Masih Ada Tolak Imunisasi, Campak dan Rubella Merebak

Ilustrasi.
Krjogja.com - KARANGANYAR - Kasus campak dan rubella muncul di Kecamatan Tawangmangu, Jumapolo dan sejumlah kecamatan lainnya. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kabupaten Karanganyar masih menyisir kasusnya yang kemungkinan muncul di kabupaten lainnya.
Kemunculan campak dan rubella pada balita dikemukakan Bupati Karanganyar, Juliyatmono dalam Sosialisasi Posbindu yang menghadirkan kepala puskesmas serta camat di 17 kecamatan di ruang Podang 1 Kompleks Setda Pemkab Karanganyar, Senin (5/12). Ia menyebut kemunculan kasus tersebut ironi mengingat terdapat fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta serta berbagai program imunisasi yang digulirkan. Bupati Juliyatmono meyakini orangtua balita terpapar campak dan rubella kurang teredukasi.
"Saya mendapat laporan adanya kasus campak di Tawangmangu dan Jumapolo. Kasus ini sebenarnya bisa dicegah dan diantisipasi. Pendekatan ke orangtua," katanya.
Di hadapan para kepala puskesmas, ia mengatakan kemunculan kasus rubela dan campak kurang menyukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Ia meminta kemunculan kasus diseriusi dinas terkait.
Kepala DKK Karanganyar, Purwati mengatakan terdapat kasus rubella dan campak di sejumlah kecamatan. Tertinggi di Kecamatan Tawangmangu sebanyak 10 kasus campak dan tiga kasus rubella. Lalu tiga kasus campak di Jumapolo.
"Paling banyak di Tawangmangu. Namun kami terjunkan petugas untuk sweeping, karena kemungkinan banyak yang tidak terdeteksi oleh puskesmas," katanya.
Disebutnya, campak dan rubella merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya tergantung sistem imune tubuh. Gejalanya bintik pada kulit punggung, muka, belakang telinga yang diikuti demam. Penyakit itu diantisipasi dengan imunisasi campak dan rubella.
"Bulan imunisasi campak rubella kami berikan tak kurang-kurang. Di puskesmas, posyandu, di klinik, juga ke sekolah-sekolah. Masalahnya, enggak semua orangtua mau anaknya diimunisasi. Sekarang malah anaknya sakit," katanya.
Berdasarkan penyelidikan epidemologi (PE), orangtua menolak anaknya diimunisasi karena keyakinan. Mereka khawatir imunisasi tidak sesuai keyakinannya.
"Padahal imunisasi itu halal dan menyehatkan. Kita selalu beri pengertian ini. Jika ibu hamil terpapar, risiko keguguran atau anaknya lahir cacat," katanya. (Lim)
BERITA TERKAIT
Komitmen Cegah Pungli, UPUBKB Boyolali Terima Penghargaan Stranas PK Terakreditasi A
Pesan Bunda Corla Sebelum Pulang ke Jerman: Jangan Saling Membuka Aib!
Wuri Hantoro Hadirkan Presiden di JEC
Lisa Loring 'The Addams Family' Tutup Usia, Putrinya Memegang Tangannya
Penerapan GCG Kuat Antarkan BRI Jadi Top 3Â Asean Corporate Governance Scored Card
Hadapi Tantangan Era Elektrifikasi, Toyota Indonesia Akselerasi Kompetensi SDM Vokasi
Baru Seminggu Dipelihara, Sapi Paingin Mati Tertimpa Pohon Tumbang
Jadwal Liga Italia 2022/2023: Inter vs Milan, Salernitana vs Juventus
Muhammadiyah: Awal Ramadan 23 Maret, Idul Fitri 21 April 2023
Geser Shin Tae-Yong, Indra Sjafri Jadi Pelatih Timnas SEA Games 2023
329 Calon Panwaslu Kalurahan Lolos Seleksi Administrasi
Sukses Transformasi Bisnis Bank Mandiri Ciptakan Values Baru
Ditlantas Polda Jateng Uji Coba ETLE Drone di Purbalingga
Dua Pekan Lagi, Mendag Janjikan Minyakita Bakal Banjiri Pasar Lagi
Yevhen Borong Dua Gol, PSS Perkasa di Demang Lehman
Puasa Sunnah Ayyamul Bidh Februari 2023 : Jadwal, Niat dan Keutamaannya
Road To UFC: Jeka Saragih Rela Berdarah-darah Hadapi Anshul Jubli
Gibran Rakabuming Digandeng Megawati, Minta Publik Membaca Ekspresi Wajahnya
Istilah 'Body Count' Sedang Viral di Medsos, Ternyata Mengarah ke Sex
HP Samsung Galaxy S23 Bakal Pakai Gorilla Glass Victus 2
Atasi Barito Putra, PSS Sleman Tatap 10 Besar