Kekeringan Meluas, Harga Air di Gunungkidul 'Meroket'

user
danar 04 September 2019, 09:30 WIB
untitled

GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Krisis air bersih di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas dan berdampak terhadap ketersediaan air bersih yang kian hari semakin sulit dirasakan warga terdampak terutama di Kecamatan Gedangsari kawasan perbukitan utara perbatasan Gunungkidul-Klaten, Jawa Tengah  Selasa (3/9/2019). Selain sumber mata air semakin sulit dan mongering, harga satu tangki air bersih kapasitas  5.000 liter yang semula hanya Rp 150 ribu, kini meningkat dua kali lipat lebih tiap tangki seharga Rp 350 ribu.

Baca Juga: Permukaan Air Waduk Sermo Turun 8 Meter

"Mahalnya harga air lantaran medannya ekstrem, kondisi jalan belum diaspal dan banyak yang rusak," kata Tukimin (56) Warga Dusun Baturturu, Mertelu, Gedangsari, Gunungkidul.

Diakuinya bahwa di Dusun Baturturu  terletak tepat di bawah embung Batara Sriten, dengan kondisi geografis  perbukitan sehingga  membuat warga sekitarnya kesulitan mencari sumber air bersih. Akibatnya mereka mengandalkan dropping air dari pihak swasta dan  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), atau dari pemerintah kecamatan.

Saat ini, sebagian warga yang tidak mampu terpaksa harus membuat sumur gali. Namun setelah digali cukup dalam, air yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Padahal kedalaman sumur yang digali lebih dari 12 meter. Padahal untuk beaya membauat sumur gali sudah mengahabiskan uang hingga belasan juta rupiah. "Dari 4 buah sumur yang kami gali hanya berfungsi 1, itu saja hanya mampu untuk satu keluarga lantaran debit airnya rendah," imbuh Ngatijo (48).

Baca Juga: Sambungan Air Bersih Menyasar Warga Miskin

Jika tidak sedang kemarau panjang, pada kedalaman  10-12 meter sudah keluar air dan bisa dimanfaatkan lebih dari 3 Kepala Keluarga (KK). Tetapi saat ini warga yang membuat sumur bor dengan kedalaman 30 meter ternyata juga tidak maksimal hasilnya. 

Untuk bisa keluar air sesuai dengan harapan minimal harus dengan kedalaman mencapai 60-80 meter dengan biaya yang besar. Sementara untuk membeli satu tangki air bersih harganya sudah selangit dan air tersebut hanya bisa digunakan untuk bertahan  selama 2 minggu tergantung dengan jumlah orang dalam satu keluarga. "Tiap satu bulan rata-rata harus membeli 2 tangki seharga Rp 700 ribu," ucapnya.

Sementara data Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mencatat  data awal  kawasan kekeringan  makin meluas  melanda  15 kecamatan  dan  hingga saat ini  penanganan  kekeringan masih terfokus program droping air. Adapun jumlah warga terdampak kekeringan  sudah hampir mencapi 130 ribu jiwa.

Dari sebanyak 15 kecamatan, terdapat dua kecamatan Paliyan dan Girisuboyang paling parah   membutuhkan bantuan air. Kedua kecamatan tersebut warganya paling banyak terdampak kekeringan untuk Kecamatan Girisubo melanda   sebanyak 21.592 jiwa dan Kecamatan  Paliyan  sebanyak 16.978 jiwa. Salah satunya  desa  di Karangawen, Girisubo, belum semua wilayahnya terjangkau sambungan air bersih dari PDAM. Beberapa warga, bahkan masih  ada yang memanfaatkan bak penampung air dan  kebutuhan air ternak  memanfaatkan air telaga Tileng desa setempat. (Bmp)

Kredit

Bagikan