YOGYA, KRJOGJA.com - Keberadaan Yogyakarta dari dulu sudah lama dikenal sebagai destinasi favorit baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Keberadaan destinasi wisata di Yogyakarta cukup banyak ragamnya namun wisatawan yang datang ke Yogyakarta jumlahnya tidak setinggi yang ada di Bali.

“Saat ini Yogyakarta tidak lagi dikenal sebagai tujuan wisata kedua setelah Bali. Mungkin karena orangnya tren ingin berganti-ganti destinasi. Persoalannya adalah bagaimana meningkatkan jumlah wisatawan yang menginap di Yogyakarta. Produk wisata banyak tapi banyak keluhan masa tinggal di Yogyakarta tidak lama,” jelas Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.

Menurut paparan Heroe, masa tinggal wisatawan di Yogyakarta tidak lama karena tidak pernah menata dan mengelola sebuah event yang membuat wisatawan lama tinggal di Yogyakarta.

“Bagaimana menjadikan sudut-sudut eksotik sebagai sesuatu. Yogyakarta perlu ikon yang bikin orang pengen datang. Contohnya Malioboro pusat legendaris untuk oleh-oleh, Beringharjo kalau ingin beli batik, Pathuk pusatnya bakpia. Nah, kampung wisata ini didatangi karena ikon apanya? Di sinilah pentingnya membranding dengan ikon untuk diterjemahkan dalam narasi agar orang atau wisatawan datang ke Yogyakarta,” jelas Heroe.

Sedangkan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, Drs Kadri Renggono MSi menuturkan, roadmap Pembangunan Kota Yogyakarta tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPDA) tahun 2015-2025 yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 tahun 2015.

“Visi pembangunan kepariwisataan Kota Yogyakarta yakni terwujudnya Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang terkemuka, berkelas dunia, berdaya saing, bersumber budaya Kraton Yogyakarta Hadiningrat, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat.” jelas Kadri. (Rdi)