Tak Hanya Narsis, Paslon Diminta Kampanye Edukatif

SLEMAN (KR) - Para pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati diminta melakukan kampanye yang edukatif. Kemudian masyarakat dalam menentukan pilihannya, harus melihat rekam jejak dari masing-masing paslon yang ikut dalam Pilkada 2020 di Kabupaten Sleman.
Dosen Fisipol UGM Dr Hempri Suyatna mengatakan, masa kampanye paslon bupati dan wakil bupati dimulai 26 September hingga 5 Desember 2020. Dalam masa kampanye, para paslon harus melakukan kampanye yang dapat mengedukasi masyarakat. ”Bukan saatnya paslon hanya narsisme politik dengan memamerkan foto dan slogan politiknya. Tapi bagaimana paslon itu melakukan kampanye yang edukatif dan kreatif. Terutama kampanye di tengah pandemi Covid-19,” kata Hempri kepada KR, Jumat (26/9).
Dikatakan, kampanye itu para paslon harus berani menjabarkan visi dan misinya kepada masyarakat. Ketika paslon itu membranding dirinya sebagai sosok milenial, paslon harus konkret tawaran yang riil bagi kaum milenial di Kabupaten Sleman. ”Jangan hanya mengaku sebagai sosok milenial, tapi tidak mempunyai program jelas bagi kaum milenial. Padahal pemilih milenial di Kabupaten Sleman cukup banyak,” ujarnya.
Di samping itu, di tengah pandemi Covid-19, masyarakat juga perlu tahu program-program dari paslon dalam mengatasi dampak pandemi ini. Khususnya untuk mengatasi masalah ekonomi di Kabupaten Sleman pascapandemi. ”Bagaimana kebijakan-kebijakan mereka di era pandemi ini. Apa saja yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah ekonomi. Soalnya banyak warga yang terdampak dan kehilangan pekerjaan,” katanya.
Paslon juga diminta berani melakukan kontrak politik kepada rakyat. Tujuannya ketika nanti terpilih menjadi kepala daerah, paslon harus melaksanakan janji-janjinya seperti saat kampanye. Selain itu, rakyat juga bisa mengawal janji dari paslon. ”Saya rasa kontrak politik dengan rakyat itu penting. Supaya paslon tidak mengumbar janji kepada rakyat. Tapi ketika terpilih, masyarakat bisa menagih dan mengawal janji itu,” tutur Hempri.
Sedangkan dalam menentukan pilihan, rakyat perlu melihat rekam jejak para paslon. Mengingat paslon yang dipilih ini akan memimpin Kabupaten Sleman dalam beberapa tahun ke depan. ”Rakyat jangan hanya seperti membeli kucing dalam karung. Tapi harus tahu rekam jejaknya, seperti pengalaman, profil,
kapasitasnya dan lainnya,” pungkasnya. (Sni)
BERITA TERKAIT
Stigma Inflasi
Zodiak: Sedang Menjalin Hubungan dengan Cancer? Hindari Sikap Ini
Darmiah, Jamaah Tuna Netra Tak Patah Semangat ke Tanah Suci
Pemilu 2024, Ekonomi RI Positif
Artificial Intelligence Sahabat Terbaik Bisnis Modern? Masa Depan akan Membuktikannya
Peran Keterlibatan Karyawan dalam Meningkatkan Produktivitas Pada Era Bekerja Online
Jamaah Belum Pakai Ihram Perlambat Keberangkatan ke Makkah
Alhamdulillah Penyandang Disabilitas Bisa Tunaikan Haji
Api Dharma di Candi Mendut, Ratusan Bhikku Bacakan Paritta dan Doa
Anak 16 Tahun Jangan Dinikahkan
Pabrik Ekstasi di Semarang Digrebek, Jaringan Banten Dibongkar, Ribuan Pil Disita
Warga Tolak Kunjungan ICTOH ke Desa Tahap
Ribuan Jemaah Indonesia Salat Jumat Perdana di Masjidil Haram
Bulutangkis Piala GKR Hemas Tandingkan Semua Kelompok Umur
Mengenal Lebih Dekat Sakura School Simulator: Keajaiban Virtual Para Pemain Game
Pemkab Sukoharjo Berikan 1.140 Titik Bantuan Non Fisik
MWCNU Gamping Adakan Pelantikan Bersama Ranting dan Banom NU
Perdagangan Hewan Kurban Wajib Miliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan
Peserta ICTOH Melihat Area Alih Tanam
Gaji ke-13 Cair Pekan Depan, Ini Pesan Akademisi
Kejurnas '2nd Magelang Championship 2023' Diikuti 1.400 Atlet dari Banyak Daerah