Banjir Kepung Kota Tegal

user
ivan 23 November 2021, 15:00 WIB
untitled

TEGAL, KRJOGJA.com - Diguyur hujan lebat beberapa jam lamanya, sebagian besar wilayah Kota Tegal dikepung banjir. Hingga sekarang langit di Kota 'Bahari' itu terlihat mendung tebal. Masyarakat khawatir banjir akan lebih parah.

Hujan lebat dimulai Senin (22/11/2021) sekitar pukul 23.00 WIB dan esok harinya Selasa (23/11/2021) sekitar pukul 01.00 WIB yang membuat sejumlah perkampungan mulai kebanjiran. Hujan baru berhenti menjelang subuh, namun mulai pukul 06.00 WIB hujan lagi-lagi turun.

Wilayah yang kebanjiran di sejumlah kelurahan di Tegal Barat, seperti Kelurahan Kraton, Tegalsari, Pekauman, Pesurungan Lor, Muarareja dan terparah di Muarareja. Di Muarareja banjir selain karena hujan lebat juga terjadi air rob yang memaksa sekitar 1.225 keluarga terdampak banjir diungsikan ke masjid serta musala.

Menurut Ketua RW 3 Kelurahan Muarareja, Nurochim banjir rob terjadi tahunan, apalagi jika musim penghujan banjir makin parah. Sekarang saja ketinggian air ada yang sampai 1,5 meter. "Karena itulah ribuan warga itu diungsikan ke sejumlah tempat yang aman akan banjir. Kami minta agar ada dapur umum," ujar Nurochman.

Sementara menurut Ketua HNSI Tegal, Riswanto mengatakan untuk menekan banjir mestinya pemkot membangun sabuk pantai. "Saya sudah usulkan kepada pemkot agar dibangun sabuk pantai tapi hingga kini belum diwujudkan. Kami juga mohon agar ada bantuan pangan untuk warga yang kebanyakan sebagai nelayan yang terdampak banjir," kata Riswanto.

Banjir parah juga terjadi di wilayah Kelurahan Margadana, Kaligangsa, Kecamatan Sumurpanggang. Di tempat ini juga ratusan warga diungsikan dan dibuka dapur umum.

Banjir juga melanda sejumlah kelurahan di Kecamatan Tegal Timur, seperti Mintaragen, Panggung, Slerok, Martoloyo. Di Martoloyo terparah karena selain akibat human besar juga terjadi Rob.

"Di kampung kami ini setiap musim hujan kebanjiran, bahkan di luar hujan juga kerap terjadi kiriman air Rob, sekarang banjir parah," ujar tokoh warga Sihono.

Sementara menurut pakar pembangunan fisik, Moh Abdulah Sungkar ST MT, ironisnya kebanjiran itu disaat banyak pelaksanaan pembangunan / normalisasi saluran air dan pengerukan sungai. "Termasuk ada embung di Tegalsari untuk menampung air hujan, kenapa masih kebanjiran, jangan - jangan pelaksanaan proyek itu tidak memperhatikan kualitasnya, kesannya asal penghabiskan dana," ujar Sungkar. (Ryd)

Kredit

Bagikan