Hujan Menghilang, Ribuan Hektare Tanaman Pangan Terancam Mati

Ilustrasi. (doc)
GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Ribuan hektare tanaman padi dan jagung di Kabupaten Gunungkidul terancam mati akibat terjadi pedatan hujan (curah hujan berhenti) dan tercatat sudah 12 hari ini tidak diguyur hujan. Dari sejumlah kecamatan wilayah selatan dan tengah, Kecamatan Paliyan, Saptosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo dan Kecamatan Karangmojo tercatat paling parah terutama di lahan padi yang memiliki tingkat kemiringan tanah yang tinggi.
Baca Juga: 2019 Tahun Kedua Terpanas Sepanjang Sejarah
“Hujan tiba-tiba menghilang dan menyebabkan sejumlah tanaman pangan layu terancam mati,” kata Harjo Pawiro (59) seorang petani warga Desa Mulusan Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, Senin (20/1/2020).
Tanaman padi yang mulai layu tersebut sampai saat ini sudah berumur sekitar 20-30 hari. Agar pertumbuhan tanaman baik, sangat membutuhkan air yang cukup, tetapi sayangnya sudah hampir dua minggu ini mengalami pedatan hujan. Sebenarnya pertumbuhan berbagai jenis tanaman dengan sistem tanam berpola tumpangsari ini awalnya cukup baik. Dengan menghilangnya hujan menjadi pukulan berat bagi petani karena tidak lagi punya persediaan cadangan benih manakala hujan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung turun. Bahkan saat ini, cuaca cukup panas dan kondisi semacam ini semakin menambah resah kalangan petani yang berharap hujan segera turun dalam waktu dekat ini.
“Jika tidak, petani Gunungkidul akan semakin kesulitan terutama untuk melakukan tanam ulang pada lahan sawah tadah hujan maupun ladang,” imbuhnya.
Ditambahkan Ny Sujiyem (54) warga Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari bahwa sejak beberapa waktu lalu, ia bersama petani lainnya sudah langsung menebar benih ketika hujan mengguyur wilayahnya. Benih yang ditebar termasuk jagung dan meyakini bahwa musim penghujan sudah tiba. Untuk menebar benih ia sudah mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Karena selain untuk keperluan membeli benih juga sudah banyak mengeluarkan biaya untuk tenaga agar bisa ditanami. Hal senada juga diungkapkan oleh Surono, warga Kecamatan Playen. Dia mengaku sudah telanjur menebar benih padi gogo cukup luas.
Baca Juga: Siap-siap.. Suhu Ekstrem Menanti di 2020
”Jika hujan menghilang terpaksa harus menyiapkan lahan sawah tadah hujan tersebut dengan mengganti tanaman lain agar nanti bisa panen,” ucapnya.
Sementara di Kecamatan Playen tersebut, sejumlah petani terpaksa melakukan penyiraman tanaman dengan menggunakan sumur pompa dan menaikkan air dari sungai. Sudah dua sampai tiga kali melakukan penyiraman tanaman baik padi maupun palawija.”Kita berharap mudah-mudahan hujan kembali turun dan bisa menyelamatkan tanaman pangan,” terang Ny Sumiyem (60) petani warga Kecamatan Playen.(Bmp)
BERITA TERKAIT
Ciptakan Kesetaraan Gender, Pemkab Sukoharjo Sosialisasikan Perda PUG
Bangun Karakter Siswa, SMAN 11 Yogya Gelar MABATA
Terlibat Calo Bintara, 5 Oknum Polda Jateng Dipecat dan Terancam Pidana
Literasi Jadi Alat Maksimalkan Kualitas SDM Indonesia
Bekali Kemampuan Penulisan, Kanwil Kemenag DIY Gelar FGD Kehumasan
Sambut Ramadan, Kemenag Kirim 50 Pendakwah Moderat ke Daerah 3T
Propam Polres Sukoharjo Gelar Tes Urine Dadakan, Hasilnya?
Polisi Dalami Dugaan Penganiyaan Fitri Disabilitas Yatim Piatu
Janji Didepan Makam Para Pahlawan, Masyarakat Kota Yogya Deklarasi Pemilu Damai
Bank Indonesia Batasi Penukaran Uang BaruRp 3,8 Juta Per Orang
Terbaik dalam Layanan Digital, Kemenkumham Terima Penghargaan dari Kementerian PANRB
Jenazah Syabda Dimakamkam Berdampingan dengan Ibu dan Nenek
Orangtua Ayu Indraswari Terakhir Bertemu Sabtu Pagi, Sore Sudah Tak Bisa Dihubungi
Cegah Kerusakan Lingkungan, Srikandi Ganjar Gelar DIY Workshop Ecoprint
Bupati Gunungkidul luncurkan Aplikasi 'Gampang Gawe Surat'
Pelayat Mendatangi Rumah Duka Syabda Perkasa
Kesbangpol DIY Perkuat Sinergitas Pokja Ketahanan Ekonomi
Merti Dusun Papringan Ditutup dengan Pementasa Kuda Lumping
Qomaru Terpilih Sebagai Ketua Ketua PDM Bantul
Bank Indonesia Mulai Menerima Penukaran Uang Baru Mulai 27 Maret
Dirut KR Resmikan Balai Warga Semeru