Papringan : Jangan Takut Merantau di Yogya

Paguyuban Pringsewu Rantau Jogja dan Jateng (Papringan) saat merayakan HUT ke 7
Krjogja.com - KLATEN - Yogyakarta, sejak dulu kala adalah kota tujuan merantau, khususnya untuk meraih pendidikan berkualitas. Lulusan jogja, hampir pasti "terpakai" di daerah asal, entah sebagai guru, dosen pejabat kepemerintahan dan posisi strategis lain. Semakin lama, dalam cerita menjadi alumni jogja adalah kebanggaan dan menjadi sosok favorit di kampung halaman.
Berubahnya waktu, karena sekolah dan perguruan tinggi di daerah daerah seluruh Indonesia mengalami peningkatan kualitas dan dapat meyakinkan bahwa pendidikan di daerah tidak kalah berkualitasnya, juga beberapa kasus "memalukan" di Jogja diekpos besar besar nya maka citra jogja berbahaya dan tidak aman menjadi bahan pertimbangan para orang tua mengirimkan dan mengikhlaskan anak anak nya merantau ke Yogya. "Kami dulu dari pringsewu Lampung, hampir semua anak anak muda menjadikan Kota Jogja sebagai target merantau dan karena sudah berpuluh tahun berada di kota budaya ini sungguh krasan dan rasanya tak mungkin meninggalkan jogja" Kata Rakhmat Riyadi ketua Paguyuban Pringsewu Rantau Jogja dan Jateng (Papringan) saat merayakan HUT ke 7 Papringan, Minggu (5/3) di restoran Bumi Bawana Manisrenggo Kalasan Klaten.
Lebih lanjut Rakhmat yg juga menjabat di wakil ketua kampus Pertanahan di Yogyakarta sangat berharap banyak gerasi muda utk tidak canggung dan takut untuk merantau ke Jogja. "InsyaAllah aman dan menyenangkan dan sampai saat ini apapun murah murah utamanya makanannya" Kata penghoby menyanyi ini.
Pada bagian lain Elly Mahfuzh juga berharap banyaknya kelompok kelompok masyarakat yg berasal dari berbagai daerah di Indonesia, sebagaimana Papringan bisa dijadikan pemerintah daerah sebagai jembatan pembangunan daerah di seluruh Indonesia. "Kami, yang sudah menjadi warga jogja, tapi masih mempunyai saudara dan leluhur di Lampung pasti memiliki ide dan kerja nyata untuk menjaga jogja yg istimewa karenanya manfaatkan kemampuan kami utk Jogja yang istimewa" Kata Elly.
Elly juga berharap kekayaan intelektual para perantau semoga bisa dijadikan modal membangun bangsa, khususnya kota jogja. Selama ini, jiwa perantau itu memiliki sifat tidak mau menyerah dan tidak berhenti sebelum mati. " Dalam bekerja dan bersilaturahmi, para perantau memiliki semangat dan kelebihan energi " Kata dia.
Papringan sendiri selama ini menampung para perantau yang berasal dari Pringsewu. Saat ini Pringsewu sudah menjadi kabupaten dan kota dengan terkenal sebagai kabupaten sejuta lawet. Di sana banyak banget bangunan bangunan burung lawet dan menghasilkan produk berkualitas.
Para perantau yg sudah bertahun tahun tinggal di Jogja, menikah dengan orang asli jogja atau bersama hidup dengan sesama asli Pringsewu ketika ngumpul maka banyak kenangan diungkap saat sama sama di kampung. Ketika ngumpul, mereka layaknya saudara kandung, saling merindu ketemu dan banyak makanan khas lampung dibawa untuk dinikmati bersama.
Karena di Pringsewu ada kebiasaan menyanyi saat ada hajatan, maka ketika ngumpul pun mereka satu persatu menyanyi dengan suara yang merdu bagaikan artis. Papringan tempat para perantau dari Pringsewu Lampung merajut silaturahmi dengan berbagai profesi. Tahun ke 7 Paguyuban itu didirikin banyak program kepedulian dan membangun desa dilakukan. "Membangun kepedulian dengan kampung halaman tak akan dilupakan, walau tetap tinggal di Jogja yang istimewa" Papar Rakhmat. (*)
BERITA TERKAIT
Tim Pemantau Hewan Kurban Diterjunkan Antisipasi Cacing Hati
Standar Bawang Merah dan Pala Indonesia Ditetapkan Jadi Standar Codex
Stunting Bisa Dicegah dengan 4T
Perkuat Peran Perempuan, DPW Unnes Gelar Seminar Pemberdayaan Perempuan
Menaker Apresiasi Perusahaan yang Wujudkan Kenyamanan Bekerja
Kiper Maroko Gagalkan Ambisi Mourinho, Sevilla Rebut Gelar Liga Eropa Kelima Kali
Tren Belajar Baru Self Progress Learning di Era Pasca Pandemi
Target 2030, 6 juta Kendaraan Dikonversi ke Listrik
Justin Hubner Unggah Story di IG berseragam Timnas dengan Emoji, Naturalisasi Lanjut?
Progres Penurunan Stunting Demak Signifikan dengan Pembangunan Lingkungan Sehat
Bantuan Rehabilitasi Rumah Korban Bencana Tak Dikenai Pajak
Ekonomi Nelayan dan Masyarakat Pesisir Terancam Akibat Ekspor Pasir Laut
Penelitian Berakhir pada Publikasi, Warek UAD: Inovasi dan Hilirisasinya Mana?
Magelang Tuan Rumah Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023
Wakapolres Hingga Kapolsek di Polres Sukoharjo Dimutasi
Prioritas Pelayanan Masyarakat, Dibidik Perangkat Desa Malas Kerja
Bhikku Thudong Singgah di Polresta Magelang
Ribuan Umat Katolik Gunungkidul Ikuti Misa Penutupan Bulan Maria
Desa Wisata Bukit Peramun Masuk MURI Sebagai Hutan Digital Berbasis Masyarakat
Bupati Magelang Lepas Calon Jamaah Haji
Pembenahan Lampu 1200 Lux Maguwoharjo Tak Bisa Segera, Ini Alasannya