PSU Unika Kaji Kepekaan Kota Terhadap Bencana

user
tomi 24 Juli 2020, 17:08 WIB
untitled

SEMARANG,KRJOGJA.com-Pusat Studi Urban (PSU) LPPM Unika Soegijapranata mengadakan seminar online (webinar) menghadirkan 4 narasumber dari bidang ilmu dan profesi yang berbeda yaitu Dr Ing Wiyatiningsih, Robertus Aji Nugroho PhD, Samsidar, dan Weslly Johannes dengan topik “Membangun Kepekaan Kota Terhadap Bencana”, Selasa (21/7/2020).

Ketua PSU LPPM Unika Soegijapranata Dr Trihoni Nalesti Dewi menyatakan pemilihan tema seminar berkaitan erat dengan bencana di Indonesia dan bagaimana pencegahan serta penanggulangannya. Perencanaan tata kota di Indonesia menurutnya dalam situasi darurat artinya tidak siap menghadapi situasi bencana, apalagi bencananya itu terjadi secara simultan atau bersamaan. Situasi bencana yang sedang dihadapi ini, juga terkait dengan resiko-resiko bencana alam lainnya, mendorong untuk berpikir bagaimana membangun tata kota yang peka terhadap bencana dari sisi makro maupun mikronya.

Webinar dipandu moderator Dr Antonius Maria Laot Kian MHum yang juga Ketua Pusat Kajian HAM dan Antikorupsi FHK Unika Soegijapranata. Dalam pengantarnya, dirinya mengulas tentang urgensi perlunya membangun kepekaan terhadap bencana terutama di daerah kota.

Narasumber Dr Ing Wiyatiningsih mengupas tentang ‘Tata Ruang Kota Berbasis Pengurangan Resiko Bencana’ secara eksplisit menerangkan tentang bencana alam dan non alam yang merupakan relevansi bencana sesuai pasal 1 Undang-undang Nomor 24 tahun 2007. Intinya, apabila di suatu daerah sudah melakukan proses pengurangan resiko bencana atau sudah memasukkannya dalam rencana tata ruang, pasti Rencana Tata Ruang Wilayahnya atau RTRW-nya sudah memasukkan elemen-elemen yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan daerah yang kira-kira nanti bisa mengurangi resiko bencana yang akan terjadi.

“Langkah yang harus dilakukan diantaranya  pengendalian atau pembatasan pembangunan fisik di daerah rawan bencana, misalnya daerah jalur aliran lahar gunung Merapi yang memang berdasarkan sejarah sebelumnya akan mengundang bencana apabila di daerah tersebut didirikan bangunan, maka tentu saja akan ada aturan yang mengatur pembatasan pendirian bangunan di daerah rawan bencana tersebut” ujar Dr Ing Wiyatiningsih.

Sedang narasumber lainnya Robertus Aji Nugroho PhD, fokus pada ‘Big Data untuk Tata Ruang Kota yang Tanggap Bencana’ dan melengkapi materinya untuk lebih fokus pada epidemic health Intelligence. Dirinya memaparkan tentang pentingnya big data tidak hanya untuk bisnis saja, melainkan juga bisa digunakan di antaranya untuk situation awarenesssurveillance, atau bahkan untuk keperluan emergency.

“Kita sulit sekali mendapatkan data yang riil, karena banyak sekali hal yang belum kita miliki, seperti halnya data integrated medical record  yang diperlukan untuk penanganan pandemi covid-19 di Indonesia,” jelas Robertus Aji.

Menurutnya, pada umumnya di Indonesia belum memiliki medical record yang terintegrasi sehingga dampaknya penanganan pandemi covid-19 tidak bisa dilakukan sejak awal, sementara di beberapa negara lain yang memiliki  integrated medical record bisa langsung dijaga sejak awal dalam konteks tertentu. (sgi)

Kredit

Bagikan