Mahasiswa Milenial Sabet Rekor Bahasa Isyarat

user
tomi 19 Agustus 2019, 00:12 WIB
untitled

SOLO, KRJOGJA.com -Ribuan  mahasiswa UNS berhasil pecahkan rekor gerakan moral kebangsaan dengan bahasa isyarat saat melakukan 

aksi  kebangsaan di Stadion UNS, Minggu (18/8/2019).

Rektor UNS Prof.Dr. Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum dihadapan ribuan mahasiswa baru di Stadion UNS, Minggu (18/8/2019) mengatakan lembaga UNS bersikap ramah dengan segala lapisan termasuk penyandang disabilitas. "UNS juga siap mencetak calon pemimpin masa depan yang cerdas dan Pancasilais," ujar Prof Jamal.

Rekor yang dipecahkan oleh ribuan  anak muda milenial versi Leprid (Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia ). Pihak Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) diwakili Ibu Fitrica Arisusanti memberikan 

piagam sertifikat rekor gerakan moral kebangsaan dengan bahasa isyarat oleh mahasiswa terbanyak.

Leprid merupakan lembaga independen yang mencatat prestasi dan rekor insan Indonesia secara profesional, akuntabel dan transparan.

"UNS siap menjadi dinamisator dalam memacu tumbuhnya inovasi baru, inovasi-inovasi  yang radikal yang membawa bangsa ini segera sejajar dengan negara Jepang, dengan bangsa Korea Selatan yang selalu berinovasi dengan Samsung nya dan ekonomi kreatifnya, di atas bumi dan di bawah matahari yang sama." ujar Rektor UNS Prof.Dr. Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum ketika berorasi di hadapan 8.639 orang mahasiswa baru UNS tahun ajaran 2019 di stadion UNS.

Menurut Prof Jamal, kedepan bangsa Indonesia akan menyongsong tantangan baru, bonus demografi pada penduduk usia produktif . " Ini merupakan  kapital sumber daya manusia ( SDM) yg musti kita kelola dengan baik. Mari kita segera tinggalkan pemikiran-pemikiran sempit - radikal, pemikiran yang selalu merasa dirinya paling benar sendiri, yang bertentangan dengan Pancasila dan hakekat kerukunan umat manusia. " ujar Prof Jamal.

Bangsa-bangsa yang lain, lanjut Prof Jamal, hari ini sudah mulai sibuk dengan karya-karya baru dan besar yang ber-evolusi sangat cepat.

"Mereka sudah selesai dengan urusan receh, berpecah belah karena beda pandangan politik atau beda keyakinan. Mereka sudah sangat memahami apa yang harus dilakukan untuk bisa hidup di era industri 4.0. Mereka berubah menjadi produsen yang produktif dengan pertaniannya, dengan teknologinya dan dengan seninya."papar Prof Jamal.

Prof Jamal menambahkan sudah waktunya kita semua bertekad inovate or die: kita berinovasi atau mati bersama-sama.2. Tolerance and Respect terhadap semua keberagaman yang kita miliki di kampus ini. "Jangan pernah berhenti bangga menjadi diri kita sendiri sebagai sebuah identitas kolektif dari sebuah bangsa yang bernama Indonesia" ujarnya. (Hwa)

Kredit

Bagikan