalui penggalian data jenis-jenis bahan pangan yang dihasilkan di setiap kabupaten. Informasi dapat diperoleh melalui observasi langsung, menggunakan data sekunder di tingkat desa, maupun hasil wawancara dengan masyarakat setempat. Setelah pemetaan selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan focus group discussion (FGD) yang melibatkan dinas terkait (Dinas Ketahanan Pangan/Dinas Pertanian dan Pangan/Dinas terkait lainnya) dan perwakilan dari masyarakat, untuk mendiskusikan dan menyepakati jenis bahan pangan yang akan dikembangkan menjadi produk pangan lokal pencegah stunting. Pemanfaatan bahan pangan lokal sumber protein menjadi yang diutamakan disini karena protein merupakan zat gizi yang penting dalam pencegahan stunting.

Jenis pangan lokal yang telah disepakati dalam FGD selanjutnya dikembangkan menjadi suatu produk pangan dengan pendampingan dari perguruan tinggi. Pendampingan dilakukan mulai dari formulasi atau modifikasi formula/resep, sampai dengan perancangan desain kemasan. Dalam kegiatan ini, Universitas Alma Ata mendampingi Kabupaten Magelang, sementara perguruan tinggi konsorsium seperti Universitas Kristen Satya Wacana mendampingi Kabupaten Boyolali, STIKES Kendal mendampingi Kabupaten Kendal, Universitas An-Nuur Grobogan dan Poltekkes Kemenkes Semarang (Kampus Blora) mendampingi Kabupaten Blora, Universitas Negeri Semarang mendampingi Kabupaten Brebes, ITEKES Cendekia Utama Kudus mendampingi Kabupaten Demak, Poltekkes Kemenkes Semarang mendampingi Kabupaten Jepara, Universitas Muhammadiyah Semarang mendampingi Kota Tegal, Universitas Diponegoro mendampingi Kabupaten Grobogan, Universitas Jenderal Soedirman mendampingi Kabupaten Pekalongan, Universitas Pekalongan mendampingi Kabupaten Pemalang, Universitas Ngudi Waluyo mendampingi Kabupaten Sragen, Universitas Sains Al Qur'an Wonosobo mendampingi Kabupaten Wonosobo, serta Universitas Muhammadiyah Surakarta dan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta mendampingi Kabupaten Klaten.

Dari kegiatan ini, dihasilkan beraneka ragam produk pangan lokal yang bisa dijadikan andalan daerah dalam pengentasan stunting dan dapat juga dikembangkan sebagai produk oleh-oleh andalan kabupaten di Jawa Tengah. Beberapa produk yang dihasilkan yaitu dari Kabupaten Pemalang mengembangkan produk “Nagating” (Nugget Singkong & Daun Kelor Pencegah Stunting), Kabupaten Blora dengan produk “Kukinama” (Kukis berbahan dasar daun pepaya/ kelor, Nugget lele, Abon ayam dan Manisan), Kabupaten Kendal dengan aneka produk olahan ikan bandeng dengan masakan presto, otak otak bandeng, pepes, stik finger food dan abon bandeng.

Selanjutnya pengembangan produk di Kabupaten Sragen menghasilkan nugget lele dengan fortifikasi daun kelor, di Kabupaten Magelang menghasilkan finger food ‘Jahis Tepis’ dengan bahan dasar tepung pisang dan telur, Kabupaten Boyolali memproduksi olahan tepung pisang, Kabupaten Brebes dengan produk Nori dan Puding Rumput Laut, Kabupaten Demak dengan nugget ikan kembung dan teh daun kelor. Selain itu, potensi singkong dan umbi gembili di Kabupaten Jepara dikembangkan menjadi produk pangan Senteling (Campuran Ketela Pohon dan Umbi Gembili dibuat menjadi seperti kroket), sementara Kota Tegal mengembangkan formula produk schotel ikan. Kabupaten Grobogan menghasilkan produk bakpao singkong/ubi dengan varian kacang hijau dan ayam, serta Kabupaten Pekalongan berupa formula abon lele dan stik singkong atau nugget lele fortifikasi singkong. Sementara itu, Kabupaten Wonosobo mengembangkan produk berupa Dimsum Lele, dan di Kabupaten Klaten potensi bahan pangan jagung dan ikan lele dikembangkan menjadi produk berupa nugget jagung dengan fortifikasi ikan lele.

Dari berbagai inovasi pengembangan produk pangan lokal tersebut disusun pula buku formulasi/resep pangan lokal dari 14 Kabupaten di Jawa Tengah. Diharapkan, buku formulasi produk pangan lokal tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat dalam membuat menu makanan bagi keluarga terutama anak-anak, agar terpenuhi kebutuhan gizi yang seimbang sehingga mendukung upaya pencegahan kejadian stunting di Provinsi Jawa Tengah. (apt. Annisa Fatmawati, M.Farm, Dr. Veriani Aprilia, S.TP., M.Sc serta Dr. Yhona Paratmanitya, S.Gz., MPH, RD)

Kredit

Bagikan