Semangat Bahari dan Identitas Nasional Harus Jadi Jiwa Pemuda Indonesia

Narasumber dalam sarasehan budaya di nDalem Notorahardjan. (Foto: Atiek WH)
SLEMAN, KRJOGJA.com - Sebagai sebuah negara maritim, Indonesia harus bisa dan mampu memanfaatkan potensi laut yang ada. Jangan sampai potensi tersebut justru berhasil diambil oleh negara lain yang sebenarnya tidak memiliki hak apa-apa.
Disisi lain, tentang budaya maritim juga jarang yang mengangkatnya menjadi bahan diskusi. Padahal penting bagi bangsa Indonesia untuk paham dalam menjaga dan memanfaatkan setiap potensi yang dimiliki. Baik laut, udara maupun darat. Jangan sampai potensi tersebut justru bermanfaat bagi orang luar. Tapi tidak dengan bangsa sendiri.
Di satu sisi, dalam hubungan antara negara harus bisa mempertimbangkan dan memperhatikan aspek kebudayaan dari masing-masing negara. Karena tidak hanya Indonesia saja yang memiliki budaya. Namun hampir semua negara memiliki budayanya sendiri yang juga harus dihargai.
Hal tersebut muncul dalam Sarasehan 15 Tahun nDalem Notorahardjan dengan tema 'Diplomasi Budaya, Semangat Bahari dan Identitas Nasional', yang berlangsung di nDalem Notorahardjan Jalan Palagan Tentara Pelajar Redjodani Ngaglik Sleman, Kamis (3/5/2018). Hadir sebagai narasumber Ahli Hukum Internasional Prof Hasjim Djalal, Mantan Dubes RI untuk PBB DR Makarim Wibisono, Mantan Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia terbaik di Jepang Soemadi Brotodiningrat, mantan Wakil Mendikbud Prof Wiendu Nuryanti dan Prof Mohtar Mas'oed dari UGM.
Mantan Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia terbaik di Jepang Soemadi Brotodiningrat mengatakan, dalam penggunaan budaya dalam diplomasi ada dua pembeda. Kualitas dan populerisasi. Menurutnya, ada negara yang ingin mempersepsikan budaya melalui performa adiluhung.
"Padahal hanya masyarakat tertentu saja yang paham soal adiluhung. Karena itu budaya tingkat tinggi. Jika budaya dipopulerkan, maka harus siap masuknya pengaruh dari negara lain. Karena itu tidak bisa ditolak," jelasnya.
Komersialisasi budaya menurutnya saat ini banyak terjadi. Namun dengan kemasan ekonomi kreatif, itu dapat dijadikan salah satu bentuk diplomasi.
Mantan Wakil Mendikbud Prof Wiendu Nuryanti menuturkan, melalui diplomasi budaya yang layak diharapakan dapat melahirkan diplomasi strategis. Tidak harus dalam pertemuan formal. Namun dengan non formal. Untuk itu, pemerintah sekarang ini sudah memiliki 10 pusat di luar negeri.
"Disana dapat dijadikan tempat pertemuan dalam hal kerjasama-kerjasama. BIsa dengan berupa obrolan santai, karena lebih ke non formal. Tentu saja tetap dalam koordinasi dengan kedutaan setempat," jelasnya.(Awh)
BERITA TERKAIT
Bulan K3, Karyawan Plaza Malioboro Ikuti Latihan Damkar
Visa Transit 4 Hari Tak Bisa untuk Haji
ATF 2023 Jadi Kebangkitan Pariwisata Indonesia
CIMB Niaga dan Cathay Pacific Wujudkan Wisata ke Destinasi Impian Dunia
Bawaslu Magelang Kawal KPU Sempurnakan Data Kematian Warga
Begini Kesiapan Telkom dalam Menyukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
Gandeng Empat Lini Bisnis, Nagita Slavina Bawa RANS ke Kuliner dan Gaya Hidup
PT Piaggio Indonesia Buka Cabang di Mojokerto
Beragam Penyebab Wanita Harus Operasi Angkat Rahim
Bulog Jamin Beras Impor Premium Dijual Tak Sampai Rp 10 Ribu Sekilo
Ditemukan di Fosil Ikan, Ini Bentuk Otak Berusia 319 Juta Tahun
Serunya Saat Bir Plethok dan Gado-Gado Jadi Pertunjukan Teater Dokumenter
Soal Galon Guna Ulang, KPPU Duga Ada Diskriminasi
Maybank Indonesia Resmikan Kantor Cabang Kota
Cegah Investasi Bodong, Pecalang Bali Ikuti Literasi Pasar Modal
Penderita Diabetes Anak Meningkat, Ini Pesan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Cara Top Up Game di Mocipay Pakai Pulsa
Bidik Pertumbuhan Dua Kali Lipat, Bank Muamalat Geber Pembiayaan Perumahan
Pembunuh Nomor Tiga, Kemenjes-MD Anderson Layani Pasien Kanker
Tersangka Pembunuhan Siswi Kelas 3 SMP Terancam Pasal Berlapis
Kabar Baik! 99 Persen Orang Indonesia Punya Antibodi COVID-19