Gali dan Lestarikan Nilai Kesejarahan Kota Magelang

Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat menyerahkan beberapa buku kepada Wakil Walikota Magelang. (Thoha)
MAGELANG, KRJOGJA.com - Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di tahun 2018 ini mengadakan kegiatan diantaranya berupa penyusunan buku toponim Kota Magelang. Jumat (6/7/2018) digelar Forum Group Discussion (FGD) di Hotel Atria Kota Magelang dengan menghadirkan banyak pihak, baik dari kalangan akademisi dari beberapa perguruan tinggi, masyarakat maupun lainnya. Kegiatan yang dibuka Wakil Walikota Magelang Dra Windarti Agustina ini juga dihadiri Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dra Triana Wulandari MSi. Dalam pembukaan FGD, Wakil Walikota Magelang juga membacakan sambutan tertulis Walikota Magelang Ir H Sigit Widyonindito MT.
Tujuan penyusunan buku ini diantaranya untuk menggali dan melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kota Magelang, khususnya asal-usul nama tempat atau kampung, yang memuat informasi sejarah, geografi, ekologi sosial dan budaya Kota Magelang.
Penyusunan buku Sejarah Toponim Kota Magelang dilakukan tim yang terdiri dari sejarawan dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Sanata Darma, ahli GIS dari Direktorat Sejarah, dan dibantu tim dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang.
Kepada wartawan, Direktur Sejarah diantaranya mengatakan program penyusunan Sejarah Toponim Kota Magelang ini merupakan buku yang kelima disusun. Sebelumnya sudah disusun beberapa buku, diantaranya Sejarah Toponim Kota Surakarta, Sejarah Toponim Kota Bandung maupun lainnya. Dikatakan, program ini pernah ditulis, dan sempat berhenti, untuk kemudian program ini kembali dihidupkan.
Ini dilakukan diantaranya karena dengan adanya keprihatinan karena banyak anak yang tidak mengetahui secara persis sejarah kotanya. Ada instaruksi Mendikbud RI, khususnya kepada guru sejarah, bahwa sebelum para murid belajar sejarah nasional sebaiknya mampu mengenal daerahnya dengan sejarah lokal.
Kemudian ada program yang namanya workshop guru sejarah, yang sudah berjalan 7 tahun di 34 provinsi dengan memanggil pakar-pakar sejarawan untuk mengajari sejarah lokal agar para guru dapat menulis sejarah menggali bersama muridnya. Kota Magelang termasuk kota bersejarah, dan mengapa tidak digali sejarahnya. Karena itulah dipilih untuk menyusun Buku Toponim Kota Magelang. Rencana tahun depan akan disusun Buku Toponim Kota Semarang dan Malang. Keberadaan guru pelajaran sejarah sebaiknya juga dapat menggali sejarah lokal. (Tha)
BERITA TERKAIT
Fordigi Goes to Campus Cari Talenta Digital di UGM
Legislator Satu-satunya PSI DIY Tolak Sistem Proporsional Tertutup di Pemilu 2024
Sleman Lagi, Sleman Lagi... Kini Juara Umum Kejuaraan Atletik Jogja Open
BCA Life Kembali Raih Penghargaan Indonesia WOW Brand 2023
Kampung Billiard Ambarawa Dikenal Hingga Rusia
Sebanyak 1.899 Jemaah Haji Indonesia Akan Diberangkatkan ke Miqat Bir Ali Pada 1 Juni
Macapat Tatag Teteg Tutug Mulai Digelar Hari Ini
Jemaah Haji Indonesia yang Meninggal Dunia di Arab Saudi Bertambah Jadi 4 Orang
Kalah, Kilicdaroglu Klaim Pemilu Turki Tidak Adil
SMKN 1 Kasihan Luluskan 190 Manggala Budaya
Usut Dugaan Korupsi BTS 4G BAKTI, Muhammadiyah Dukung Langkah Kejaksaan Agung
Gelar Karya dan Open School SDN Minomartani 1, Cetak Siswa Berkarakter, Inovatif
BPR Berubah Nama Jadi Bank Perekonomian Rakyat, Perbarindo DIY Lakukan Sosialisasi
Bikin Kejutan, Persis Solo Masih Rahasiakan Pemain Asing Mereka
Gelar Potensi Wirausaha Kreatif dan Inklusif DIY, Semangat Agar UMKM Naik Kelas
Jemaah Indonesia Mulai Berburu Oleh-oleh di Madinah
Sebuah Helikopter Latih Jatuh di Ciwidey
Mario Dandy Pakai Kabel Ties Sendiri Viral, Kapolda Metro Jaya Minta Maaf
Langsung Datangi Hotel Jemaah Haji, Tim Promkes Beri Penyuluhan Kesehatan
PLN Bagikan Al Quran Braille dan Santunan pada Santri
PSIM Kirim Dua Wakil Berbeda di Kongres PSSI, Soroti Lisensi Klub Liga 2