Anak Seharusnya Konsumsi Hiburan Sesuai Usia

Penyanyi cilik difabel tuna netra yang tergabung daam 'Kembalikan Lagu Anak Nusantara'. Foto: Febriyanto
MELALUI anak-anak yang memang memiliki bakat luar biasa di bidang olah vokal dan tarik suara, harapan untuk kembali mempopulerkan lagu anak nusantara coba dihidupkan. Gebrakan ini yang akan terus diupayakan melalui awal launching album 'Kembalikan Lagu Anak Nusantara' yang dilakukan di Atrium Ambarrukmo Plaza Yogyakarta, Minggu (26/6) malam.
"Tidak semestinya anak-anak dicekoki dengan lagu-lagu cinta, galau atau semacamnya. Mereka belum waktunya tahu itu. Masa kanak-kanak seharusnya menjadi masa yang paling menyenangkan bagi mereka untuk bermain dan mendapatkan hiburan sesuai usianya," tegas produser sekaligus pencipta lagu-lagu dalam album tersebut, Bilung AB saat dijumpai KR
, Senin (27/6).
Sebab itulah melalui rilis album ini ia berharap menjadi langkah awal untuk melakukan gebrakan mengembalikan lagu anak bagi anak-anak di Indonesia. Pasalnya saat ini ia melihat hampir tidak ada lagi lagu-lagu khusus untuk anak setelah era penyanyi cilik tahun 1990-an. Sehingga tidak heran, anak-anak mencari hiburannya sendiri, termasuk mengonsumsi hiburan yang selayaknya belum untuk usianya.
"Tidak bisa memungkiri saat ini banyak anak yang sudah terlalu dewasa dibanding usianya. Sebab musik itu pembawa karakter yang kuat. Banyak pesan yang bisa disampaikan lewat musik. Ketika pesan itu tidak tepat, jelas akhirnya juga kurang baik," ungkap Bilung yang dibantu sepenuhnya Diana Musik dalam proses ini.
Pada album ini, selain menggandeng anak-anak yang notabene terlahir dari tokoh Yogya di berbagai bidang, juga anak beberapa anak difabel yang dilibatkan. Terbukti mereka memiliki kualitas dan kapasitas mumpuni sehingga mengundang decak kagum penonton saat launching album tersebut.
Sementara mengenai pembinaan karakter melalui musik juga pernah disampaikan salah satu tokoh musik Yogyakarta, Memet Chairul Slamet.
Menurutnya seni musik dapat secara efektif membentuk karakter generasi muda. Sebab dengan belajar musik, seseorang dengan sendirinya juga dapat belajar kepemimpinan, kedisiplinan hingga toleransi.
"Bermain musik juga dengan rasa dan logika. Keduanya penting juga untuk melakoni kehidupan sehari-hari," jelasnya. (M-5)
BERITA TERKAIT
Di Pati 300 Kilometer Jalan Rusak, Warga Iuran Sukarela untuk Perbaikan
Aktif di Yayasan Panti Rapih, T Hani Handoko Dipanggil Tuhan
Tersangka Mutilasi Pakem Mengeksekusi Korban Tanpa Terburu-buru
SD Negeri Caturtunggal 3 Adakan 'Panen Karya P5'
Tetapkan 1 Tersangka, Kejari Sukoharjo Tangani Kasus Dugaan Korupsi PD BKK Bulu
Berkedok 'Valet Parking' Hotel Bawa Kabur Mobil HRV
Sambut Ramadan, Komunitas Guru Gugus 8 Depok Gelar Bazar
Perdebatan Hisab dan Rukyat Sudah terjadi di Zaman Belanda
Padusan di Telaga Kusuma, Pengunjung Disambut Live Music
AMI Bertekad Implementasikan Sapta Karsa
Sadisnya Pelaku Mutilasi Pakem, Usai Membunuh Mampir Makan di Warmindo
Suasana Puasa Zaman Kolonial Belanda, Satu Bulan Sekolah Libur
Organisasi Berbasis Digital, Jadilah Kupu-kupu
Lulusan STPMD 'APMD' Dituntut Proaktif dan Aplikasikan Ilmu di Masyarakat
Pelaku Mutilasi Sempat Tulis Surat, Kita Bisa Bertemu di Penjara atau Akhirat
Berangkat Mijit Pelanggan, Malah Curi Motor
BRI Terkoneksi SIPD, Mudahkan Pengelolaan Transaksi Keuangan
Imam Sudjarwo Terpilih Ketum Ketiga kalinya
Oknum Kepsek dan Korwil Disdik di Wonogiri Bikin Foto Asusila
497 ASN Pemkab Sukoharjo Terima SK Kenaikan Pangkat
Sosialisasi Dan FGD Menyikapi Erupsi Merapi Terkini