Politik Licik dan Kejam Ala Ken Arok, Tega Korbankan Sahabat Sendiri

user
Tomi Sujatmiko 24 Maret 2023, 13:41 WIB
untitled

Krjogja.com - SALATIGA - Strategi politik memperebutkan kekuasaan dengan mengorbankan nasib orang lain bahkan nyawa orang tidak hanya ada di zaman modern, bahkan pada zaman kerajaan di Nusantara ini sering terjadi.

Ketika ambisi kekuasaan dan keserakahan muncul pada diri seseorang maka teman sendiri, sahabat bahkan saudara sendiri pun rela dikorbankan. Salah satu kisah perjalanan politik yang kejam juga terjadi pada zaman berdirinya kerajaan besar bernama Singasari.

Pada sejarah ini muncul nama Ken Arok yang merupakan sosok raja besar di Singasari. Dari sejumlah literasi yang dirangkum Krjogja.com, Ken Arok lahir pada tahun 1104 Saka atau 1182 Masehi. Konon ia adalah anak dari petani miskin bernama Ken Endok yang suaminya seorang brahmana. Mereka tinggal di desa wilayah Tumapel yang mungkin sekarang ini di wilayah antara Kediri dan sekitarnya di Jawa Timur.

Di masa kecil, Ken Arok tidak diasuh oleh kedua orangtuanya karena kondisi ekonomi, lalu ia dibuang dengan harapan bisa diasuh kalangan bangsawan. Namun Ken Arok kecil ini jatuh di tangan seseorang yang kesehariannya sebagai pencuri ulung bernama Lembong. Di bawah asuhan ini, Ken Arok tumbuh menjadi pencuri dan pelaku kejahatan yang cerdik di wilayah Kadipaten dengan Adipati bernama Tunggul Ametung di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan rajanya Kertajaya.

Singkat cerita, Ken Arok pada saat remaja bisa menjadi orang baik dan ksatria jago duel dan sakti diasuh oleh seseorang bernama Lohgawe.Selanjutnya Ken Arok mengabdi ke Adipati Tunggul Ametung yang memiliki istri cantik bernama Ken Dedes. Saat mengabdi ini Ken Arok memiliko sahabat karib bernama Kebo Ijo.

Ken Arok memang sosok yang berambisi kekuasaan dan ingin menjadi raja. Untuk mewujudkan mimpinya ini, ia mendatangi seorang Empu ternama pada zaman itu, Empu Gandring untuk minta tolong dibuatkan keris. Cermin kelicikan dan ambisius inilah membuat Ken Arok nekat, meski keris belum jadi, ia memaksa Empu Gandring menyerahkan keris tersebut. Bukannya berterima kasih kepada Empu Gandring, justru ia malah membunuhnya. Otak licik Ken Arok ini terus berputar ia pun mencari cara untuk membunuh Adipati Tunggul Ametung namun harus tampak bersih dan seakan tidak bersalah.

Selanjutnya anak desa ini menitipkan keris empu gandring kepada sahabatnya sendiri yakni Kebo Ijo, sambil berpesan agar keris ini diakui miliknya. Kebo Ijo senang dan bangga, keris itu sering dibawa kemana-mana bahkan ditunjukkan petinggi istana Tunggul Ametung. Perangkap ini masuk Kebo Ijo, lalu suatu malam Ken Arok mencuri keris itu di rumah Kebo Ijo dan digunakan membunuh Adipati Tunggul Ametung.

Kelicikan juga muncul lagi di otak Ken Arok, keris dibiarkan menancap di dada Tunggul Ametung.
Begitu geger, makan tuduhan bukan ke siapa pun, tentu Kebo Ijo sahabat Ken Arok menjadi tertuduh dan pesakitan karena ia dianggap pemilik keris tersebut.

Politik itu kejam, Ken Arok untuk mencapai kekuasaan ia pun pura pura menjadi pahlawan istana dan membunuh temannya sendiri Kebo Ijo seakan ia menjadi penyelamat Kadipaten Tumapel dari ulah Kebo Ijo. Pada kisah ini Ken Arok bisa menjadi Adipati Tumapel, tahap satu kekuasaan sudah di tangan dan Ken Arok dianggap pahlawan bukan pembunuh. (Sus)

Kredit

Bagikan