Ritual Mulung Pulung hingga ‘Mbeleh’ Jago demi Wahyu Kepemimpinan

SERING dibahas kaitan suatu jabatan dengan apa yang disebut pulung. Maka di balik hiruk pikuk kampanye kandidat menggalang dukungan dan membangun citra diri, kerap terselip cerita-cerita yang sulit terkonfirmasi kebenarannya. Bahwa kandidat A sowan Kiai X, tirakat di lokasi Y dan kabar-kabar setipe yang muaranya adalah dunia supranatural.
Tujuannya adalah memohon kepada Tuhan agar didekatkan dan diberi keberuntungan sehingga bisa memenangkan kontestasi berebut kedudukan. Mitos tentang pulung kepemimpinan sampai sekarang masih sayup-sayup terdengar. Meski seorang pelaku ilmu kejawen Mbah Suro warga Sidoluhur Godean Sleman mengungkapkan kegundahannya lantaran ada fenomena 'memaksa' datangnya pulung dengan cara-cara tak elok. Antara lain dengan kekuatan uang.
Uang, menurut Mbah Suro, bisa memikat dan menjadikan keberuntungan memenangkan kontes demokrasi berpihak kepada orang yang memiliki. Dalam konteks spiritual, fenomena ini jelas menggelisahkan.
Dengan dana besar, seorang kandidat bisa memobilisasi para spiritualis untuk mengerahkan kemampuannya mendatangkan pulung keberuntungan. "Memenangkannya bisa diperoleh. Namun kemaslahatan dari jabatan yang diperoleh tersebut, tak ada jaminan," tuturnya.
***
Pelaku spiritual di tanah Jawa dikenal kreatif dalam mengembangkan keilmuannya. Termasuk dalam hal mengejar pulung. Ki Wirosekti Kusumo mengungkap adanya ritual Mulung Pulung. "Ini semacam jemput bola agar memeroleh keberuntungan dalam kontestasi pesta demokrasi," ujarnya.
Ritual Mulung Pulung dimensinya sangat luas. Tak hanya sebatas ikhtiar agar mendapat keberuntungan dan memenangkan kontestasi pesta demokrasi.
"Ada ikhtiar napak tilas sejarah di wilayah yang sedang menggelar pesta demokrasi. Mengenang perjuangan, mengenal sifat-sifat positif dari para perintis yang membangun daerah itu, untuk ditransfer dan diselaraskan dengan kandidat yang punya hajat melakukan ritual. Prosesnya butuh waktu jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pemilihan. Tidak bisa instan," kata warga Grenjeng Purwomartani Kalasan ini.
Mulung Pulung merupakan proses panjang mengundang keberuntungan serta menyelaraskan kandidat dengan aura di wilayah dimana pesta demokrasi tersebut digelar. Disebutnya, Mulung Pulung merupakan ritual yang dilakukan para calon raja tempo dulu.
Seorang putra mahkota, sebelum dinobatkan menjadi raja, harus keluar dari keraton. Berkelana ke hutan, gunung dan tempat-tempat wingit, melakukan tirakat agar mendapatkan pulung sehingga kelak ketika dinobatkan sebagai raja, putra mahkota tersebut kuat bertahta.
"Dulu proses suksesi di kerajaan sudah ditentukan putra mahkotanya. Sehingga tinggal menyiapkan spiritual putra mahkota melalui tirakat untuk mendapatkan pulung. Sekarang dalam konteks demokrasi modern, karena ada kompetisi, maka selain Mulung Pulung, ada ritual panjang yang disebut Mbeleh Jago. Tujuannya memangkas aura keberuntungan kompetitor," ungkapnya. (Daryanto Widagdo)
BERITA TERKAIT
Tim Pemantau Hewan Kurban Diterjunkan Antisipasi Cacing Hati
Standar Bawang Merah dan Pala Indonesia Ditetapkan Jadi Standar Codex
Stunting Bisa Dicegah dengan 4T
Perkuat Peran Perempuan, DPW Unnes Gelar Seminar Pemberdayaan Perempuan
Menaker Apresiasi Perusahaan yang Wujudkan Kenyamanan Bekerja
Kiper Maroko Gagalkan Ambisi Mourinho, Sevilla Rebut Gelar Liga Eropa Kelima Kali
Tren Belajar Baru Self Progress Learning di Era Pasca Pandemi
Target 2030, 6 juta Kendaraan Dikonversi ke Listrik
Justin Hubner Unggah Story di IG berseragam Timnas dengan Emoji, Naturalisasi Lanjut?
Progres Penurunan Stunting Demak Signifikan dengan Pembangunan Lingkungan Sehat
Bantuan Rehabilitasi Rumah Korban Bencana Tak Dikenai Pajak
Ekonomi Nelayan dan Masyarakat Pesisir Terancam Akibat Ekspor Pasir Laut
Penelitian Berakhir pada Publikasi, Warek UAD: Inovasi dan Hilirisasinya Mana?
Magelang Tuan Rumah Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023
Wakapolres Hingga Kapolsek di Polres Sukoharjo Dimutasi
Prioritas Pelayanan Masyarakat, Dibidik Perangkat Desa Malas Kerja
Bhikku Thudong Singgah di Polresta Magelang
Ribuan Umat Katolik Gunungkidul Ikuti Misa Penutupan Bulan Maria
Desa Wisata Bukit Peramun Masuk MURI Sebagai Hutan Digital Berbasis Masyarakat
Bupati Magelang Lepas Calon Jamaah Haji
Pembenahan Lampu 1200 Lux Maguwoharjo Tak Bisa Segera, Ini Alasannya