4 Balita di Karanganyar Alami Gizi Buruk

user
danar 06 Agustus 2020, 17:59 WIB
untitled

KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Kader kesehatan di Kabupaten Karanganyar menyisir kondisi balita usai dibuka kembali layanan posyandu. Data terbaru menunjukkan empat balita mengalami gizi buruk.

Kabid Kesehatan Masyarakat DKK Karanganyar, Nuk Suwarni mengatakan catatan kondisi balita sempat terhenti saat awal pandemi. Dari biasanya terpantau berkat aktivitas posyandu, sempat vakum beberapa bulan. Terakhir kali penimbangan serentak pada Februari 2020 lalu, empat balita mengalami gizi buruk dari total populasi 61.646 balita atau 1,3 persen. Angka ini membaik dibanding penimbangan serentak pada Agustus 2019, dimana angka gizi buruknya 1,5 persen dari populasi 62.481 balita.

“Sejak posyandu kembali buka di masa adaptasi kebiasaan baru, memang belum semuanya serentak. Tapi kader posyandu berusaha melakukan penimbangan meski harus ke rumah-rumah balita. Itu tergantung kondisi wilayah apakah aman maupun tidak aman sesuai zona paparan covid-19. Data per Februari kemarin, empat balita alami gizi buruk. Itu bukan karena keluarga miskin sehingga minim asupan nutrisi. Tapi balita itu mengidap penyakit. Seperti gangguan jantung,” kata Nuk kepada KRJOGJA.com di ruang kerjanya, Rabu (5/8/2020).

Para balita bergizi buruk mendapat perlakuan istimewa dari pemerintah. Meski dihadang pandemi, pemerintah melalui kader posyandu memberi makanan tambahan sampai bobotnya ideal. Jenis makanan tambahan pemulihan ini seperti telur, susu dan sebagainya. Pandemi Covid-19 tak menghalangi pemberian PMT dalam kasus ini.

Nuk mengatakan dilakukan berbagai penyesuaian kegiatan Posyandu selama Pandemi Covid-19. Terutama pada pemberian vitamin dan PMT. Penyelenggaraan Posyandu tergantung kebijakan pemerintah desa/kelurahan dengan mempertimbangkan zona paparan Covid-19.

“Protokol kesehatan mutlak. Diatur jadwalnya agar enggak berbarengan demi menjaga jarak aman. Diatur oleh Pemdes, baiknya bagaimana. Juga kesediaan orangtua mengikutkan buah hatinya di Posyandu,” katanya.

Dalam protokol kesehatannya, vitamin yang biasanya diberikan ke anak di Posyandu, sekarang tak berlaku. Vitamin tersebut diberikan ke orangtua dalam kemasan. Tujuannya agar mereka meminumkannya saat di rumah. Aturan serupa pada PMT.

“Makanan gizi dikemas rapat agar dibawa pulang. Enggak ada makan bersama di Posyandu. Setelah ditimbang langsung pulang,” jelasnya.

Nuk mengatakan sosialisasi tentang tumbuh kembang anak yang biasanya langsung disampaikan secara tatap muka beralih ke daring. Kelas ibu dan balita dipindah ke grup pesan Whatsapp. (Lim)

Kredit

Bagikan