Berbagai Organisasi Kampanyekan Stop Stigma Negatif Pasien TBC di Titik 0 Km

Berbagai komunitas peduli TBC berkumpul di 0 kilometer. (Harminanto)
Krjogja.com - YOGYA - Berbagai organisasi yang konsern dengan Tuberculosis (TBC) menggelar aksi sosialisasi di titin 0 kilometer Yogyakarta, Kamis (16/3/2023) malam. Mereka mengkampanyekan penghapusan stigma terhadap penyintas TBC dan sekaligus dukungan pada para pasien untuk sembuh.
Kampanye dilakukan sebagai rangkaian momentum Hari TBC Sedunia tahun 2023 yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Berbagai komunitas seperti Perhimpunan Organisasi Pasien (POP TB) Indonesia bersama Sub Recipient [SR] TBC Komunitas Siklus Indonesia dan Yayasan Penyintas Tuberkulosis TERBESAR (Terus Bersama-sama Berjuang) Yogyakarta turut dalam aksi.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa Global Tuberculosis Report (GTR) 2022 mengestimasikan terdapat 969.000 kasus tuberkulosis baru (satu orang terinfeksi setiap 33 detik) di Indonesia dan menempatkan sebagai negara kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia setelah India. Angka tersebut naik 17 persen dari tahun 2020 yaitu sebanyak 824.000 kasus dimana pada 2021 insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 35 orang diantaranya yang menderita TBC.
Angka kematian akibat TBC di Indonesia di tahun 2021 juga mencapai 150.000 kasus (satu orang setiap 4 menit), naik 60 persen dari tahun 2020 sebanyak 93.000 kasus kematian akibat TBC. Dengan tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk. Pada pengobatan TBC di Indonesia, khususnya pasien TBC RO, kesehatan mental menjadi sebuah permasalahan serius yang mungkin dihadapi.
Rakhma Koordinator Program SR TBC Siklus Indonesia menyampaikan, hal tersebut dipengaruhi oleh lamanya pengobatan yang menguras energi pasien, terlebih lagi efek samping obat yang memicu terjadinya depresi, kecemasan dan stres. Diagnosis awal TB merupakan salah satu stressor penyebab gangguan psikologis terutama depresi. Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan depresi dan kecemasan pada pasien TBC.
Baca Juga
"Dalam perspektif gender, pasien TBC yang melakukan pengobatan lebih banyak laki-laki daripada perempuan, namun tingkat depresi paling tinggi terjadi pada perempuan. Selain itu, kajian Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat tahun 2017 menunjukkan bahwa pasien TBC mengalami perlakuan buruk dan pelanggaran HAM. Pengalaman tersebut utamanya diterima dari petugas layanan kesehatan, keluarga dan masyarakat. Dalam studi dokumentasi tersebut dan pengalaman pendidik sebaya ditemukan bahwa perempuan TBC RO mengalami kekerasan rumah tangga saat menjalani pengobatan," ungkapnya.
Pada tataran komunitas, upaya pendampingan pasien TBC RO dilakukan oleh Tim Kerja Komunitas yang terdiri dari 156 orang Manajer Kasus TBC RO yang bertugas di 154 RS Layanan TBC Resisten Obat yang berlokasi di 119 Kab/kota, 394 Patient Supporter (PS) dan 204 kader TBC RO aktif. Termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta dukungan pendampingan pasien TBC RO dilakukan oleh Tim Kerja Komunitas SR TBC Siklus Indonesia DIY di 7 Rumah Sakit Layanan TBC Resisten Obat di DIY yaitu dua RS di Sleman, dua RS di Bantul, satu RS di Kota Yogyakarta, satu RS di Gunungkidul dan satu RS di Kulon Progo.
"Kegiatan pendampingan pasien TBC RO di DIY juga didukung oleh OPT Terbesar Yogyakarta yang berperan sebagai Manajer Kasus dan Pasien Supporter TBC RO. OPT Terbesar akan terus membantu memberikan dukungan psikososial, menjadi tempat untuk sharing pengalaman, dan dukungan advokasi ke pihak terkait demi kelancaran proses pengobatan pasien TB RO. Jangan takut, jangan malu, semangat, optimis pasti sembuh. Terus bersama-sama berjuang, kita bisa," lanjut Bryandito Ketua OPT Terbesar Yogyakarta
POP TB Indonesia sebagai SR Tematik mengembangkan Hotline Kesehatan Mental didukung 14 responder hotline kesehatan mental untuk memberikan dukungan psikososial bagi pasien TBC. Mereka juga mengambil peran strategis dalam mendorong adanya mekanisme pemantauan yang menghasilkan tanggapan atau umpan balik dari penyedia layanan maupun pemangku kepentingan sehingga kebutuhan pasien dan atau komunitas bisa dipenuhi.
Hal ini dilakukan dengan pengembangan mekanisme CBMF Website based https://laportbc.id/. Tidak hanya itu, POP TB/SRT telah melatih 34 paralegal yang ditempatkan di Organisasi/Lembaga Penyedia Bantuan Hukum. Tersedianya CBMF dan Hotline Kesehatan Mental menjadi strategi yang komprehensif dalam upaya yang paripurna dalam mendukung kesembuhan pasien TBC serta salah satu perkembangan yang baik dari upaya komunitas dalam penanggulangan TBC.
"Untuk dapat memperluas kebermanfaatan laportbc.id, bertepatan dengan Momentum Hari TBC Sedunia kita melakukan kampanye publik dan pelibatan berbagai pihak untuk bergerak bersama. Titik Nol KM Malioboro berbentuk edukasi TBC, ajakan dukungan kepatuhan pengobatan pasien TBC dan ajakan scan barcode laportbc.id," pungkasnya. (Fxh)
BERITA TERKAIT
Ditangkap! Seorang WNI Mengemis di Kuala Lumpur
Promosi dan Publikasi WBTb Melalui Pengenalan Wayang Animasi
Lunpia Semarang Jadi Legenda Oleh-oleh Mudik Lebaran
Setelah Daging Busuk, Giliran Makanan Berformalin Ditemukan di Pasar Ini
Inilah 3 Kampus Swasta Terbaik di Jateng Versi Unirank, Buruan Daftar!
Pencuri Laptop Jamaah Masjid Ditangkap
Purbalingga Fokus Enam Prioritas Pembangunan Tahun Depan
Biomedis Jadi Ilmu Favorit di Masa Depan
Lurah Sriharjo Kesal, Jalan Ambles di Wunut Belum Diperbaiki
Berbagi Senyum Berkah di Ramadan 2023, JNE Hadirkan Beragam Program
Ramadhan Keliling Dunia Bersama Unissula
Hari Film Nasional: Insan Perfilman Terus Bergerak Wujudkan Merdeka Berbudaya
Disperinaker Sukoharjo Pantau Pembayaran THR Idul Fitri 2023
Innalillahi..Bocah Kembar Terseret Arus Anak Sungai Serang, Begini Kondisinya
1.000 Anak Yatim di Salatiga Terima Santunan Ramadhan
Hujan Angin 'Ngamuk' di Bantul, Belasan Pohon Tumbang Timpa Rumah
Hebatnya Via Vallen, Sediakan Sahur Gratis Selama Bulan Ramadan Full!
Batal Jadi Host Piala Dunia U-20 Presiden Minta Jangan Saling Menyalahkan
Pendataan Ulang Tanah PT KAI di Wonogiri Tanpa Ribut-ribut
UNNES Terima 2.223 Mahasiswa Jalur SNBP
Bentengi Keluarga dari Radikalisme, Kaum Perempuan Perlu Memiliki Kecerdasan Digital