5.556 Anggota  TPK DIY Ikuti Orientasi, Gizi Sehat Tidak Harus Mahal

user
Ary B Prass 19 Maret 2023, 18:47 WIB
untitled

Krjogja.com - WATES – Kepala BKKBN Hasto Wardoyo memberikan arahan secara daring pada pembukaan pelatihan Orientasi Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Gedung Kaca Kompleks Kantor Bupati Kulonprogo, Sabtu (18/3/2023).
Penyelenggaraan pelatihan di Kulonprogo ini merupakan rangkaian dari 111 angkatan pelatihan bagi 5.556 anggota TPK se-DIY dilaksanakan serentak selama Maret di setiap kabupaten/kota.
Hadir dan berbicara lewat daring Shodiqin SH MM (Kepala Perwakilan BKKBN DIY), Akhid Nuryanti SE (Ketua DPRD Kulonprogo), Drs Eka Prayanta (Plt Bappeda Kulonprogo), Ariadi (Kepala Dinas Pemberdayaan dan Desa Pengendalian Penduduk Kulonprogo).
Hasto Wardoyo mengawali pengarahannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar penanganan stunting kepada para bidan dan kader yang mengikuti pelatihan. Peserta sangat antusias berebut menjawab pertanyaan. Selain untuk menunjukkan kemampuan dan wawasan, juga karena setiap jawaban yang benar mendapatkan hadiah dari Kepala BKKBN.
Menurut Hasto, tugas utama TPK adalah mencegah stunting. Konsep pendampingan keluarga oleh TPK merupakan strategi terobosan dari hulu, di mana kegiatan ini belum pernah dilakukan sebelumnya secara masif dan serentak secara nasional. Pendampingan TPK ditujukan kepada keluarga calon pengantin (catin), Pasangan Usia Subur (PUS) hamil, keluarga pasca persalinan dengan baduta (bayi di bawah dua tahun) dan balita.
Mantan Bupati Kulonprogo ini  mengingatkan pemenuhan gizi yang baik tidak perlu mahal. “Ikan lele yang murah dan mudah didapat, bahkan banyak dipiara masyarakat Kulon Progo sebetulnya lebih baik dibanding daging sapi yang harganya jauh lebih mahal,” terang Hasto.
Selain itu telur yang mudah diperoleh dan murah juga baik sebagai sumber protein yang dapat meningkatkan status gizi dan mencegah stunting.
Hasto juga menekankan pentingnya pengasuhan dan pemberian asupan gizi yang benar selama 1000 hari pertama kehidupan seorang anak. 1000 hari ini dihitung sejak terjadinya pembuahan sampai anak berusia 24 bulan.
1000HPK adalah masa krusial bagi perkembangan anak karena stunting hanya bisa dicegah dan diintervensi dengan efektif selama masa ini. “Setelah usia 24 bulan rata-rata tulang tengkorak sudah menutup sempurna sehingga perkembangan otak sudah berhenti atau menjadi sangat lambat” tambah Hasto.
TPK atau Tim Pendamping Keluarga adalah Tim yang dibentuk oleh bupati dan walikota sebagai ujung tombak yang mendeteksi dan mendampingi secara langsung calon pengantin, ibu hamil dan keluarga dengan balita beresiko stunting.
Di DIY terbentuk 1.852 TPK tersebar di seluruh kalurahan. Setiap tim beranggotakan tiga orang dari unsur bidan setempat, kader PKK, dan kader KB.
TPK melaksanakan pendampingan kepada sasaran prioritas pendampingan keluarga yang meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial serta surveilans/pengamatan berkelanjutan untuk mendeteksi dini faktor risiko stunting.
Kepala Dinas Pemberdayaan dan Desa Pengendalian Penduduk dan KB Kulonprogo Ariadi dalam laporan penyelenggaraan kegiatan mengharapkan selain memperoleh penguatan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya, forum orientasi ini juga bisa menjadi sarana tukar menukar pengalaman bagi para anggota TPK lintas desa dan lintas kapanewon.
Sementara itu Plt Kepala Bappeda Eka Pranyata sebelum membuka pelatihan ini mewakili Pj Bupati menyampaikan, upaya penurunan stunting ini secara langsung atau tidak langsung beririsan dengan upaya penurunan angka kemiskinan.
Akar penyebab stunting yang utama kekurangan gizi karena rendahnya pendapatan keluarga. Walau pola makan dan pola asuh turut berperan menyebabkan stunting, namun penyebab terbanyak kasus stunting adalah kekurangan gizi akibat kemiskinan pada keluarga.
TPK bergerak sebagian besar menyasar pada keluarga-keluarga beresiko stunting yang berpendapatan rendah.“Oleh karena itu para anggota TPK sejatinya layak disebut sebagai Pahlawan Kesejahteraan Sosial,” tambah Pranyata.
Motivasi kepada para anggota TPK juga diberikan oleh Akhid Nuryati, Ketua DPRD Kabupaten Kulonprogo. Akhid Nuryati menggugah semangat para anggota TPK dengan mencontohkan Kabupaten Sumedang yang berhasil menurunkan angka stunting tahun 2022 hingga 8,27 persen.
“Siapa yang melakukan upaya (penurunan stunting) ini? Ya TPK, sama seperti ibu-ibu yang hadir di ruangan ini” kata Nuryanti.
Kalau ibu-ibu TPK di Sumedang bisa melakukannya, dirinya yakin ibu-ibu yang mengikuti pelatihan ini juga bisa melakukannya. Nuryanti juga mengajak semuanya untuk meluruskan niat dalam upaya penurunan stunting ini.
Niat yang tulus niscaya menjadi amal tidak hanya bagi Kabupaten Kulon Progo saat ini tetapi juga bisa menjadi amal kebaikan sebagai bekal kelak saat menghadap Yang Kuasa.
HALAMAN

Kredit

Bagikan