Penuhi Kebutuhan Hidup dari Bagian Tubuh Kobra

user
agung 30 April 2018, 12:43 WIB
untitled

PROSES penangkapan ular pun terbilang mudah, hanya dibutuhkan dua orang untuk bisa mendapatkan ratusan ekor ular. Satu orang bertugas untuk menangkap ular, sedangkan orang yang lain hanya memegangi karung dan menghitung jumlah ular yang telah didapatkan.

Setelah sampai ke tangan penadah, kemudian Mas Nur membeli ular kobra tersebut dengan uang tunai atau menggunakan sistem barter yang menukarkan hewan milik Mas Nur seperti tokek dan biawak untuk mendapatkan ular kobra. Setelah mendapatkan hewan yang diinginkannya, ular-ular kobra tersebut dibawa ke “Kobra Jaya” yang berlokasi di Bantul dengan menggunakan mobil.

Daun Pisang Agar ular Kobra Tidak Stres

Ada aturan tertentu saat membawa ular hingga tiba di Bantul. Mobil harus dialasi daun pisang agar ular kobra tidak kepanasan dan menjadi stres. Selain itu, tiap karung, hanya boleh diisi 20-25 ekor saja supaya ular kobra tidak mati karena posisinya bertumpuk-tumpuk.

Ular yang telah tiba di “Kobra Jaya,” keesokan harinya langsung memasuki proses pemotongan. Langkah awalnya adalah menyayat perut dari bagian tengah ke arah kepala. Setelah itu, kulit ular dipisahkan dari dagingnya. Ular yang telah dipisahkan dari kulitnya kemudian diambil sumsumnya dengan menggunakan alat yang tajam dan panjang seperti tusuk sate.

Daging dan empedu ular yang didapatkan dari hasil pemotongan, lalu dibekukan ke dalam freezer untuk langsung diolah menjadi makanan atau disetorkan pada restoran langganan Mas Nur di daerah Lempuyangan. Sebelum dimasak, daging ular perlu direbus terlebih dahulu selama 1 jam.

Baca Juga : 

Mas Nur Jagal Kobra dari Jogja

Pada “Kobra Jaya” milik Mas Nur ini, biasanya daging ular diolah menjadi rica-rica atau hanya digoreng biasa. Satu kilo daging ular dapat diolah menjadi lima porsi masakan yang dipatok harga Rp 10.000,00 saja. Untuk empedu ular, tidak diperlukan proses pemasakan tertentu, sehingga langsung ditelan atau dicampurkan dalam jamu saja.

Satu empedu sebesar ruas jari tangan dijual dengan harga Rp. 40.000,00. Daging ular yang dijual lagi harganya berkisar Rp. 20.000,00 per kilogram. Setiap kilonya berisi sekitar 2-3 ular kobra.

Selain dimanfaatkan untuk konsumsi, kulit ular kobra juga dimanfaatkan sebagai kerajinan tas dan ikat pinggang. Namun, pada saat ini kulit ular kobra tidak laku lagi karena peminatnya berkurang dan harga jualnya rendah. Corak kulit ular kobra yang tidak terlalu bermotif dan hanya berwarna hitam juga kalah saing dengan kulit ular piton yang lebih bermotif dan ukurannya lebih besar.

Dalam menjalankan bisnis “Kobra Jaya,” Mas Nur pada awalnya hanya membutuhkan modal Rp 2,5 juta dengan menjual perhiasan emas. Tenaga kerja yang dibutuhkan pun tidaklah banyak, Mas Nur sanggup melakukan pemotongan sendiri dalam jumlah 100 ekor ular kobra. Jika jumlahnya lebih dari itu, maka ia akan memanggil rekannya untuk membantu.

400 Ular Lepas di Rumahnya

Sampai sejauh ini, keuntungan yang diperolehnya mampu digunakan untuk membeli sejumlah tanah, membangun rumah, membeli motor, melunasi hutang, dan keperluan sehari-hari lainnya. Sulit baginya untuk menentukan omset per bulan karena tangkapan liar sangat bergantung pada musim. Setelah musim panen, ular kobra bisa menjapai 200-300 ekor, tetapi jika musim kemarau ular kobra sulit didapatkan.

Sebelum usahanya stabil seperti sekarang, ayah Mas Nur yang memulai bisnis ini sempat berkali-kali tertipu hingga rugi Rp. 30 juta. Banyak pelanggan yang enggan membayar atau mengalami kebangkrutan menjadi penyebabnya. Kesulitan yang sempat dialami dalam menjalankan bisnis tersebut tidak hanya persoalan tertipu saja. Mas Nur seringkali khawatir jika ular-ularnya lepas dan sulit ditemukan. “Kalau saya takut ularnya gak ketemu, jadinya kan rugi,” ujarnya sambil tertawa.

Ia justru tidak khawatir jika ularnya lepas dan menggigit orang lain karena menurutnya ular kobra hanya akan menggigit jika terkejut atau sudah sangat terpojok. Sambil sesekali menghisap rokoknya, Mas Nur bercerita bahwa sebanyak 400 ekor ular pernah lepas dan memenuhi seisi rumahnya. (Fatimah Arum Utari/Iqbal Maulana/Tita Meydhalifah) 

Kredit

Bagikan