Pentas Tiga Beksan, Pengetan Jumenengan Purworejo Semakin Sakral

user
Agusigit 27 Februari 2023, 17:15 WIB
untitled

Krjogja.com - PURWOREJO - Pemkab Purworejo menggelar pentas beksan atau tari klasik khas Yogyakarta dalam Pengetan Jumenenengan RAA Tjokronegoro I sebagai Bupati Purworejo pertama di pendopo kabupaten, Minggu (26/2). Dalam pagelaran itu, dipentaskan tiga tarian, yakni Beksan Bedhayan Kidung Cakra, Beksan Cakra Tunggal, dan Beksan Menak Putri Kridha Warastra.

Pagelaran tiga beksan tersebut membuat Pengetan Jumenengan dalam rangka Hari Jadi Purworejo ke-192 itu menjadi sakral. Tiga beksan ditarikan puluhan penari selama kurang lebih satu jam.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo Wasit Diono mengatakan, tiga beksan itu merupakan produksi Pemkab Purworejo dan Keraton Yogyakarta. "Untuk Beksan Bedhayan Kidung Cakra dan Beksan Cakra Tunggal produksi pemkab, sedangkan Beksan Menak Putri Kridha Warastra dari Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat," terangnya kepada KRJOGJA.com, usai pentas.

Beksan Menak Putri Kridha Warastra ditata oleh koreografer Nyi MB Sarimatoyo, dengan penata musik MB Madukumolo. Beksan itu bercerita tentang prajurit putri Kerajaan Ambarkustub yang sedang berlatih perang untuk melawan Kerajaan Koparman dengan menggunakan senjata jemparing atau panahan tradisional.

Beksan Bedhayan Kidung Cakra, katanya, ditata oleh koreografer Purworejo Melania Sinaring Putri dan penata musik pengajar ISI Yogyakarta Anon Suneko MSn. Beksan Cakra Tunggal digarap oleh koreografer Wibi Supri Andoko dengan penata lagu Anon Suneko MSn.
Tarian tersebut, lanjut Wasit, khusus dibawakan saat Pengetan Jumenengan RAA Tjokronegoro I setiap tanggal 26 Februari. "Tanggal 26 Februari merujuk pada Babad Kedhung Kebo karya RAA Tjokronegoro I yang menerangkan bahwa beliau naik tahta pada tanggal tersebut," terangnya.

Koreografer Melania Sinaring Putri mengatakan, tarian produksi tahun 2019 itu bermakna tembang kehidupan yang terus berputar. "Mengisahkan tentang putaran kehidupan manusia, yakni ke atas terkait hubungannya dengan Tuhan, juga putaran ke bawah terkait hubungan dengan diri sendiri, dengan tujuan untuk selalu melakukan introspeksi dan refleksi," terangnya.
Tarian tersebut sarat dengan simbolisasi kehidupan yang tergambar dalam gerakan, kostum, formasi, properti, hingga tembang.

"Seperti gerakan melempar kain putih ke atas sebagai simbol kebeningan hati, ketenangan, dan keyakinan sekaligus sikap pasrah kepada Sang Pencipta," katanya.

Sementara itu, Bupati Purworejo RH Agus Bastian SE MM mengapresiasi semua pihak yang sudah memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan rangkaian kegiatan Hari Jadi Purworejo ke-192. "Ada kegembiraan yang luar biasa di hati, karen dukungan yang besar dari masyarakat di seluruh Purworejo sehingga rangkaian hari jadi berjalan lancar," tuturnya.

Bupati mengajak seluruh masyarakat untuk meneruskan perjuangan para pendahulu Purworejo. "Kami berharap Pengetan Jumenengan ini jadi sarana refleksi dan introspeksi, sehingga Purworejo semakin maju, masyarakatnya sejahtera, sekaligus memberikan pemahaman kepada generasi muda agar selalu mencintai budayanya," tandasnya.(Jas)

Kredit

Bagikan