Kemarau, Warga Juwangi Gali Dasar Sungai untuk Cari Air Bersih

user
danar 07 Agustus 2019, 15:30 WIB
untitled

BOYOLALI, KRJOGJA.com - Dampak kekeringan, warga Dukuh Kedungdondo, Desa Kalimati, Kecamatan Juwangi, mesti mengumpulkan air bersih dengan menggali lubang di dasar sungai yang mengering. Kondisi tersebut sudah terjadi sebulan terakhir, sejak sumur tadah hujan warga tak lagi mengeluarkan air.

Untuk mencapai Sungai Kedungdondo, warga mesti berjalan sejauh satu kilometer menembus hutan. Di sungai yang mengering tersebut, warga membuat lubang dengan kedalaman hingga satu meter. Kurang lebih 30 menit, lubang akan terisi rembesan air untuk kemudian ditimba warga.

"Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, saya bisa bolak-balik menimba air lima kali dalam sehari," kata ‎sumarni (40), warga setempat.

‎Meski airnya keruh dan kadang berbau, sambungnya, air tersebut digunakan untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari, dari mulai masak, mandi, mencuci, hingga untuk minum ternak. Ia tak punya pilihan lain, sebab jika harus membeli air bersih yang biasanya dijual melalui truk tangki, harganya cukup mahal, mencapai Rp300 ribu/tangki.

‎Watini (60) warga lain, pun melakukan rutinitas yang sama tiap hari sejak sebulan terakhir, yakni mencari air di dasar sungai yang mengering. Seingatnya, dulu pernah ada bantuan air bersih, namun jumlahnya kurang mencukupi. Sebab warga membutuhkan air tiap hari.

"Kalau ada bantuan air bersih, harapannya sih jumlahnya bisa ditambah. Sebab air bersih sekarang benar-benar sangat langka disini," jelasnya.

Terkait kekeringan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinungharjo beberapa waktu lalu menjelaskan, bantuan air bersih melalui dropping sudah mulai dilakukan sejak awal Juli lalu dengan jumlah persediaan sebanyak 628 tangki ditambah 300 tangki dari pihak ketiga. Sebanyak tiga armada mobil tangki milik BPBD Boyolali diplot untuk dropping di wilayah utara Boyolali. Sementara Untuk kekeringan di wilayah selatan, yakni di lereng Merapi-Merbabu, menjadi tanggung jawab Bagian Kesra Setda Boyolali.

"Pengajuan bantuan air bersih dilakukan lewat satu pintu. Yaitu, kades mengajukan lewat camat kemudian diteruskan ke BPBD," terangnya.

Untuk kekeringan tahun ini, sambungnya, terdapat 42 desa di delapan wilayah kecamatan yang terdampak kemarau. Enam kecamatan di wilayah utara, yakni Wonosegoro, Juwangi, Karanggede, Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, dan dua kecamatan di selatan, yakni Musuk dan Tamansari.

"Estimasi dari persediaan, tiap desa akan mendapat bantuan sebanyak 30 hingga 35 tangki air bersih," pungkasnya. (Gal)

Kredit

Bagikan