SMK Berbasis Pesantren Kelola Dapur Umum Pengungsi Korban Banjir di GKMI Kudus

user
Agusigit 07 Januari 2023, 17:45 WIB
untitled

KUDUS - Bencana  banjir yang melanda wilayah Kabupaten Kudus Jawa Tengah telah memunculkan inisiatif bermakna bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Assa’idiyyah 2 Kudus.
SMK berbasis pesantren itu memberikan  kontribusi mengelola dapur umum di salah satu tempat pengungsi korban banjir. Justru yang disasar adalah Gereja Kristen Muria Indonrsia (GKMI) di Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati Kudus.
Banjir sudah berlangsung selama sepekan, mulai penghujung akhir tahun 2022 hingga Sabtu (7/1) tahun 2023. Banyak wilayah di Indonesia harus menghadapi peningkatan cuaca ekstrem berupa angin kencang maupun hujan dengan intensitas dan curah tinggi, termasuk di Kota Kretek ini.
Hingga saat ini genangan banjir belum surut. Sedikitnya 25 desa terdampak, tersebar  di lima kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Mejobo, Jekulo, Kaliwungu dan Undaan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus kemudian menetapkan status darurat banjir.
Berdasarkan data terakhir, warga terdampak banjir di Kudus sebanyak 48.181 jiwa dengan jumlah pengungsi 907   jiwa. Sedang dampak terhadap area persawahan yang terendam mencapai  seluas 7.945 hektar.
Melihat dampak yang cukup besar, SMK Assa’idiyyah 2 Kudus yang merupakan sekolah vokasi berbasis pesantren untuk siswa kalangan muslim, tidak tinggal diam. Mereka melakukan implementasi pembelajaran dalam bentuk penguatan karakter Profil Pelajar Pancasila secara nyata melalui kejadian bencana banjir ini.
Ada beberapa nilai yang kuat tercermin dalam proyek sekolah ini, diantaranya membangun karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak,  bernalar kritis serta bergotong royong.
Setidaknya tiga dari enam kompetensi atau dimensi kunci perwujudan Profil Pelajar Pancasila tersebut telah berhasil dikembangkan. Tentunya pembelajaran yang memiliki profil beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak serta mau bergotong royong, akan selalu bersedia membantu, bekerjasama dan bermanfaat sosial bagi siapa pun. Tanpa memandang ras, suku, agama, golongan atau pangkat tertentu.
Sebagai sekolah pesantren, siswa dan komunitas sekolah Islam ini mampu bergerak sukarela untuk memasak di gereja. Bergotong royong membuat dapur umum dengan kalangan gereja di GKMI Tanjung Karang Kudus.
Salah seorang siswa kelas 12  jurusan Tata Boga SMK Assa’idiyyah 2 Kudus, Fatimatuszahra mengatakan, begitu mengetahui banyak pengungsi korban banjir, ia bersama rekan- rekannya berinisiatif mengelola dapur umum. Pilihannya jatuh ke tempat pengungsi banjir di GKMI Tanjungkarang Kudus.
Tugas setiap yang harus dikerjakan yaitu menyediakan menu makanan untuk para pengungsi awal banjir  sejak Minggu lalu. Penentuan menu makan ditentukan oleh guru pembimbing, tetapi untuk memasak dilakukan para siswa. Di antara menu masakan setiap hari berbeda, antara lain ayam bumbu lada hitam, dan bandeng presto.
“Pengalaman ini memberikan tantangan dan tidak  mudah. Tetapi lelah dan usaha yang telah kami lakukan ternyata memberikan perasaan bangga dan haru karena bisa menolong masyarakat lain yang sangat membutuhkan," ujarnya penuh semangat.
Sebanyak 25 siswa jurusan Tata Boga salah satu SMK binaan Djarum Foundation itu terlihat sigap dalam mengolah masakan Indonesia dengan gizi yang baik untuk makan pagi, siang, dan malam, bagi warga korban banjir. Para siswa SMK Assai’diyyah 2 Kudus ini  mampu memproduksi sebanyak 510 paket makan setiap harinya.
Dalam melakukannya,  siswa berinteraksi secara langsung dengan sukarelawan lain, pengelola area pengungsian di GKMI Tanjung Karang Kudus, serta para korban banjir.
Inisiatif dan pengalaman ini merupakan proyek yang sangat bermakna bagi siswa yang terlibat. Sebuah kompetensi yang kritis serta kontribusi gotong royong berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan secara nyata untuk mengatasi permasalah di masyarakat terkait bencana banjir yang melanda Kudus.
Sementara itu, Hesti Critsiyana (45) pengungsi warga Perumahan Tanjung Matra Makmur  RT.02- RW. 05 Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati Kudus mengaku kalau rumahnya tergenang air setinggi 80 cm sejak Minggu (1/1) hingga sekarang. “Sungguh luar bias gerakan yang diinisiasi siswa SMK Assa"idiyyah 2 Kudus. Selain karena inisiasi untuk membantu sesamanya yang sedang kesulitan, bantuan yang diberikan benar-benar optimal. Rasa dari masakannya tidak kalah dengan restoran- restoran yang ada. Hebat, saya acungi jempol!,"  ungkap Hesti.
Menurutnya, inisiatif kegiatan yang dilakukan siswa SMK Assa’idiyyah 2 Kudus ini merupakan kegiatan yang patut dicontoh. Siswa SMK mampu memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat berbekal keterampilan setara industri yang dipelajarinya saat dibangku sekolah vokasi. (Trq)

Kredit

Bagikan