Sukoharjo Rumuskan Cara Tangani Kekeringan, Air Hujan Jadi Solusi

user
danar 08 Agustus 2019, 11:30 WIB
untitled

SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Pemanfaatan air hujan dan penggunaan teknologi tepat guna akan dimaksimalkan untuk mengatasi kekeringan selama musim kemarau pada tahun mendatang. Hal tersebut menjadi program jangka panjang Pemkab Sukoharjo dengan harapan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi warga tidak hanya mengandalkan droping atau kiriman bantuan saja. Terlebih dalu kedepan diprediksi dampak kemarau berupa kekeringan akan semakin bertambah parah.

Asisten II Sekda Sukoharjo Widodo, Kamis (8/8/2019) mengatakan, Pemkab Sukoharjo sudah mengadakan rapat bersama membahas penangganan terhadap warga terdampak kemarau panjang. Kegiatan digelar dengan menghadirkan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Mereka dilibatkan untuk melihat kondisi perkembangan sekarang dan cara penanganan kedepan.

Kekeringan akibat kemarau panjang tidak hanya berdampak pada sektor pertanian yang jadi andalan Kabupaten Sukoharjo. Namun juga pemenuhan kebutuhan air bersih warga. Sebab baik air di saluran irigasi maupun sumur warga saat seperti sekarang mengalami penurunan debit sangat drastis.

Akibat kemarau membuat sawah menjadi kering dan petani mengalami gagal panen. Hal serupa dialami warga yang kekurangan air bersih sehingga meminta bantuan ke Pemkab Sukoharjo.

“Perlu dipikirkan sejak sekarang oleh Pemkab Sukoharjo dengan melibatkan sejumlah OPD terkait mengenai cara penanganan kekeringan dampak dari kemarau. Sasaran khususnya seperti sektor pertanian dan kebutuhan air bersih warga,” ujarnya.

Pemkab Sukoharjo sesuai masukan dari sejumlah OPD dalam penanganan kekeringan dampak dari kemarau sudah merusmuskan dua hal. Pertama berkaitan dengan pemanfaatan air hujan dan penggunaan teknologi tepat guna.

Selama ini air hujan yang turun masih sangat minim pemanfaatannya. Air hanya dialirkan begitu saja terbuang percuma melalui saluran atau drainase dan bermuara ke sungai. Suplai air yang banyak dari hujan bahkan karena kurang termanfaatkan sehingga berdampak dengan kejadian banjir disejumlah wilayah.

“Sekarang sedang dipikirkan bagaimana menampung air hujan dan memanfaatkannya saat kemarau. Tidak hanya Pemkab Sukoharjo saja namun warga masyarakat juga diajak untuk ikut melakukan hal serupa seperti membuat tampungan air, resapan biopori dan sebagainya,” lanjutnya.

Penanganan kekeringan dampak dari kemarau panjang juga akan dilakukan Pemkab Sukoharjo dengan penggunaan teknologi tepat guna. Artinya teknologi yang ada dimanfaatkan untuk kepentingan pemenuhan air bersih.

“Di wilayah rawan kekeringan sudah banyak terdampak Pamsimas. Namun masalahnya saat kemarau ada keluhan warga debit air minim sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan. Disini peran teknologi akan dimaksimalkan demi kepentingan masyarakat. OPD terkit akan dilibatkan dalam penanganan tersebut,” lanjutnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Sri Maryanto mengatakan, pemanfaatan air hujan yang ada di Sukoharjo baru sekitar tujuh persen saja. Sedangkan sisanya 93 persen lainnya belum dimanfaatkan.

“Tujuh persen itu sangat minim. Pemanfaatan air hujan itu hanya untuk pemenuhan sumur warga dan lahan pertanian. Sebenarnya masih ada cara pemanfaatan air hujan lainnya yang bisa dimaksimalkan. Cuma konsepnya sedang dirumuskan,” ujarnya.

BPBD Sukoharjo mengusulkan seperti sektor pertanian bisa dibangun embung atau waduk lagi sebagai tempat tampungan air. Sedangkan bagi warga khususnya di wilayah terdampak kekeringan air hujan bisa disimpan atau ditampung baik dalam skala perorangan di rumah warga maupun kelompok. Air itu nantinya bisa dipakai pada saat musim kemarau. (Mam)

Kredit

Bagikan