KRjogja.com, BANTUL - Dampak El- Nino membuat produktivitas padi 2023 di Bantul mengalami penurunan, meskipun tidak signifikan. Hingga kini masih banyak petani yang tetap menanam padi dan belum ada laporan ada petani gagal panen karena kekeringan.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul Joko Waluyo SPt MSc terkait dengan produktivitas beras di Bantul saat terjadi El nino, Selasa (18/9) Dikatakan Joko, sejak ada informasi dari BMKG tentang El nino Maret- April 2023 DKPP Bantul langsung melakukan koordinasi di lapangan untuk memetakan wilayah yang berpengaruh dengan El nino, terutama di wilayah rawan kekeringan, agar petani bisa mengatur masa tanamannya.
"Tetapi kami tidak memaksakan kepada petani untuk menanam jenis tanaman yang membutuhkan air banyak seperti tanaman padi. Kami tetap memberikan kebebasan kepada petani menanam jenis tanaman disesuaikan dengan sumber air atau kondisi irigasi wilayah setempat. Ini kearifan lokal. Kalau sumber air ada, DKPP mem-back up pompa, kalau tidak ada air ya monggo kami merekomendasi untuk menanam jenis polowijo, bisa jagung, bisa kedele yang tidak membutuhkan air banyak ," papar Joko.
Kami juga menganjurkan untuk menanam padi jenis umur pendek karena di Bantul sudah dibudidayakan padi vareitas IP 400 yang umurnya hanya 80 hari sudah bisa panen. Dengan menanam padi umur pendek bisa mempercepat atau mengejar musim tanam berikutnya.
Dengan adanya El nino diperkirakan akan berakibat produksi padi di Bantul hasil panen 2023 terjadi penurunan dibanding 2022 yang sempat surplus 100 ton gabah kering giling (GKG)
Tetapi penurunannya tidak begitu signifikan karena saat ini tidak banyak lahan yang ditanami polowijo.
"Sekarang petani cenderung menanam jenis holtikultura seperti bawang merah, lombok atau cabe. Karena bawang merah cenderung harga jualnya tinggi juga produktivitasnya bisa mencapai 24 ton/ hektare," imbuhnya.
Sedangkan untuk tanaman jagung memang ada beberapa kelompok atau wilayah yang menanam jagung dengan sistem kemitraan, yang pihak ke tiga memberi bibit dan pupuknya. Kemudian produknya dibeli untuk bahan baku produksi di pabrik pakan ternak. Jumlah lahan yang ditanami jagung saat ini sekitar 4.000 hektare. Sampai saat ini tidak ada laporan petani gagal panen karena kekeringan air. (Jdm)