Batik Parang Lereng Dilarang Dipakai Saat Tasyakuran Kaesang-Erina? Ini Penyebabnya

Batik motif parang (foto: pixabay)
Krjogja.com - SOLO - Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono semakin mendekati hari pelaksanaan. Serangkaian acara ritual juga dihelat sebagai syarat pernikahan, salah satunya adalah tasyakuran.
Namun acara tasyakuran ini tidak boleh sembarangan digelar. Oleh pihak Pura Mangkunegaran, jauh-jauh hari para undangan tasyakuran diperingatkan untuk tidak memakai batik dengan motif parang lereng. Kenapa?
Selidik punya selidik ternyata batik dengan motif tersebut memiliki arti yang sakral. Larangan tersebut disampaikan oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang notabene adalah kakak kandung Kaesang Pangarep.
Gibran mnejelaskan, pihak Pura Mangkunegaran yang meminta agar tamu undangan tidak mengenakan kain batik bermotif tersebut pada acara yang digelar pada 11 Desember 2022 itu.
“Untuk masuk pura enggak boleh ada parang lereng. Itu aturan dari Kanjeng Gusti [KGPAA Mangkunegara X],” ujar Gibran kepada wartawan di Balai Kota Solo, Senin (5/12/2022).
Lalu, kenapa batik motif parang lereng dilarang dalam acara tersebut?
Seperti dikutip dari situs Goodnewsfromindonesia.id, batik parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Parang berasal dari kata pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.
Motif batik jenis merupakan batik yang sudah ada sejak zaman Keraton Kartasura dan memiliki bentuk susunan motif S yang tidak putus. Bentuk dasar S tersebut diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak kenal putus asa. Pada zaman dahulu, batik parang hanya dikenakan oleh raja, penguasa, dan ksatria.
Arti batik parang sendiri mempunyai makna yang sakral, yakni petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga.
Sementara itu, garis diagonal pada batik parang melambangkan penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya. Bukan hanya itu, motif ini dimaknai ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara pekerja dengan pekerjaa lain.
Memiliki arti yang begitu sakral, batik parang kini memiliki 10 jenis motif yang populer. Bersumber dari Batikindonesia.com, beberapa di antaranya, batik parang motif merak, batik parang centong, batik parang cantel, batik parang kusumo, batik parang curigo mlinjon, batik parang sketsa, batik parang seling warna, batik parang bermakna, batik parang tuding, dan batik parang rusak barong. (*)
BERITA TERKAIT
Kucing Ternyata Bisa Ramalkan Hujan
Perayaan Imlek di Karanganyar Kolaborasi Budaya Nusantara
Dikemas Live Painting Hyatt Regency Yogyakarta Hadirkan 5 Pelukis Muda Berbakat
Usai Dilantik, PKD akan Lakukan Pengawasan Coklit
Ketua Remaja Masjid Cabuli 20 Bocah, Aksi Bejat ada yang di Masjid
Gempa Magnitudo 7,8 Guncang Turki, 10 Orang Tewas
Titi DJ Tampak Lebih Muda Karena Lakukan Anti Aging, Operasi Apa Itu?
Pemkab Sukoharjo Dapat Kuota 2 KK Program Transmigrasi 2023
Hilirisasi Kunci Indonesia Menjadi Negara Maju
Prevalensi Sedikit Naik, Gunungkidul dan Kulonprogo Giat Atasi Stunting
Disdikbud Sukoharjo Minta Orang Tua Tidak Terpancing Isu Penculikan Anak
Abdul Kholik Usulkan NUnomics di Momen Satu Abad
Balon Udara Picu Ketegangan Baru Amerika - China
7 Film Terpilih Tayang, Indonesia Catat Rekor di Film Festival Rotterdam 2023
Berburu Durian Rendah Kolestrol di Pasar Kembang
Kasus Gagal Ginjal Akut Anak Kembali Muncul
Pondok Pesantren se DIY Gelar Festifal UMKM
Sambut Bulan Kasih Sayang, JCM Hadirkan ‘Feblooming Spring’
Indonesia Serahkan Estafet Kepemimpinan ATF 2024 Ke Laos
Edu Fair SMAN 1 Pakem Hadirkan 25 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
Petani Korban Gempa Cianjur Belum Panen, Bantuan Logistik Pembaca KR Membantu