Vibrator Pertumbuhan Ekonomi

user
Danar W 25 Maret 2023, 05:15 WIB
untitled

Krjogja.com - BEBERAPA hari belakangan ini, berita tentang kondisi perekonomian Indonesia terkait utang dan cadangan devisa dan perekonomian dunia terkait kasus kebangkrutan Silicon Valley Bank dan Signature Bank sebagai raksasa perbankan dunia menghiasi media cetak dan media online. Berbagai berita tersebut seolah-olah saling berhubungan dan dikaitkan dengan ramalan resesi ekonomi dunia di tahun 2023 ini. Tulisan ini akan menjelaskan tentang berbagai kondisi tersebut dan bagaimana vibrasinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Arti kata vibrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah getaran. Dengan demikian, vibrator berarti penggetar. Tema ini dimunculkan berdasar keyakinan bahwa apapun yang dilakukan akan memunculkan vibrasi di semesta. Saat melakukan hal negatif akan memunculkan getaran negatif yang merusak. Sebaliknya, saat melakukan hal positif akan memunculkan getaran positif yang membangun. Oleh karena itu, berbagai kondisi perekonomian Indonesia dan dunia dapat menjadi vibrator terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Vibrator dalam dan luar negeri

Utang pemerintah per 30 Desember 2022 mencapai Rp7.733,99 triliun dengan rasio utang pemerintah menjadi 39,57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal. Dominasi utang pemerintah dalam mata uang domestik (rupiah) yang sebesar 70,75% sebagai strategi pemerintah dalam mengelola utang luar negeri dalam upaya melindungi volatilitas perubahan nilai eksternal Rupiah.

Peningkatan posisi cadangan devisa pada Januari 2023 yang mencapai 139,4 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2022 sebesar 137,2 miliar dolar AS setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Strategi Bank Indonesia dalam menjaga posisi cadangan devisa menjadi salah upaya Bank Indonesia dalam melindungi volatilitas perubahan nilai eksternal Rupiah.

Strategi pemerintah dalam mengelola utang luar negeri dan strategi Bank Indonesia dalam menjaga posisi cadangan devisa menjadi penting bagi stabilisasi perekonomian Indonesia khususnya dalam mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5-5,3%. Sebagai pembanding, ekonomi Indonesia pada tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen (yoy), lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang tumbuh sebesar 3,70 persen (yoy). Kedua strategi ini dapat menjadi hal positif yang akan memunculkan vibrator positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kasus kebangkrutan Silicon Valley Bank dan Signature Bank sebagai raksasa perbankan dunia apabila tidak ditangani dapat menjadi vibrator negatif pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penanganan cepat dan tepat telah dilakukan oleh trio otoritas Amerika Serikat, yaitu Kementerian Keuangan, Bank Sentral AS (Federal Reserve), dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sehingga kepanikan yang terjadi berhenti dan kondisi menjadi stabil.

Kolaborasi dan Sinergi

Hal yang sama juga dilakukan di Indonesia melalui kolaborasi dan sinergi kwartet orotitas Indonesia, yaitu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Kementerian Keuangan. Penanganan cepat dan tepat ini menjadi vibrator positif pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai contoh, Bank Indonesia telah memajukan agenda Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RGD) bulanan yang biasanya pada minggu ke 3, menjadi minggu kedua. Dalam RDG tersebut, Gubernur Bank Indonesia menyampaikan bahwa kondisi moneter Indonesia terkendali meski tetap harus waspada.

Hal yang sama dilakukan juga oleh OJK dalam siaran pers SP 26/GKPB/OJK/III/2023 yang berisi informasi antara lain bahwa setelah krisis keuangan tahun 1998, Indonesia telah melakukan langkah-langkah yang mendasar dalam rangka penguatan kelembagaan, infrastruktur hukum, dan penguatan tata kelola serta perlindungan nasabah yang telah menciptakan sistem perbankan yang kuat, resilien, dan stabil. Kolaborasi dan sinergi antarlembaga otoritas menjadi sangat penting sebagai vibrator pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Dr. Rudy Badrudin, M.Si, Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta dan Peneliti Senior PT Sinergi Visi Utama)

Kredit

Bagikan