Mahasiswa Milenial Sabet Rekor Bahasa Isyarat

Rektor UNS Prof Jamal mengangkat tropi rekor Leprid
SOLO, KRJOGJA.com -Ribuan mahasiswa UNS berhasil pecahkan rekor gerakan moral kebangsaan dengan bahasa isyarat saat melakukanÂ
aksi kebangsaan di Stadion UNS, Minggu (18/8/2019).
Rektor UNS Prof.Dr. Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum dihadapan ribuan mahasiswa baru di Stadion UNS, Minggu (18/8/2019) mengatakan lembaga UNS bersikap ramah dengan segala lapisan termasuk penyandang disabilitas. "UNS juga siap mencetak calon pemimpin masa depan yang cerdas dan Pancasilais," ujar Prof Jamal.
Rekor yang dipecahkan oleh ribuan anak muda milenial versi Leprid (Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia ). Pihak Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) diwakili Ibu Fitrica Arisusanti memberikanÂ
piagam sertifikat rekor gerakan moral kebangsaan dengan bahasa isyarat oleh mahasiswa terbanyak.
Leprid merupakan lembaga independen yang mencatat prestasi dan rekor insan Indonesia secara profesional, akuntabel dan transparan.
"UNS siap menjadi dinamisator dalam memacu tumbuhnya inovasi baru, inovasi-inovasi yang radikal yang membawa bangsa ini segera sejajar dengan negara Jepang, dengan bangsa Korea Selatan yang selalu berinovasi dengan Samsung nya dan ekonomi kreatifnya, di atas bumi dan di bawah matahari yang sama." ujar Rektor UNS Prof.Dr. Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum ketika berorasi di hadapan 8.639 orang mahasiswa baru UNS tahun ajaran 2019 di stadion UNS.
Menurut Prof Jamal, kedepan bangsa Indonesia akan menyongsong tantangan baru, bonus demografi pada penduduk usia produktif . " Ini merupakan kapital sumber daya manusia ( SDM) yg musti kita kelola dengan baik. Mari kita segera tinggalkan pemikiran-pemikiran sempit - radikal, pemikiran yang selalu merasa dirinya paling benar sendiri, yang bertentangan dengan Pancasila dan hakekat kerukunan umat manusia. " ujar Prof Jamal.
Bangsa-bangsa yang lain, lanjut Prof Jamal, hari ini sudah mulai sibuk dengan karya-karya baru dan besar yang ber-evolusi sangat cepat.
"Mereka sudah selesai dengan urusan receh, berpecah belah karena beda pandangan politik atau beda keyakinan. Mereka sudah sangat memahami apa yang harus dilakukan untuk bisa hidup di era industri 4.0. Mereka berubah menjadi produsen yang produktif dengan pertaniannya, dengan teknologinya dan dengan seninya."papar Prof Jamal.
Prof Jamal menambahkan sudah waktunya kita semua bertekad inovate or die: kita berinovasi atau mati bersama-sama.2. Tolerance and Respect terhadap semua keberagaman yang kita miliki di kampus ini. "Jangan pernah berhenti bangga menjadi diri kita sendiri sebagai sebuah identitas kolektif dari sebuah bangsa yang bernama Indonesia" ujarnya. (Hwa)
BERITA TERKAIT
SOREC UGM Gelar Seminar Nasional Tantangan Repolitisasi dan Menakar Kepemimpinan
Alumni Berikan Beasiswa 1 Tahun untuk 20 Pendaftar Pertama SMP 17'1
Segini Besaran Gaji ke-13 PNS Cair Hari Ini
Mengenal Perguruan Silat Kartika Nusa
Jokowi Pastikan Nonton Konser Coldplay
Tak Sampai 15 Menit, Tiket Timnas Indonesia Vs Argentina Ludes Terjual
Gaji ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini
PPIH Imbau Jemaah Jangan Selfie Berlebihan di Depan Kabah
Filateli, Perekam Jejak Sejarah dan Wajah Kota Yogyakarta
Pos Indonesia Tingkatkan Penerapan Digital Sebagai Alat Bantu Kerja Penyaluran Bansos
Protect Sport Rally Team Yogya Juara di Magelang
Transisi Ke Kendaraan Listrik Tekan Emisi 6,9 juta ton CO2
Atlet PB Mandala Jayapura Tampil di Polytron Walikota Cup
77 Persen Jemaah Haji Gelombang 1 Mendarat di Madinah
Situs Liyangan, Jejak Desa Mataram Kuno
Penyakit LSD Meluas, Peternak Kambing Malah Sumringah
Tahanan Polresta Meninggal, Orang Tua Lapor Polisi
Curi Laptop, Dua Pemuda Ini Diringkus Polisi
Soal Bentrok Besar di Yogya Semalam, Begini Kata Sultan
Swafoto Terjatuh, Hanyut dan Tenggelam di Sungai Progo
Kumpulrejo Jadi 'Pilot Project' Penanganan Kawasan Kumuh