2.088 Jiwa Warga Lima Desa di Sukoharjo Kekurangan Air Bersih

user
danar 25 Agustus 2020, 23:10 WIB
untitled

SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Sebanyak 623 Kepala Keluarga (KK) atau 2.088 jiwa di lima desa di tiga kecamatan di Kabupaten Sukoharjo kekurangan air bersih terdampak musim kemarau. Kekeringan terjadi sudah sejak awal Agustus dan jumlah warga terdampak akan meningkat signifikan mengingat puncak musim kemarau diperkirakan terjadi September mendatang. Pemkab Sukoharjo menjamin kebutuhan air bersih warga terpenuhi dengan melakukan droping.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Sri Maryanto, Selasa (25/8/2020), mengatakan, sesuai data BPBD Sukoharjo kekurangan air bersih pertama terjadi di wilayah Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari dan Desa Puron, Kecamatan Bulu pada awal Agustus lalu. Sedangkan dalam perkembangan akhir Agustus ini bertambah tiga desa lagi yakni, Desa Tawang, Desa Jatingarang dan Desa Alasombo semua di wilayah Kecamatan Weru.

Warga terdampak musim kemarau sehingga menyebabkan kekurangan air bersih di lima desa tersebut bervariasi. Meski demikian dipastikan sama kondisi sumur warga sekarang mengalami penurunan debit air secara drastis. Bahkan banyak pula sumur kering akibat terpengaruh cuaca.

Secara rinci data dari BPBD Sukoharjo diketahui, di Kecamatan Weru di Desa Tawang ada 125 KK atau 498 jiwa, Desa Jatingarang 162 KK atau 501 jiwa, Desa Alasombo 50 KK atau 200 jiwa. Selanjutnya Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari 222 KK atau 631 jiwa dan Desa Puron, Kecamatan Bulu 64 KK atau 258 jiwa.

Terhitung sejak ada permintaan dari warga sudah ada 41 tangki air bersih dikirim. Rinciannya sebanyak 21 tangki air bersih dari BPBD bersumber APBD Kabupaten Sukoharjo dan sisanya 20 tangki air bersih merupakan CSR bantuan dari berbagai pihak.

Pengiriman air besih dilakukan BPBD Sukoharjo sebanyak dua hingga empat tangki setiap minggu. Air bersih dikirim ke desa untuk selanjutnya ditampung ke bak penampungan air tempat penyimpanan air warga.

“Apabila ditotal di lima desa di tiga kecamatan maka kondisi sekarang ada 623 KK atau 2.088 jiwa kekurangan air bersih akibat musim kemarau. Pemkab Sukoharjo sudah menjamin dan membantu mengirimkan air bersih pada warga sejak awal Agustus lalu,” ujarnya.

Sri Maryanto menjelaskan, kondisi sekarang tidak separah dibandingkan musim kemarau tahun 2019 lalu. Sebab pada tahun 2020 ini musim kemarau mengalami kemunduran mengingat hingga awal Agustus lalu dibeberapa wilayah di Sukoharjo masih turun hujan. Hujan tersebut secara langsung mampu menjadi sumber tambahan air bersih di sumur warga.

Mundurnya musim kemarau berdampak dengan masih sedikitnya desa terdampak kekeringan. Sebab kondisi sekarang sumur air masih menyimpan air bersih meski debitnya terus mengalami penurunan.

“Pada kondisi Agustus tahun 2019 lalu sesuai data BPBD Sukoharjo ada sekita 12 desa terdampak kekeringan, sedangkan Agustus tahun 2020 ini baru ada lima desa. Itu disebabkan mundurnya musim kemarau,” lanjutnya.

BPBD Sukoharjo memperkirakan jumlah warga kekurangan air bersih terdampak kekeringan meningkat pada September mendatang. Sebab bulan depan diperkirakan merupakan puncak musim kemarau.

“September diperkirakan puncak musim kemarau, disaat ini warga kekurangan air bersih akan meningkat,” lanjutnya.

Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya, mengatakan, Pemkab Sukoharjo sekarang tidak hanya melakukan penanganan terhadap virus corona saja, melainkan juga kekurangan air bersih warga di wilayah terdampak kekeringan. Pengiriman bantuan air bersih rutin dilakukan Pemkab Sukoharjo saat musim kemarau. Air bersih dikirim untuk memenuhi kebutuhan memasak dan minum warga, selain itu juga pemenuhan minum ternak sapi dan kambing.

Bantuan air bersih juga dikirim kesejumkah tempat fasilitas umum masyarakat seperti mushola, masjid, sekolah, puskesmas dan lain. Pemkab Sukoharjo mengirimkan air bersih secara gratis.

"Pemkab Sukoharjo membantu penyediaan air bersih untuk warga masyarakat di 12 kecamatan terdampak kekeringan akibat musim kemarau. Khususnya di Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu yang sering kekeringan dan rutin dikirim bantuan air bersih," ujarnya.

Bupati menjelaskan, kondisi kekeringan pada musim kemarau saat ini berbeda dibanding tahun sebelumnya karena ditengah pandemi virus corona. Pada kondisi ini proses pengiriman bantuan air bersih dilakukan sesuai protokol kesehatan dengan meminimalisir kerumunan massa. Disamping itu juga, ditengah pandemi virus corona kebutuhan air bersih warga sangat tinggi tidak hanya untuk memasak dan minum saja, tapi juga cuci tangan menggunakan sabun.

Gerakan massal sebagai aktivitas masyarakat ditengah pandemi virus corona berupa cuci tangan menggunakan sabun ditegaskan bupati wajib dilakukan. Sebab hal itu sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus corona.

"Penanganan virus corona tetap jalan, termasuk penerapan protokol kesehatan cuci tangan menggunakan sabun," lanjutnya.

Bupati menambahkan, Pemkab Sukoharjo sudah meminta pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk melakukan pemantauan. Harapannya wilayah terdampak kekeringan bisa segera diketahui dan bantuan air bersih secepatnya dikirimkan ke warga.

"Bantuan air bersih sudah dikirim ke warga terdampak kekeringan seperti beberapa desa di Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu," lanjutnya. (Mam)

Kredit

Bagikan