Peternak Ayam Petelur Desak Normalisasi Harga

KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Peternam ayam petelur di Karanganyar mendesak pemerintah menormalisasi harga pakan dan telur di pasaran. Saat ini, mereka terhimpit tingginya biaya produksi serta harga telur yang merosot.
"Sekarang ini yang harus diperjuangkan adalah harga telurnya. Minimal mengacu Permendag. Kita peternak sudah megap-megap tenan," kata Sekretaris Pinsar Petelur Nasiona (PPN) Solo, Heru Santoso kepada wartawan usai menyerahkan bantuan pakan di Desa Sedayu Kecamatan Jumantono, Rabu (6/10/2021).
Dalam beberapa bulan terakhir, mereka mengalami kerugin tidak sedikit akibat anjlognya harga telur. Di level farm, tengkulak hanya berani menebus Rp13.000-Rp14.000 perkilo. Padahal usaha tersebut impas jika mencapai BEP Rp19.500 perkilo. Ia meminta operasi pasar komoditas pakan ayam oleh pemerintah tersebut perlu ditingkatkan lagi dengan penyetabilan harga telur.
“Secepatnya saja pemerintah dengan kebijakannya membantu peternak ayam petelur," katanya.
Problemnya kian pelik karena harga pakan juga melambung. Jagung mengalami kenaikan harga sampai Rp 6.800 dari normalnya Rp 4.500 perkilogram. Untungnya pemerintah mengeluarkan stok jagungnya dari gudang Bulog untuk peternak ayam dalam program cadangan stabilisasi harga pangan (CSHP). Peternak hanya perlu menebusnya Rp 4.500 perkilogram. Harapannya, harga pakan tersebut kondusif.
"Peternak Soloraya, Kendal dan Gunung Kidul serta sekitarnya melalui koperasi PPN dijatah 2 ribu ton jagung. Di Karanganyar kebagian jatah 100 ton di tahap ini. Akan ada tahap selanjutnya. Sasarannya ke peternak di Sedayu dan Ngunut Jumantono serta Mojogedang,” lanjut Heru.
Ia menyebut terdapat 500 lebih peternak ayam petelur di Karanganyar, Sragen, Boyolali dan sekitarnya.
Peternak ayam petelur asal Desa Ngunut Jumantono Nurtini mengaku harga pakan mahal tidak hanya jenis jagung. Namun juga konsentrat. Ia memiliki empat kandang dengan jumlah ayam ribuan ekor per kandang. Selama kondisi krisis, ia mengaku rugi sampai Rp5 juta perbulan perkandang.
“Karena produksi berkurang. Pakannya mahal. Harga telur jatuh,” katanya.
Ia tak terlalu pusing harga pakan mahal apabila harga telur di atas HPP.
“Harga jagung perkilo Rp6 ribu masih bisa ditoleransi apabila HPP yang Rp19 ribu sekian, bisa naik sedikit. Kalau sekarang enggak sampai Rp14 ribu telurnya, kita belum bisa impas,” katanya. (Lim)
BERITA TERKAIT
Bulan K3, Karyawan Plaza Malioboro Ikuti Latihan Damkar
KJRI Targetkan Produk Indonesia Penuhi 30 Persen Kebutuhan Jemaah Haji
Visa Transit 4 Hari Tak Bisa untuk Haji
ATF 2023 Jadi Kebangkitan Pariwisata Indonesia
CIMB Niaga dan Cathay Pacific Wujudkan Wisata ke Destinasi Impian Dunia
Bawaslu Magelang Kawal KPU Sempurnakan Data Kematian Warga
Begini Kesiapan Telkom dalam Menyukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
Gandeng Empat Lini Bisnis, Nagita Slavina Bawa RANS ke Kuliner dan Gaya Hidup
PT Piaggio Indonesia Buka Cabang di Mojokerto
Beragam Penyebab Wanita Harus Operasi Angkat Rahim
Bulog Jamin Beras Impor Premium Dijual Tak Sampai Rp 10 Ribu Sekilo
Ditemukan di Fosil Ikan, Ini Bentuk Otak Berusia 319 Juta Tahun
Serunya Saat Bir Plethok dan Gado-Gado Jadi Pertunjukan Teater Dokumenter
Soal Galon Guna Ulang, KPPU Duga Ada Diskriminasi
Maybank Indonesia Resmikan Kantor Cabang Kota
Cegah Investasi Bodong, Pecalang Bali Ikuti Literasi Pasar Modal
Penderita Diabetes Anak Meningkat, Ini Pesan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Cara Top Up Game di Mocipay Pakai Pulsa
Bidik Pertumbuhan Dua Kali Lipat, Bank Muamalat Geber Pembiayaan Perumahan
Pembunuh Nomor Tiga, Kemenjes-MD Anderson Layani Pasien Kanker
Tersangka Pembunuhan Siswi Kelas 3 SMP Terancam Pasal Berlapis