Penyandang Tunanetra Kini Bebas Jalan-jalan

Sejumlah penyandang tunanetra mencoba aksesibilitas difable di terminal Bus Tirtonadi.(Foto: Hari D)
SOLO (KRjogja.com) - Kalangan penyandang tunanetra merasa memperoleh pengalaman baru saat mengikuti ujicoba fasilitas aksesibilitas difable, terutama penyandang tunanetra, di Terminal Bus Tirtonadi Solo. Mereka mengaku selama ini belum pernah mengenal fasilitas semacam itu, hingga menyempatkan diri meraba dengan tangan untuk memastikan bentuk tekstur fasilitas pemandu jalan tersebut. Padahal, hampir seluruh pedestrian di Kota Solo yang dibangun sejak beberapa tahun silam, dilengkapi aksesibilitas difable.
Mereka pun merasa terheran-heran, ketika memperoleh penjelasan, desain aksesibilitas penyandang tunanetra tersebut berstandar internasional. "Terus terang, kami tidak paham ada fasilitas semacam ini, sebab selama ini memang tidak pernah ada sosialisasi," jelas Taufik Windu Asmara, salah satu penyandang tunanetra saat ujicoba aksesisbilitas difable, di Terminal Bus Tortonadi, Jumat (21/10/2016), sembari mengaku mereka juga tidak paham jika pedestrian di Kota Solo dilengkapi fasilitas sejenis.
Merasa memperoleh pengalaman baru, saat ujicoba mereka meminta agar diperkenankan menjelajahi seluruh aksesibilitas di kawasan Terminal Bus Tirtonadi, mulai dari ruang tunggu kedatangan, hingga pemberangkatan baik ke arah jurusan Barat (Jakarta, semarang, Jogya dan sebagainya) maupun Timur, seperti Surabaya, Denpasar, Madiun, Wonogiri, Purwodadi, dan lain-lain. Mereka juga mencoba memasuki peron yang menggunakan sistem boarding pass.
Pemasangan aksisibilitas bagi penyandang tunanetra di kawasan Terminal Bus Tirtonadi, tambah Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, Yosca Herman Sudrajat, hingga kini memang belum rampung 100 persen. Aksesibilitas baru terpasang di dalam terminal, mulai dari gerbang kedatangan hingga pintu keberangkatan bus. Sedangkan pembuatan aksesibilitas pada lokasi penurunan penumpang di luar terminal, baru dikerjakan tahun anggaran 2017 depan.
"Ujicoba ini untuk memperoleh masukan dari kalangan penyandang tunanetra bagi penyempurnaan, walaupun desain aksesibilitas sudah sesuai standar internasional," jelas Yosca sembari menyebut, demikian pula bahan aksesibilitas terbuat dari karet keras yang cukup peka, meski penyandang tunanetra mengenakan sepatu. Kemungkinan masih ada celah kekurangan ketika penyandang tunanetra sudah berada di dalam bus, jelasnya, dan itu perlu masukan dari penyandang tuna netra itu sendiri. (Hut)
BERITA TERKAIT
Indonesia Berbagi Pengalaman Soal Mobilitas Tenaga Kerja
Kerajinan Kriya Jadi Identitas bangsa
25 Atlet SOIna Ditarget Raih 9 Medali Emas di SOWSG Berlin Jerman
Nenek Napen Jadi Pemilih Tertua di Banyumas
Kinerja Positf, AXA Mandiri Bayarkan Klaim Rp22 Triliun di Tahun 2022
Milenial Loyalis Ganjar Kembangkan Potensi Desa Wisata Grogol Sleman
Pedagang Meluber, Pasar Sentul Mulai Direvitalisasi
Dr Djoko Sutrisno Berikan Kuliah Umum di Universiti Malaysia Pahang
UUS Maybank Indonesia Ikut Ramaikan Pasar Repo
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Komunitas Kretek Adakan Kejuaraan Bulutangkis
SkorLife Raih Pendanaan Tahap Awal Senilai USD 4 Juta
Warriors Inline Club Yogya Juara Umum Piala Kadisporapar Jateng
Takut Ketahuan, Suyono Mutilasi Korban Jadi Enam Bagian
BMM Olah Daging Kurban Jadi Rendang Kaleng
Masyarakat Penghayat Kepercayaan Gelar Ruwatan Popo Sakkalir
Kajari Bantul Setorkan PNPB ke BRI Bantul
Lagi, Kakek Nekat Gantung Diri
Wacana Tiket Home PSS Naik, Ini Suara Hati Suporter
PKP3JH Siaga di Madinah dan Makkah untuk Bantu Jemaah
DPRD Klaten Minta Pendapatan Asli Daerah Ditingkatkan
Popok Bayi Ini Bantu Atasi Ruam Popok Akibat Perubahan Iklim Ekstrem