Pesan Bunda Cinta Terhadap Banyaknya Perokok Anak, Jauhkan Tontonan Orang Tua Merokok

user
Primaswolo Sudjono 23 Januari 2023, 02:23 WIB
untitled

Krjogja.com - YOGYA - Anak-anak perlu dijauhkan dari tontonan para orang tua, saudara yang merokok. Agar nasehat dari guru di sekolah bisa lebih efektif mencegah anak-anak untuk tertarik merokok. Langkah ini perlu dilakukan sebagai upaya menekan laju peningkatan prevalensi anak merekok.

Pesan tersebut disampaikan Praktisi Psikologi Shinta Bunda Cinta, MSi, MA terkait perkembangan peningkatan terus menerus prevalensi anak merokok. "Rasanya tak ada artinya anak-anak mendengar dari gurunya bahwa zat di dalam rokok sangat berbahaya, tetapi di rumah dia melihat bapak, kakek, paman dan juga tetangganya merokok setiap hari," ujarnya.

Bunda Cinta yang telah malang melintang membagi tips tentang penanganan keluarga dan anak mengaku miris dengan kenyataan bahwa angka prevalensi perokok anak di Indonesia beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan. Namun keprihatinan tidak cukup, tanpa upaya menjadikan para anak-anak menjadi generasi yang unggul di kemudian hari. Termasuk menjauhan anak-anak melihat orang dewasa merokok.

Baca Juga

Lokasi 4 Persimpangan ETLE di Yogya, Langgar Marka Jalan Terbanyak

10 Gudeg Legendaris di Jogja untuk Nostalgia

Keprihatianan terhadap naik terus prevalensi perokok anak berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) dari BPOM menyebutkan ada 3 dari 4 orang mulai merokok di usia kurang dari 20 tahun.

Kementerian Kesehatan telah merelease ungkapan keprihatinan atas meningkatnya jumlah perokok anak. Data menunjukkan, prevalensi perokok anak terus naik setiap tahunnya, pada 2013 prevalensi perokok anak mencapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80% tahun 2016, 9,10% tahun 2018, 10,70% tahun 2019. Jika tidak dikendalikan, prevalensi perokok anak akan meningkat hingga 16% di tahun 2030. Tingginya prevalensi perokok pemula akan menghasilkan generasi muda yang tidak unggul

Menurut Bunda Cinta, penguatan dari dalam keluarga juga bisa dimulai dengan melancarkan kembali komunikasi dan simpul-simpul kasih sayang antara semua anggota keluarga, karena bisa jadi merokok merupakan pelarian bagi anak atau remaja untuk mencari perhatian ataupun eksistensi diri di tengah teman-temannya.

Dikemukakan, peningkatan prevalensi perokok anak dan remaja tak akan bisa dibendung jika rayuan tentang rokok lebih sering dilihat dan didengar anak. Jadi yg penting adalah bagaimana semua pihak bisa bersatupadu mencegah masalah ini. Bukan hanya bahaya sebagai perokok aktif, anak sebagai perokok pasif juga sangat memprihatinkan, terutama dampaknya di masa-masa mendatang. Pemerintah, pengusaha, pendidik, keluarga dan juga masyarakat semua harus satu kata, tujuannya satu, yaitu demi terwujudnya Generasi Indonesia yang Berkualitas.

Bunda Cinta mengharapkan langkah-langkah pencegahan dari Tiga Unsur Pendidikan, yaitu pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di sekolah-sekolah, semakin digencarkan pemberian edukasi bahaya dan resiko merokok, zat berbahaya, efek samping, dll. Dari pihak keluarga dan masyarakat mari kita saling bergandengtangan satukata dengan sekolah bahwa merokok itu berbahaya.

Terkait peningkatan prevelensi perokok anak, Ketua MPR Bambang Soesatyo sudah mendesak pemerintah dalam hal ini Kementrian Perindustrian dan Perdagangan untuk menyikapi hal tersebut. "Penting sekali untuk terus dipantau sejauh mana regulasi tentang pembatasan usia pembelian rokok, juga pembatasan iklan rokok di berbagai media," ujar Bunda Cinta

Ia mengajak semua pihak melakukan sesuatu untuk mengembalikan mereka menjadi generasi unggul dan berkualitas, khususnya generasi yang bebas dari rokok dan obat-obatan terlarang.(Jon)

Kredit

Bagikan