Ritual Mulung Pulung hingga ‘Mbeleh’ Jago demi Wahyu Kepemimpinan

user
ivan 15 Oktober 2020, 16:34 WIB
untitled

SERING dibahas kaitan suatu jabatan dengan apa yang disebut pulung. Maka di balik hiruk pikuk kampanye kandidat menggalang dukungan dan membangun citra diri, kerap terselip cerita-cerita yang sulit terkonfirmasi kebenarannya. Bahwa kandidat A sowan Kiai X, tirakat di lokasi Y dan kabar-kabar setipe yang muaranya adalah dunia supranatural.

Tujuannya adalah memohon kepada Tuhan agar didekatkan dan diberi keberuntungan sehingga bisa memenangkan kontestasi berebut kedudukan. Mitos tentang pulung kepemimpinan sampai sekarang masih sayup-sayup terdengar. Meski seorang pelaku ilmu kejawen Mbah Suro warga Sidoluhur Godean Sleman mengungkapkan kegundahannya lantaran ada fenomena 'memaksa' datangnya pulung dengan cara-cara tak elok. Antara lain dengan kekuatan uang.

Uang, menurut Mbah Suro, bisa memikat dan menjadikan keberuntungan memenangkan kontes demokrasi berpihak kepada orang yang memiliki. Dalam konteks spiritual, fenomena ini jelas menggelisahkan.

Dengan dana besar, seorang kandidat bisa memobilisasi para spiritualis untuk mengerahkan kemampuannya mendatangkan pulung keberuntungan. "Memenangkannya bisa diperoleh. Namun kemaslahatan dari jabatan yang diperoleh tersebut, tak ada jaminan," tuturnya.

***

Pelaku spiritual di tanah Jawa dikenal kreatif dalam mengembangkan keilmuannya. Termasuk dalam hal mengejar pulung. Ki Wirosekti Kusumo mengungkap adanya ritual Mulung Pulung. "Ini semacam jemput bola agar memeroleh keberuntungan dalam kontestasi pesta demokrasi," ujarnya.

Ritual Mulung Pulung dimensinya sangat luas. Tak hanya sebatas ikhtiar agar mendapat keberuntungan dan memenangkan kontestasi pesta demokrasi.

"Ada ikhtiar napak tilas sejarah di wilayah yang sedang menggelar pesta demokrasi. Mengenang perjuangan, mengenal sifat-sifat positif dari para perintis yang membangun daerah itu, untuk ditransfer dan diselaraskan dengan kandidat yang punya hajat melakukan ritual. Prosesnya butuh waktu jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pemilihan. Tidak bisa instan," kata warga Grenjeng Purwomartani Kalasan ini.

Mulung Pulung merupakan proses panjang mengundang keberuntungan serta menyelaraskan kandidat dengan aura di wilayah dimana pesta demokrasi tersebut digelar. Disebutnya, Mulung Pulung merupakan ritual yang dilakukan para calon raja tempo dulu.

Seorang putra mahkota, sebelum dinobatkan menjadi raja, harus keluar dari keraton. Berkelana ke hutan, gunung dan tempat-tempat wingit, melakukan tirakat agar mendapatkan pulung sehingga kelak ketika dinobatkan sebagai raja, putra mahkota tersebut kuat bertahta.

"Dulu proses suksesi di kerajaan sudah ditentukan putra mahkotanya. Sehingga tinggal menyiapkan spiritual putra mahkota melalui tirakat untuk mendapatkan pulung. Sekarang dalam konteks demokrasi modern, karena ada kompetisi, maka selain Mulung Pulung, ada ritual panjang yang disebut Mbeleh Jago. Tujuannya memangkas aura keberuntungan kompetitor," ungkapnya. (Daryanto Widagdo)

Kredit

Bagikan