Memanfaatkan Peluang Rekayasa Bambu di Era Modern

Pendistribusian bambu dari desa-desa penghasil bambu di Kebumen. (Foto: Dasih/dok)
YOGYA, KRJOGJA.com - Bambu sudah sangat familier di tengah masyarakat. Tidak ada jenis bahan bangunan yang unik seperti bambu dengan karakter luwes untuk dibentuk menjadi bahan dalam rekayasa arsitektur dan berbagai kerajinan.
"Ketersediaan bambu relatif banyak dan mudah didapatkan. Dalam arsitektur, bahan menjadi satu bagian dengan desain yang dapat dipenuhi adanya keberadaan bambu," jelas Dr Ing Ir Eugenius Pradipto, Dosen Arsitektur Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam diskusi online Angkringan Kulon Kraton bertajuk 'Tantangan dan Peluang Desain Arsitetur Bambu dalam Dunia Modern' yang diadakan Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Senin (13/7/2020) sore.
Menurutnya, perlu pendalaman dan penguasaan karakter pada bambu untuk menjadikannya bahan desain yang menarik serta masa pakai yang panjang. Nilai kedaerahan bangunan menjadi unsur penting yang harus ada untuk menentukan karakter desain arsitektur bambu.
"Meski Bambu juga memiliki kekurangan seperti rentan kebakaran, kepadatan serat rendah, usia pakai pendek, namun bambu juga memiliki peluang dan potensi yang bagus di era modern. Bambu sangat potensial untuk menonjolkan aspek efisiensi dan efektivitas penggunaan dan pemeliharaannya. Kelebihan bambu sebagai bahan alami adalah mudah dalam pengerjaannya untuk dibuat ragam inovasi," ungkapnya.
Dijelaskan sudah banyak desain terapan dari arsitektur bambu, utamanya di Bali dan Jawa. Arsitektur sangat dekat dalam dunia rekayasa, teori segitiga emas Vitruvius yang mencakup aspek fungsi, teknologi dan estetika sebenarnya membuka banyak peluang untuk pengembangan.
Sebagai bahan ekspresi nilai guna bangunan yang dekat dengan kebiasaan aktivitas kepercayaan, seharusnya bangunan dengan arsitektur bambu dapat dijadikan bangunan utuh untuk wadah kegiatannya.
Desain konstruksi bambu, lanjut Pradipto, selama ini belum banyak tersentuh para arsitek. Sehingga hal itu seharusnya menjadi peluang baru untuk menggunakan dan mengembangkan bambu sebagai bahan baku.
"Tentu saja hal itu harus dilakukan secara berkelanjutan sesuai perkembangan zaman dari waktu ke waktu," ucapnya. (Feb)
BERITA TERKAIT
Kalahkan Ribuan Perguruan Tinggi, UAA Kini Menempati Ranking 66 Nasional
Barcelona Siap Rebut Semua Gelar Disisa Musim
Keren! Leo/Daniel Tembus Ranking 10 Besar Dunia
Soal Klithih Nekad di Titik Nol, Pemda DIY Minta Tingkatkan Kewaspadaan
MU Siapkan Transfer Sensasional di Bursa Transfer Musim Panas
Kemenag Himbau Umat Islam Salat Gaib untuk Korban Wafat Gempa di Turki dan Syuriah
Nyahni dan Petarangan Angkat Puncak Botorono
Siswa Pertukaran Pelajar Asal Belanda Belajar Proses Produksi Koran 'KR'
Langgar Ratusan Aturan, Sanksi Mengerikan Ancam Manchester City
Wisata Sungai Ala Thailand, Kini Hadir di Banyumas
Menpora Memastikan Pemilu dan PON Aceh-Sumut Jalan Beriringan
Nasib Shin Tae-yong Belum Pasti di Piala Asia 2023
Hendry Ch Bangun Deklarasi Maju Caketum PWI Pusat 2023-2028
Seretak Digelar Operasi Keselamatan Lalu Lintas
Polines Gelar FGD dan Sosialisasi Akreditasi internasional
Kejari Sleman Tangani Kasus Dana Hibah Pariwisata
Kanwil Kemenkum HAM DIY Diseminasi Merek
NVIDIA Studio Pacu Kreativitas Kreator dan Seniman Tanah Air
Pers Jembatan Komunikasi Antara Pemerintah dan Masyarakat
Polda Jateng Gerebek Dua Lokasi Penambangan Ilegal di Pati dan Blora
Peringatan HPN, Wartawan Bantul Gelar Aksi Sosial