Hujan Menghilang, Ribuan Hektare Tanaman Pangan Terancam Mati

user
danar 21 Januari 2020, 12:50 WIB
untitled

GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Ribuan  hektare  tanaman padi dan jagung  di Kabupaten Gunungkidul terancam mati akibat terjadi   pedatan hujan  (curah hujan berhenti) dan  tercatat sudah 12 hari ini tidak diguyur hujan. Dari sejumlah kecamatan wilayah selatan dan tengah, Kecamatan Paliyan, Saptosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo  dan Kecamatan Karangmojo tercatat paling parah terutama di lahan padi yang  memiliki tingkat kemiringan tanah yang tinggi.

Baca Juga: 2019 Tahun Kedua Terpanas Sepanjang Sejarah

“Hujan tiba-tiba menghilang dan menyebabkan sejumlah tanaman pangan layu terancam mati,” kata  Harjo Pawiro (59) seorang petani warga Desa Mulusan Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, Senin  (20/1/2020).

Tanaman padi yang mulai  layu  tersebut sampai  saat ini sudah  berumur sekitar  20-30 hari. Agar pertumbuhan tanaman baik, sangat  membutuhkan air  yang cukup, tetapi  sayangnya sudah hampir  dua minggu ini  mengalami pedatan  hujan. Sebenarnya pertumbuhan berbagai jenis tanaman dengan   sistem tanam  berpola tumpangsari  ini  awalnya cukup baik. Dengan menghilangnya hujan menjadi  pukulan berat bagi  petani  karena tidak lagi punya persediaan cadangan benih manakala hujan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung turun. Bahkan saat ini, cuaca cukup panas  dan kondisi semacam ini semakin menambah resah kalangan petani yang berharap hujan  segera  turun dalam waktu dekat ini.

“Jika  tidak,  petani  Gunungkidul akan semakin kesulitan terutama untuk melakukan tanam ulang pada lahan sawah tadah hujan maupun ladang,” imbuhnya.

Ditambahkan Ny Sujiyem (54) warga Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari  bahwa sejak beberapa waktu lalu, ia bersama petani lainnya sudah langsung menebar benih ketika hujan mengguyur wilayahnya. Benih yang ditebar  termasuk  jagung dan meyakini bahwa musim penghujan sudah tiba. Untuk menebar benih ia sudah mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Karena selain untuk keperluan membeli  benih juga sudah banyak  mengeluarkan biaya untuk tenaga agar bisa ditanami. Hal senada juga diungkapkan oleh  Surono, warga Kecamatan Playen. Dia mengaku sudah telanjur menebar benih padi gogo cukup luas.

Baca Juga: Siap-siap.. Suhu Ekstrem Menanti di 2020

”Jika hujan menghilang terpaksa harus menyiapkan lahan sawah tadah hujan tersebut  dengan mengganti   tanaman  lain agar nanti bisa panen,” ucapnya.

Sementara di Kecamatan Playen tersebut, sejumlah petani terpaksa melakukan penyiraman tanaman dengan menggunakan sumur pompa dan menaikkan air dari sungai. Sudah dua sampai tiga kali melakukan penyiraman tanaman baik padi maupun palawija.”Kita berharap mudah-mudahan hujan kembali turun dan bisa menyelamatkan tanaman pangan,” terang Ny Sumiyem (60) petani warga Kecamatan Playen.(Bmp)

Kredit

Bagikan