Hanung Bramantyo Bagikan Cerita Film Makassar Rajai Bioskop

user
Ivan Aditya 20 Desember 2022, 16:50 WIB
untitled

Krjogja.com - YOGYA - Sineas kenamaan asal Yogyakarta, Hanung Bramantyo membagikan cerita bagaimana film-film karya sineas daerah mulai bermunculan dalam beberapa waktu belakangan dengan karya-karya luar biasa. Situasi ini beriringan dengan tumbuhnya platform-platform streaming film yang memberikan ruang lebih memutar karya.

Hanung mengungkap, saat ini perhatian pemerintah pada sineas terbilang cukup berbeda dari masa lalu. Salah satunya DIY yang memiliki Dana Keistimewaan untuk alokasi membuat film pendek yang secara tak langsung memberi ruang kreatif bagi insan film lokal.

“Film pendek saat ini punya potensi luar biasa. Dana Keistimewaan misalnya di DIY, melahirkan film Tilik, yang viewernya 27 juta di Youtube dan sekarang dibuat series. Kemudian setelah film itu, muncul judul-judul lainnya yang tak kalah bagus, begitu pula sutradara muda yang bisa punya karya baik terangkat,” ungkapnya dalam sesi bincang media di acara launching FlipFlop TV di JNM Bloc, Selasa (20/12/2022).

Tak hanya di DIY saja, Hanung juga menyebut situasi serupa muncul di daerah lain seperti Sulawesi Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyebut, ada satu film di Makassar yang mampu bertahan di bioskop layar lebar XXI dalam waktu lebih dari satu bulan.

“Awalnya hanya diberikan waktu tiga hari dari XXI itupun hanya di Makassar, tapi ternyata bisa lebih dari sebulan dan masih ada penontonnya. Ini menjadi hal luar biasa, bahwa film daerah punya potensi dan disukai, ada penontonnya, bisa box office,” lanjutnya lagi.

Hal senada disampaikan Djenar Maesa Ayu yang menilai saat ini banyak film mendapat kesempatan tampil dengan plaform online bermunculan. Djenar melihat adanya pergeseran dunia film tanah air yang mana hal itu baik untuk perkembangan insan perfilman tanah air.

“Dulu di komunitas yang diputar film idealis, independen kalau di bioskop yang entertaining. Kalau di festival sekarang juga menayangkan film komersial, kebalikannya juga demikian di bioskop. Pasar sudah dibentuk karena diberikan kesempatan film untuk bertemu dengan penonton,” sambungnya.

Djenar optimis dengan ekosistem yang terbangun saat ini bisa membangun insan perfilman tanah air sekaligus memberikan banyak opsi bagi penonton. Konten-konten daerah dengan dinamika budaya di Indonesia memiliki potensi berkembang dengan baik ke depan.

“Pasar itu sangat bisa dibentuk, ketika ada wadah seperti platform FlipFlop TV, seniman dan kreator film mendapatkan tempat, atau waktu tayang yang sepadan. Adanya komunitas, festival dan platform ini akhirnya banyak orang antusias,” ungkapnya.

Baik Hanung dan Djenar berharap agar platform seperti FlipFlop TV bisa konsisten dalam gerak memberi ruang putar film Indonesia. “Tantangannya memang konsistensi, semoga FlipFlop bisa konsisten,” pungkas Hanung. (Fxh)

Kredit

Bagikan