Peumda Air Minun Tak Bisa Olah Air Sungai Serayu Keruh

Air Sungai Serayu keruh.(Foto: Ist)
Krjogja.com - BANYUMAS - Perumda Air Minum Tirta Satria Banyumas, Jumat (31/3/2023) tidak bisa memproduksi atau mengolah air Sungai Serayu menjadi air bersih. Kondisi itu disebabkan akibat kekeruhan air Sungai Serayu yang sudah melebihi ambang batas untuk bisa diproduksi.
Direktur Teknik Perumda Air Minum Tirta Satri Banyumas, Wipi Supriyanto saat dikonfirmasi menjelaskan, kekeruhan air Sungai Serayu pada Jumat (31/3/2023) pagi pagi sebesar 5.800 NTU, kemudian dan naik menjadi 5.900 NTU pada pukul 13.00. "Kekeruhan air yang bisa diproduksi menjadi air bersih maksimal 1000 NTU. Sekarang kekeruhanaair Sungai Serayu sudah melebih ambang batas maksimal," kata Wipi.
Dampak dari kekeruhan sungai air Serayu, Pos Intake Perumda Air Minum Tirta Satri Kaliori, dan Pos Intake Pegalongan tidak bisa mengolah air, karena airnya yang tidak memenuhi persyaratan untuk diolah. Kejadian ini berpengaruh pada penyediaan air minum yang dikelola melalui Intake Kaliori sebanyak 6.000 pelanggan. Kemudian Intake Pegalongan ada 12.000 pelanggan di daerah Purwokerto bagian selatan.
Wipi, menambahkan kekeruhan air Sungai yang sudah diatas ambang batas diduga akibat flushing PT PLN Indonesia Mrica Power Banjarnegara."Biasanya kalau PT PLN Indonesia Mrica Power melakukan flushing ada pemberitahuan, tapi kali tidak ada pemberitahuan," ungkapnya.
Baca Juga
Dihubungi melalui telpon Ade Tatang Mulyana Manager Enginering PT PLN Indonesia Power Mrica Power Generation Unit, mengaku terkejut dengan kenaikkan kekeruhan di Sungai Serayu. Karena pihaknya melakukan flushing Kamis (30/3/2023) sekitar pukul13.00, secara terkontrol selama 30 menit dengan debit air sebesar 484 m3 per detik.
Pada 5 menit pertama biasanya akan menggelontorkan 30 ga 50 persen lumpur dan 25 menit berikutnya kandungan lumpur hanya 5% . Sehingga diharapkan tidak mempengaruhi kualitas air sungai. Metode Flushing yang dilaksanakan oleh PT PLN Indonesia Power Mrica Power Generation Unit ada dua.
Yakni netode Flushing time based, yakni pada saat musim hujan dengan intensitas tinggi dilakukan satu kali dalam satu minggu, dan pada musim kemarau satu kali dalam satu bulan. Metode ke dua adalah Flushing berbasis kondisi (Condition Based) yakni flushing akan dilakukan tergantung pada kondisi ketinggian level sedimen didepan intake pungkasnya.
Eddy Wahono pemerhati sungai dan aktivis lingkungan mengaku prihatin dengan kondisi Serayu yang keruh. Ia mengharapkan pihak terkait untuk dapat segera mencari sumber penyebab kekeruhan yang terjadi.(Dri)
BERITA TERKAIT
Kerajinan Kriya Jadi Identitas bangsa
25 Atlet SOIna Ditarget Raih 9 Medali Emas di SOWSG Berlin Jerman
Nenek Napen Jadi Pemilih Tertua di Banyumas
Kinerja Positf, AXA Mandiri Bayarkan Klaim Rp22 Triliun di Tahun 2022
Milenial Loyalis Ganjar Kembangkan Potensi Desa Wisata Grogol Sleman
Pedagang Meluber, Pasar Sentul Mulai Direvitalisasi
Dr Djoko Sutrisno Berikan Kuliah Umum di Universiti Malaysia Pahang
UUS Maybank Indonesia Ikut Ramaikan Pasar Repo
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Komunitas Kretek Adakan Kejuaraan Bulutangkis
SkorLife Raih Pendanaan Tahap Awal Senilai USD 4 Juta
Warriors Inline Club Yogya Juara Umum Piala Kadisporapar Jateng
Takut Ketahuan, Suyono Mutilasi Korban Jadi Enam Bagian
BMM Olah Daging Kurban Jadi Rendang Kaleng
Masyarakat Penghayat Kepercayaan Gelar Ruwatan Popo Sakkalir
Kajari Bantul Setorkan PNPB ke BRI Bantul
Lagi, Kakek Nekat Gantung Diri
Wacana Tiket Home PSS Naik, Ini Suara Hati Suporter
PKP3JH Siaga di Madinah dan Makkah untuk Bantu Jemaah
DPRD Klaten Minta Pendapatan Asli Daerah Ditingkatkan
Popok Bayi Ini Bantu Atasi Ruam Popok Akibat Perubahan Iklim Ekstrem
NasDem : Secara Yuridis MK Sulit Putuskan Proporsional Tertutup