Sinergitas Desa Wisata dan UMKM Dalam Pengembangan Potensi Wilayah

user
Tomi Sujatmiko 29 Januari 2023, 10:41 WIB
untitled

Krjogja.com - Peranan penting dimainkan oleh desa wisata sebagai salah satu penggerak ekonomi wilayah (Wiweka et al., 2021). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyampaikan jika desa wisata dan ekonomi masyarakat akan bertemu dalam sebuah “Payung” bernama pariwisata.

Banyaknya diskusi serta kegiatan yang melibatkan Pemerintah, Perguruan Tinggi, pihak swasta, pengelola wisata serta para pelaku usaha semakin memperkuat potensi tersebut. Perkembangan pariwisata saat ini menjadi daya tarik dalam merangsang munculnya berbagai potensi industri pendukung pariwisata. Melihat situasi tersebut, tidak salah jika pariwisata dan pelaku usaha (UMKM) mendapat perhatian lebih, termasuk sektor ekonomi kreatif (Sulistyo, 2020). Berbagai kebijakan disusun untuk mengangkat kedua sektor tersebut agar lebih berkembang dan siap menghadapi berbagai perubahan, khususnya pasca pandemi.

Desa wisata menjadi salah satu sektor pariwisata yang semakin menunjukan eksistensinya. Desa wisata dimaknai sebagai bentuk hubungan antara daya tarik, akomodasi serta fasilitas lain yang ditawarkan dalam sebuah sistem kehidupan masyarakat yang terus dijaga (D. Muhammad et al., 2020). Perkembangan desa wisata semakin kompetitif, keadaan tersebut terlihat dari berbagai potensi yang dimiliki dalam menarik kunjungan wisatawan (Aly et al., 2021; H. Demolinggo et al., 2020). Aktivitas positif tersebut membuka peluang hadirnya pelaku UMKM dalam upaya sinergitas menciptakan ekonomi-pariwisata berkelanjutan. Kedua sektor tersebut, baik desa wisata maupun UMKM harus mampu memiliki daya tarik utama, pendukung ataupun keunggulan tersendiri.

Data yang dirilis oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY diakhir tahun 2022, jumlah pelaku usaha di DIY berkisar lebih dari 300.000 dan terbagi menjadi beberapa kelas baik mikro, kecil, menengah ataupun besar (SiBakul Jogja, n.d.). Melihat data tersebut, berbagai potensi harus dijaga agar menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dan bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.

Kreatifitas serta inovasi dari pengelola desa wisata dan pelaku usaha wajib dimiliki serta terus dikembangkan. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah, pihak swasta, Perguruan Tinggi dan pihak lain berupaya melakukan pendampingan intensif. Berbagai program terus dilakukan, seperti kegiatan pelatihan, pendampingan legalitas usaha hingga berbagai program masterpiece seperti “Si Bakul” dan layanan Free Ongkir bagi pelaku UMKM dalam upaya menciptakan pengelolaan berkelanjutan.

Berbagai kebijakan tersebut dilakukan sebagai langkah penguatan sektor pariwisata dan UMKM. Disisi lain, pelaku pariwisata dan UMKM tidak serta merta hanya diam menjadi objek saja, namun juga harus mampu mengambil dan menjalankan peran sesuai kapasitasnya (Pakpahan, 2020). Berbagai program yang diperoleh, harus memperkuat posisi daya tarik wisata dan produk yang dihasilkan.

Desa wisata harus berbenah, sama seperti pelaku usaha yang terus menghasilkan produk berkualitas. Sebagai potensi baru dalam bidang pariwisata, desa wisata memainkan peran strategis sebagai saluran distribusi produk. Salah satu program penunjang yang dimunculkan oleh pemerintah yaitu one village one product (OVOP) menjadi salah satu bukti keseriusan. Bukan hanya fokus pada program tersebut, namun juga memunculkan berbagai potensi wilayah yang dimiliki. Menarik dilihat, bagaimana semua desa wisata saling meningkatkan kualitas malalui daya tarik yang dimiliki (Li et al., 2021). Klasterisasi penilaian desa wisata perlu diperhatikan oleh para pengelola.

Mengacu pada (Muhammad et al., 2020), tipe desa wisata dapat dibagi kedalam beberapa tingkatan, yaitu vakum, rintisan, tumbuh, berkembang dan mandiri. Setiap tipe desa wisata yang ada berasal dari skema penilaian berbagai indikator seperti: 1) sumber daya manusia, kelembagaan dan regulasi; 2) kemitraan; 3) pelestarian lingkungan; 4) peran serta masyarakat; 5) daya tarik wisata; 6) aksesibilitas; 7) amenitas pendukung; 8) promosi dan pemasaran; 9) kinerja desa wisata; dan 10) mitigasi penanggulangan bencana.

Sebagai sektor penting dan strategis, tidak salah jika kita menaruh harapan besar. Kolaborasi dalam menjalankan berbagai program tersebut haruslah manjadi prioritas utama. Pengelolaan desa wisata yang baik, akan memberikan dampak yang sangat besar bagi pemberdayaan perekonomian masyarakat.

Meningkatnya kepedulian dalam menghasilkan sesuatu yang menarik, menjadi keunggulan tersendiri yang akan dipilih oleh wisatawan. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan wisatawan dan konsumen, haruslah menjadi tujuan utama dalam pengelolaan pariwisata dan UMKM bukan hanya mengejar keuntungan finansial semata. (*)

Agung Sulistyo (Pengajar Mata Kuliah Manajemen Pemasaran, STIPRAM Yogyalarta dan Mahasiswa Program Doktor Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Kredit

Bagikan