619 Bank Sampah Terbentuk, Dorong Pengolahan Sampah yang Lebih Optimal

user
danar 28 Juli 2022, 09:10 WIB
untitled

YOGYA, KRJOGJA.com - Pemkot Yogya terus mendorong penambahan bank sampah di masyarakat untuk mengurangi volume sampah. Penumbuhan bank sampah justru menjadi proses awal dan pengelola didorong terus produktif hingga mampu mengolah sampah organik.

Ketua Forum Bank Sampah yang juga Sekda Kota Yogya Ir Aman Yuriadijaya, mengungkapkan pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya akan semakin membangun komunikasi yang kuat dengan kewilayahan agar bank sampah bisa lebih optimal. Kelurahan dan kemantren diminta bersama-sama mengembangkan bank sampah.

"Kami juga mendorong bank sampah tidak hanya mengelola sampah anorganik. Tapi juga mengelola sampah organik karena mayoritas sampah keluarga adalah sampah organik. Kami juga menunggu kesiapan DLH menyangkut gerakan biopori rumah tangga anggota bank sampah," ungkapnya, baru-baru ini.

Dirinya juga mengapresiasi lahirnya Bank Sampah Tinemu Resik di Cokrodirjan Suryatmajan. Bank sampah Tinemu Resik itu menjadi bank sampah terbaru di Kota Yogya.

"Apa yang dilakukan teman-teman di Cokrodirjan ini saya kira menjadi hal penting. Ini adalah sebuah awal menuju kepada proses selanjutnya. Forum bank sampah akan selalu membersamai," imbuhnya.

Aman menyatakan forum bank sampah juga akan meningkatkan nilai tambah dari sampah dengan penganekaragaman produk sampah. Termasuk bersama DLH Kota Yogya akan membuat stokis produk hasil pengolahan sampah untuk mengatasi kendala pemasaran. Produk dari hasil pengolahan sampah dari masyarakat bisa ditampilkan bersama forum bank sampah di stokis produk yang akan dipasarkan secara digital.

Kepala DLH Kota Yogya Sugeng Darmanto, menyebut saat ini ada 619 bank sampah di Kota Yogya. Serapan pengelolaan sampah di bank sampah juga didorong meningkat dengan mengelola sampah anorganik dan organik.

"Target kami semua RW memiliki bank sampah. Kami berupaya untuk lebih meningkatkan pengelolaan sampah di hulunya, terutama yang organik. Kami akan mendorong anggota bank sampah membuat biopori karena itu yang paling mudah, biaya ringan dan pemeliharaan gampang. Gerakan ini harus menyeluruh," paparnya.

Sedangkan Ketua Bank Sampah Tinemu Resik Cokrodirjan Agustina Adirizeta, mengatakan bank sampah itu berdiri karena termotivasi dengan wilayah RW lain yang sudah memiliki bank sampah. Di samping itu untuk mengatasi kesulitan warga membuang sampah saat TPA Piyungan tutup.

"Sebenarnya kita pernah jalan tapi terkendala tidak punya tempat untuk transit pengumpulan sampah. Kami vakum sekitar enam tahun. Sekarang  kita sudah ada kerja sama dengan pelapak dan bisa kita telpon untuk mengambil sampah," tuturnya.

Bank Sampah Tinemu Resik menggunakan lahan di bawah Jembatan Juminahan untuk menimbang sampah yang dikumpulkan masyarakat. Agustina menyampaikan setelah mendapat sosialisasi dan pelapak bersedia menerima semua sampah, warga menjadi giat memilah dan mengumpulkan sampah ke bank sampah.

Dia menyebut sekali pengambilan sampah oleh pelapak sekitar 10-20 kilogram sampah di antaranya berupa kardus, botol plastik dan kemasan produk berbahan plastik.

"Hasilnya masih ditabung dulu. Nanti kalau umpamanya sudah terkumpul banyak, kita serahkan ke nasabah atau dikelola biasanya ada simpan pinjam atau untuk piknik," katanya.(Dhi)

Kredit

Bagikan