Simak Lur, Indonesia Duduki Kasus TBC Kedua Terbanyak di Dunia

user
Ary B Prass 17 Maret 2023, 19:17 WIB
untitled

SLEMAN - Menurut data Global Tuberculosis Report (GTR), pada 2022 mengestimasikan terdapat 969 kasus kasus tuberkulosis baru di Indonesia. Artinya, setiap 33 detik ada satu orang yang terinfeksi. Ini menempatkan Indonesia sebagai negara kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia setelah India.
Angka tersebut naik 17 persen dari tahun 2020, yaitu 824 ribu kasus. Dimana pada 2021 insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100 ribu penduduk. Artinya setiap 100 ribu orang di Indonesia terdapat 35 orang diantaranya yang menderita TBC.
Untuk angka kematian akibat TBC di Indonesia di tahun 2021 juga mencapai 150 ribu kasus. Atau satu orang setiap 4 menit dan naik 60% dari tahun 2020 dengan 93 ribu kasus kematian akibat TBC. Dengan tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY Setyarini Hestu Lestari, dalam Sosialisasi Dukungan Hotline Kesehatan Mental dan Umpan Balik Pasien TBC [CBMF] di Hotel Grand Tjokro Depok Sleman, Kamis (16/3/2023).
Acara ini diselenggarakan bertepatan dengan momentum Hari TBC Sedunia tahun 2023 yang diperingati setiap tanggal 24 Maret.
Kegiatan diselenggarakan oleh Perhimpunan Organisasi Pasien  [POP TB] Indonesia bersama Sub Recipient [SR] TBC Komunitas Siklus Indonesia dan Yayasan Penyintas Tuberkulosis TERBESAR [Terus Bersama-sama Berjuang] Yogyakarta.
Kegiatan ini mengambil tema Hilangkan Stigma, Dukung Pasien TBC dengan Sepenuh Hati, Dukung Keluarga dengan Pemberian Terapi Pencegahan TBC! Yes We Can!
Selain dari Dinkes DIY, kegiatan juga dihadiri Tim Ahli Klinis TBC Resisten Obat RSUP Dr. Sardjito Nur Rahmi Ananda, Ketua POP TB Indonesia Budi Hermawan dan Koordinator Program TBC Komunitas DIY Siklus Indonesia  Rakhmawati.
"Pada 2022 lalu, DIY baru mencapai 5400 (51,3%) pasien TBC yang ditemukan dan diobati dari estimasi pusat untuk DIY sebanyak 10.531. Cakupan pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada kontak serumah baru mencapai 4,7% dari target nasional 48%.
Enrollment pengobatan pasien TBC Resisten Obat (Kebal Obat) sekitar 81% dan Angka Keberhasilan Pengobatan TBC RO baru mencapai 65%," ujar Rini.
Sementara Tim Ahli Klinis RSUP Dr. Sardjito, Nur Rahm Amanda menuturkan pengobatan TBC RO diberikan selama 9-11 bulan apabila pasien memenuhi syarat untuk pengobatan dengan regimen jangka pendek. Atau 18-22 bulan pada pasien yang tidak memenuhi syarat mendapatkan regimen jangka pendek.
"Obat yang diberikan pun macamnya lebih banyak dan efek samping pengobatannya beragam. Dari ringan (misalnya: mual tanpa muntah, nyeri kaki) maupun efek samping berat (misalnya muntah hebat, gangguan pada saraf sehingga mengganggu aktivitas dan membutuhkan rawat inap)," katanya.
Ia melanjutkan, apabila tidak ditangani dengan baik, efek samping pengobatan bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pasien tidak menuntaskan terapi, kerusakan paru yang menjadi lebih buruk, dan dapat menjadi sumber penularan di komunitas. (Awh)

Kredit

Bagikan