Gali dan Lestarikan Nilai Kesejarahan Kota Magelang

user
danar 07 Juli 2018, 08:30 WIB
untitled

MAGELANG, KRJOGJA.com - Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di tahun 2018 ini mengadakan kegiatan diantaranya berupa penyusunan buku toponim Kota Magelang. Jumat (6/7/2018) digelar Forum Group Discussion (FGD) di Hotel Atria Kota Magelang dengan menghadirkan banyak pihak, baik dari kalangan akademisi dari beberapa perguruan tinggi, masyarakat maupun lainnya. Kegiatan yang dibuka Wakil Walikota Magelang Dra Windarti Agustina ini juga dihadiri Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dra Triana Wulandari MSi. Dalam pembukaan FGD, Wakil Walikota Magelang juga membacakan sambutan tertulis Walikota Magelang Ir H Sigit Widyonindito MT.

Tujuan penyusunan buku ini diantaranya untuk menggali dan melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kota Magelang, khususnya asal-usul nama tempat atau kampung, yang memuat informasi sejarah, geografi, ekologi sosial dan budaya Kota Magelang.

Penyusunan buku Sejarah Toponim Kota Magelang  dilakukan tim yang terdiri dari sejarawan dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Sanata Darma, ahli GIS dari  Direktorat Sejarah, dan dibantu tim dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang.

Kepada wartawan, Direktur Sejarah diantaranya mengatakan program penyusunan Sejarah Toponim Kota Magelang ini merupakan buku yang kelima disusun. Sebelumnya sudah disusun beberapa buku, diantaranya Sejarah Toponim Kota Surakarta, Sejarah Toponim Kota Bandung maupun lainnya. Dikatakan, program ini pernah ditulis, dan sempat berhenti, untuk kemudian program ini kembali dihidupkan.

Ini dilakukan diantaranya karena dengan adanya keprihatinan karena banyak anak yang tidak mengetahui secara persis sejarah kotanya. Ada instaruksi Mendikbud RI, khususnya kepada guru sejarah, bahwa sebelum para murid belajar sejarah nasional sebaiknya mampu mengenal daerahnya dengan sejarah lokal.

Kemudian ada program yang namanya workshop guru sejarah, yang sudah berjalan 7 tahun di 34 provinsi dengan memanggil pakar-pakar sejarawan untuk mengajari sejarah lokal agar para guru dapat menulis sejarah menggali bersama muridnya. Kota Magelang termasuk kota bersejarah, dan mengapa tidak digali sejarahnya. Karena itulah dipilih untuk menyusun Buku Toponim Kota Magelang. Rencana tahun depan akan disusun Buku Toponim Kota Semarang dan Malang. Keberadaan guru pelajaran sejarah sebaiknya juga dapat menggali sejarah lokal. (Tha)

Kredit

Bagikan