Tinggi! Angka Kanker pada Anak di Indonesia

Ilustrasi
Krjogja.com - TAHUN 2020 hasil riset menyebutkan ada 8.677 anak Indonesia berusia 0-14 tahun yang menderita kanker. Jumlah kasus kanker pada anak ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Agensi Internasional untuk Riset Kanker (IARC).
“Namun seringkali penderita kanker datang dalam kondisi yang sudah terlambat, jumlah kanker pada anak mengalami peningkatan setiap tahunnya disebabkan sulitnya mendeteksi kanker pada anak,” Ujar Dita Windarofah, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Continuing Medical Education (CME) FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya tingginya kasus kanker pada anak karena anak belum tentu dapat mengemukakan keluhannya layaknya orang dewasa, ditambah belum dapat diandalkannya metode screening mendeteksi kanker pada anak. Kondisi ini membuat peran orang tua, masyarakat, kader dan petugas Kesehatan sangat penting untuk mengetahui gejala kanker pada anak sejak dini.
"Deteksi kanker pada anak dapat tercapai apabila kesadaran akan gejala kanker dapat dirasakan oleh keluarga dan penyedia layanan primer. Selain itu, juga harus dilakukan evaluasi klinis, diagnosis dan penentuan stadium yang akurat dan tepat waktu, serta harus ada akses untuk segera melakukan pengobatan," katanya.
Senada juga diungkapkan Sri Mulatsih salah satu tanda belum maksimalnya deteksi dini kanker pada anak itu karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan. Ditambah akses perawatan primer yang terbatas, penilaian klinis yang tidak akurat, keterlambatan diagnosis, koordinasi yang buruk, masalah finansial, dan lain sebagainya.
“Sehingga Langkah yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan kesadaran dan mulai mengakses perawatan. Selain itu juga harus ada evaluasi klinis, diagnosis dan pementasan,” ujar Sri
Menurutnya, dengan adanya keterlambatan diagnosis ini menjadi penyebab rendahnya usia harapan hidup penderita kanker anak. Sehingga perlu ada tiga langkah diagnosis dini yang sangat penting.
“Kesadaran dan akses perawatan; diagnosis dan staging; serta akses terapi, sangat diperlukan untuk melakukan 3 langkah diagnosis dini. Selain itu, monitoring dan evaluasi program juga sangat diperlukan,” kata Sri.(*)
BERITA TERKAIT
Mahfud Md Tantang Balik DPR RI Terkait Transaksi Rp 349 T
Konfrontasi Amerika - China Tinggal Menunggu Waktu
Begini Kata Tetangga tentang Dampak dari Ledakan Hebat Obat Petasan di Kaliangkrik
Kepala PPATK Bakal Dipolisikan Karena Bocorkan Hal Ini
THR Cair Lebih Cepat, Mudik Lancar
Jalin Kerjasama dengan SMAN 1 Sayegan, SMP Muhi Yogyakarta Serius Siapkan Kelas SBO
Ledakan Hebat Obat Petasan di Kaliangkrik Magelang, 1 Tewas, 5 Rumah Rusak Berat
Rumah Hancur Akibat Ledakan Obat Petasan
Ormas yang Ganggu Toleransi di Yogyakarta Bakal Disikat, Ini Janji Kapolda DIY
Polda Jateng Bakal Tegas Hadapi Aksi Perang Sarung
Awal Ramadhan, Ditemukan Rumah Warga Digunakan Berjualan Miras
Tiga Awak Hilang, Kapal Pengangkut BBM Pertamina Terbakar
PPIH Bidang Kesehatan Diminta Fokus Layani Jemaah Haji
Rusia Akan Menempatkan Senjata Nuklir Taktis di Belarus
Perang Sarung Marak Dimana-mana, Begini Fakta Sesungguhnya
Yakinkan Masyarakat, KPK Berjanji Tak Akan Lepas Kasus Rafael
Polisi Tangkap Pelaku Pengeroyokan di Jalan Tentara Mataram, Niatnya Perang Sarung
Hendak Perang Sarung, Tim Pandawa Polres Sukoharjo Amankan Puluhan Remaja
Soal Larangan Bukber, Mahfud MD: Belum Dengar Pak Jokowi Mau Mencabut
Angin Kencang, Atap Beberapa Rumah Warga Desa Semen 'Mabur'
Mahasiswa Mapala FK UNS yang Tercebur di Goa Beraholo Ditemukan Tewas