Menag Ajak Kumandangkan Islam Wasathiyah

user
agus 12 Juli 2018, 08:06 WIB
untitled

SEMARANG (KRjogja.com) - Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin menegaskan, menjelaskan pengejawantahan Islam wasathiyah (moderat) saatnya dikumandangkan secara masif oleh semua potensi. Para ulama dan masyarakat perguruan tinggi perlu melibatkan diri. Dalam situasi seperti ini, mengutip lontaran KH Musthofa Bisri (Gus Mus), bukan saatnya memegang prinsip yang waras mengalah. Tetapi dibutuhkan penjelasan secara terus menerus untuk mencerahkan umat.

“Sikap ini penting, mengingat bergelombangnya suara garis keras dan liberal hingga sudah menjadi ancam bagi keutuhan NKRI. Maka para ulama dan zuama tidak lagi hanya berdiam tapi agar terus menerus memberikan pencerahan kepada umat tentang konsep Islam wasathiyah untuk menjaga keutuhan NKRI,” tegasnya saat membuka Halaqoh Ulama bertema Peluang dan Tantangan Dakwah di Era Millineal, di Kampus Unissula, Semarang, Rabu (11/7/2018).

Halaqoh yang diselenggarakan kerja sama antara Unissula dan MUI Jateng tersebut dilanjutkan di Hotel Grasia, hingga 12 Juli 2018. Hadir dalam cara tersebut Ketua MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji Msi, Kepala Kanwil Kemenag Jateng Drs H Farhani SH MM, Rektor Unissula Ir Prabowo Setiyawan MT PhD, Direktur pascasarjana UIN Walisongo Prof Dr Ahmad Rofiq MA, para kiai se-Jateng dan KH Abdul Qoyyum, Lasem, yang memberi taushiyah.

Menteri Agama merespons tinggi prakarsa MUI Jateng dan Unissula yang menggelar halaqoh sebagai forum para kiai untuk memikirkan masa depan generasi muda. Ditegaskan, saatnya masyarakat memahamai esensi dakwah yang harus memiliki ruh dan untuk menebar kebajikan, bukan dengan cara memaksa apalagi kekerasan. Kita patut perihatin, kini, masih banyak yang terjerumus pola dakwah seperti itu.

“Ini jelas bertentangan dengan ruh dakwah itu sendiri. Dakwah yang benar mengajak dengan cara persuasif, bilhikmah walmauidlotil hasanah. Ingat, Allah saja tidak pernah memaksa hambanya, tetapi selalu memberi pilihan-pilihan. Bila Allah mau, maka dalam sekejap semua umat manusia diberi hidayah untuk beriman dan takwa. Pilihan Allah itu sebagai ujian untuk berlomba dalam kebajikan. Maka dakwah tidak boleh menimbulkan antipati, benci, tapi hakikatnya, mengajak.

Peran perguruan tinggi, kata Menag sangat penting, untuk membantu memasilitasi ilmunya para ulama dimediasi dan dikemas untuk kepentingan dakwah di internet. Pengalaman dari negara lain sudah cukup, bila situasi tidak segera diatasi maka eksistensi NKRI menjadi ancaman.

Syariah, kata Menag ada tiga tingkatan. Pertama, sesuatu yang diyakini oleh semua umat manusia sebagai nilai kebenaran misalnya menegakkan keadilan, melindungi dan hormati hak asasi manusia. Kedua, hanya diyakini oleh umat Islam. Misalnya larangan berzina, berjudi dan minuman keras. Ketiga, khilafiyah di internal umat Islam, yang kebenarannya diyakini oleh kelompok tertentu saja. Misalnya perintah mengenakan celana harus di atas mata kaki. Ada yang mengatakan harus, tapi ada yang tidak harus. Kemudian tahlila dibidahkan dan dikafirkan. “Ini menjadi tugas ulama untuk mencerahkan umat lewat dakwah yang persuasif,” tambahnya. (Isi).

Kredit

Bagikan