BANTUL (KRjogja.com) – Wacana Pemkab Bantul memberikan kesempatan invenstor untuk membangun mall terus menuai reaksi beragam dari rakyat Bantul. Pro dan kontra terus mengemuka begitu berembus kabar mall bakal berdiri di Bumi Projotamansari. Bahkan sejumlah pedagang pasar mulai pesimis dengan usahanya ketika pusat perbelanjaan modern itu benar-benar hadir. Sementara Barisan Muda (BM) Partai Amanat Nasional (PAN) Bantul dengan suara lantang menolak rencana tersebut.
Ketua BM PAN Bantul Herry Fahamsyach, Kamis (18/8/2016) mengungkapkan, wacana pendirian mall sebenarnya sangat bertolak belakang dengan slogan Bupati Bantul Drs Suharsono ketika awal menjabat. “Slogannya sudah sangat jelas yakni ‘makaryo mbangun deso’, tetapi kenapa sekarang muncul ide mall,” ujarnya.
Herry berpendapat, mestinya langkah terbaik sekarang ini melakukan penataan pasar tradisional di Bantul. Salah satu tujuannya biar lebih bersih, bagus, sebagai salah satu strategi mendatangkan masyarakat. Bahkan jika memungkinkan dibuka ruang publik berdekatan dengan pasar tradisional.
Herry menjelaskan, sekarang ini Kabupaten Bantul sebenernya sudah punya Pasar Niten. Kawasan tersebut memadukan komoditas kuliner dan kebutuhan sehari-hari. Ketimbang membangun mall dengan risiko pasar tradisional sepi mestinya memaksimalkan Pasar Niten jika tujuannya agar pergerakan perekonomian makin bergairah. Lokasi Pasar Niten berada dipinggiran Kota Yogyakarta tepatnya berada di Jalan Bantul.
“Secara ekonomi juga daya beli dan kondisi sosial ekonomi masyarakat Bantul sangat beda dengan masyarakat lain misalnya Kota Yogyakarta dan Sleman, Bantul mayoritas petani dan tukang bangunan,” jelasnya.
Sementara Ny Sudilah warga Dusun Bojong Desa Wonolelo Pleret Bantul mengungkapkan, jangan sampai ada mall di Bantul. Kehadirannya sudah dipastikan makin memperberat perjuangan pedagang pasar tradisional di Bantul. Pedagang sembako di Pasar Pleret ini mengatakan, kondisi sekarang ini saja sudah sangat sulit dengan hadirnya swalayan. (Roy)