Penyandang Tunanetra Kini Bebas Jalan-jalan

user
danar 21 Oktober 2016, 14:10 WIB
untitled

SOLO (KRjogja.com) - Kalangan penyandang tunanetra merasa memperoleh pengalaman baru saat mengikuti ujicoba fasilitas aksesibilitas difable, terutama penyandang tunanetra, di Terminal Bus Tirtonadi Solo. Mereka mengaku selama ini belum pernah mengenal fasilitas semacam itu, hingga menyempatkan diri meraba dengan tangan untuk memastikan bentuk tekstur fasilitas pemandu jalan tersebut. Padahal, hampir seluruh pedestrian di Kota Solo yang dibangun sejak beberapa tahun silam, dilengkapi aksesibilitas difable.

Mereka pun merasa terheran-heran, ketika memperoleh penjelasan, desain aksesibilitas penyandang tunanetra tersebut berstandar internasional. "Terus terang, kami tidak paham ada fasilitas semacam ini, sebab selama ini memang tidak pernah ada sosialisasi," jelas Taufik Windu Asmara, salah satu penyandang tunanetra saat ujicoba aksesisbilitas difable, di Terminal Bus Tortonadi, Jumat (21/10/2016), sembari mengaku mereka juga tidak paham jika pedestrian di Kota Solo dilengkapi fasilitas sejenis.

Merasa memperoleh pengalaman baru, saat ujicoba mereka meminta agar diperkenankan menjelajahi seluruh aksesibilitas di kawasan Terminal Bus Tirtonadi, mulai dari ruang tunggu kedatangan, hingga pemberangkatan baik ke arah jurusan Barat (Jakarta, semarang, Jogya dan sebagainya) maupun Timur, seperti Surabaya, Denpasar, Madiun, Wonogiri, Purwodadi, dan lain-lain. Mereka juga mencoba memasuki peron yang menggunakan sistem boarding pass.

Pemasangan aksisibilitas bagi penyandang tunanetra di kawasan Terminal Bus Tirtonadi, tambah Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, Yosca Herman Sudrajat, hingga kini memang belum rampung 100 persen. Aksesibilitas baru terpasang di dalam terminal, mulai dari gerbang kedatangan hingga pintu keberangkatan bus. Sedangkan pembuatan aksesibilitas pada lokasi penurunan penumpang di luar terminal, baru dikerjakan tahun anggaran 2017 depan.

"Ujicoba ini untuk memperoleh masukan dari kalangan penyandang tunanetra bagi penyempurnaan, walaupun desain aksesibilitas sudah sesuai standar internasional," jelas Yosca sembari menyebut, demikian pula bahan aksesibilitas terbuat dari karet keras yang cukup peka, meski penyandang tunanetra mengenakan sepatu. Kemungkinan masih ada celah kekurangan ketika penyandang tunanetra sudah berada di dalam bus, jelasnya, dan itu perlu masukan dari penyandang tuna netra itu sendiri. (Hut)

Kredit

Bagikan