10 Transmigran Berangkat ke Bulungan, Ini Kendala di Lokasi

user
danar 02 Desember 2019, 19:20 WIB
untitled

BANTUL, KRJOGJA.com - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bantul memberangkatkan 10 Kepala Keluarga (KK) transmigrasi ke Bulungan Kalimantan Utara. Sementara itu terlambat membuka lahan menjadi salah satu kendala yang rentan dialami trasmigran yakni keterlambatan pembukaan lahan.

"Rata-rata transmigran mendapatkan 2 hektar lahan untuk dikelola. Yang jadi persoalan biasanya transmigran sudah datang namun lahan belum dibuka sehingga mereka harus membuka lahan dan membutuhkan waktu lama," jelas Kepala Disnakertrans Bantul, Drs Sulistyanto,MPd disela pelepasan transmigran di Transito Bantul, Senin (2/12/2019).

Ditegaskannya pemberangkatan transmigran ini kloter dua dalam setahun masing-masing 10 KK. Anggaran mereka menggunakan dana sharing APBD Rp 700 juta yang dianggarkan untuk memperkuat penyediaan sarana umum seperti masjid, balai desa, puskesmas pembantu dan sebagainya.

Selain itu, tiap KK mendapatkan bantuan Rp 10 juta, jaminan hidup (jadup) selama 1 tahun dan lahan pekarangan 1.000 meter serta lahan pertanian 1.000 meter sehingga total lahan yang dimiliki total 2 hektare.

"Sebelum mereka berangkat diberikan pelatihan seperti pengolahan pertanian kelapa sawit, karet, beternak dan sebagainya. Diharapkan mereka juga dapat membuka warung kelontong karena posisi lokasi transmigrasi jauh dari pusat perbelanjaan," terangnya.

Pihak Disnakertrans juga terus melakukan giat monitoring secara rutin. Ditambahkannya jumlah trasmigran yang menunggu daftar waiting list sekitar 70 KK dengan animo lokasi tujuan kalimantan dan sumatra. Sementara kuota yang ada Sulawesi.

Bupati Bantul, Drs H Suharsono berharap transmigran betah dan merasa nyaman tinggal di kawasan transmigrasi. "Perjuangan menuju kesuksesan bermula dari sini," jelasnya.

Pasutri transmigran asal Sukorame Mangunan Dlingo Arif Agung Rohmadi (22) dan Susi Wulandari mengaku pihaknya optimis dengan bertransmigrasi kehidupan lebih baik dibanding dengan yang ada di Bantul saat ini.

"Selama di Bantul saya bekerja serabutan karena lapangan kerja susah," jelas pasutri yang memiliki dua anak usia 2 tahun dan 3 bulan. (Aje)

Kredit

Bagikan