'Isi Piringku Kaya Protein Hewani' Program Percepatan Penurunan Stunting
Agusigit
25 Januari 2023, 01:04 WIB

Ilustrasi. Foto: Ist
SAAT ini Indonesia dihadapkan pada masalah stunting yang tergolong cukup tinggi jika dibandingkan negara-negara lain, terutama negara-negara ASEAN. Berdasarkan hasil SSGI tahun 2021, menunjukkan bahwa jumlah rata-rata nasional balita stunting sebesar 24,4% padahal angka tersebut ditargetkan turun menjadi 14% pada tahun 2024. Hal ini membuat pemerintah mengajak berbagai sektor untuk bekerjasama melakukan gerakan yang dapat mempercepat penurunan angka stunting.
Stunting berdampak buruk bagi bangsa sebab generasi penerus bangsa yang mengalami stunting akan terganggu perkembangan otak yang berimbas pada penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Bahkan dampak jangka panjang stunting yang timbul berupa penurunan kemampuan kognitif, penurunan kekebalan tubuh, serta munculnya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan syndrome metabolic pada saat dewasa seperti diabetes melitus, obesitas, penyakit jantung, dan lain-lain.
Seperti yang kita ketahui, kualitas makanan yang rendah dan cara pemberian makanan yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab stunting. Kualitas makanan rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan hewani yang rendah, makanan tidak mengandung gizi yang cukup, dan makanan komplementer yang mengandung energi rendah.
Salah satu upaya percepatan penurunan angka stunting di Indonesia yang dilakukan pemerintah yaitu dengan menggalakkan peningkatan konsumsi protein hewani di masyarakat melalui pengenalan slogan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani ” pada peringatan Hari Gizi Nasional ke-63 tahun 2023 ini.
Konsumsi protein hewani yang masih rendah seperti konsumsi ikan yang baru mencapai 55,37 kg, daging ayam 6 kg, dan daging sapi 0,5 kg per kapita per tahun menjadi perhatian banyak pihak sebab konsumsi protein hewani yang tinggi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita dapat membantu mencegah terjadinya stunting.
“Isi Piringku” yang sering dikampanyekan secara umum menggambarkan porsi makanan dalam satu piring yang terdiri dari 30% makanan pokok, 20% lauk pauk, 30% sayur, dan 20% buah. Lauk pauk terdiri dari lauk hewani dan lauk nabati. Melalui slogan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani” diharapkan terdapat lauk hewani setiap makan makanan utama. Sebab lauk hewani kaya akan kandungan protein, mineral seperti zat besi, dan vitamin yang mudah diserap tubuh. Protein merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk jaringan, sel, dan enzim. Protein dapat diperoleh dari berbagai sumber, termasuk lauk hewani seperti daging, ayam, ikan, dan telur.
Protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap.
Protein dibutuhkan oleh tubuh untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, seperti otot, tulang, kulit, darah, dan organ. Protein juga berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Protein dapat membantu meningkatkan tinggi badan anak, khususnya saat masa pertumbuhan. Selain itu, protein juga dibutuhkan untuk memproduksi enzim dan hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kemampuan tubuh untuk menyerap dan menggunakan protein juga penting untuk menjaga kesehatan.
Oleh karena itu, dalam pemberian makanan pada anak, harus diperhatikan asupan protein yang cukup dan berkualitas, khususnya pada masa-masa pertumbuhan.
Tidak dipungkiri bahwa lauk hewani mahal harganya dibanding bahan makanan yang lain. Namun, pemilihan bahan makanan lokal dapat dijadikan alternatif sehingga kualitas gizi pada makanan yang dikonsumsi dapat meningkat dan ekonomis. Salah satu contoh pengenalan pemanfaatan bahan lauk hewani lokal dalam gerakan percepatan penurunan angka stunting yaitu pengenalan modifikasi resep ichotel (ikan schotel) menggunakan ikan lokal di daerah Tegal.
Kegiatan tersebut dilakukan para dosen dan mahasiswa Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang pada KKN Kedaireka Tematik Stunting yang bekerjasama dengan pemerintah kota Tegal pada bulan Oktober-November 2022 silam. Pemilihan sumber makanan hewani yang bersifat lokal tidak hanya meningkatkan kualitas gizi makanan, namun juga sebagai upaya mewujudkan kedaulatan pangan masyarakat.
Kedaulatan pangan merupakan pemenuhan pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai dengan budaya lokal, serta diproduksi secara berkelanjutan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional. Ketahanan pangan Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan peringkat yaitu 69 pada tahun 2021 menjadi peringkat 63 di tahun 2022 dari 113 negara. Pada masa yang akan datang, Indonesia diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan ketahanan pangan, namun juga mewujudkan kedaulatan pangan.*
Penulis:
Hersanti Sulistyaningrum SGz MGz
(Dosen Prodi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan (Fikkes) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
BERITA TERKAIT
Wajah Teddy Bear Tergambar di Planet Mars
Ferry Irawan Mengaku Pasrah
Ratusan Pohon Ganja Tertanam di Obyek Wisata
Mantan Pelatih Timnas, Benny Dollo Meninggal Dunia
DED Pasar Kartasura, Segera Terealisasi Pembangunan
Harimau Lapar Mangsa Dua Petani
Bai Nian, Tradisi Silaturahmi Warga Tionghoa yang Terus Dilestarikan
Tetap Waspada! Sukoharjo Tingkatkan Capaian Vaksinasi Booster Kedua
Ganjar Luncurkan Program Beras untuk Ibu Hamil
Pengembangan Motor Listrik Masuk RKPD 2024
UPTD BLK Disperinaker Sukoharjo Buka Pelatihan Kerja Gelombang I
Gagal Bercinta Gara-gara Menolak Pakai Kondom, Pemuda Tikam PSK Remaja
Polres Boyolali Siap Tindak Tegas Pengguna Knalpot Blombongan
Kapolres Pastikan Isu Penculikan Anak di Purbalingga Hoaks
Rambut Kering Masalah Utama Perempuan Indonesia
Bersifat Multidimensi, Pengentasan Kemiskinan DIY Perlu Strategi ‘Cespleng’
Indonesia Siap Gelar Rangkaian ATF 2023 di DIY
Kontribusi Koperasi Terhadap PDB di Indonesia Masih Rendah
Terkait Produk Hasil Defortasi, Indonesia-Malaysia Siap Lawan Uni Eropa
Siswa PKL SMKS Perindustrian Yogyakarta Kini Dapat Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan
Jatuh 5 Februari 2023, Begini Sejarah Tradisi Cap Go Meh