Jelang Idul Adha, Peternak harus Waspada dengan LSD

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Joko Budi Nuryanto
Krjogja.com - TEMANGGUNG - Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Temanggung meminta pada peternak untuk mewaspadai penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi menjelang Idul Adha.
Kepala DKP3 Joko Budi Nuryanto mengatakan LSD merupakan penyakit yang menginfeksi kulit sapi yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Penyakit ini harus diobati sebelum disembelih atau dipotong untuk kurban.
"LSD hanya menyerang sapi, kerbau, dan ruminansia besar lainnya. Sampai saat ini, penyakit LSD ini tidak ditemukan di kambing dan domba," kata Joko Budi Nuryanto, Jumat (26/5).
Dia mengatakan untuk mencegah dan penanganan LSD pihaknya sudah melakukan sosialisasi perlunya pencegahan seperti pentingnya kebersihhan kandang, vaksinasi dan pengobatan.
Dia menyampaikan ada keterbatasan dalam pengadaan vaksin, yang diantaranya susah untuk mendapatkannya. Secara tradisional peternak dapat mencegah dengan menjaga kebersihan kandang, serta mengendalikan vektor, diantaranya dengan pengasapan atau disinvektan.
Bila sapi terkena LSD, kata dia, bisa diobati dengan obat modern maupun tradisional. Cara tradisional yang andal adalah dimandikan atai diolesi dengan rebusan daun sirih atau daun Cangkring yang dibei garam. "Cara ini biasanya, dalam 3 -4 hari sapi sudah menurun gejalanya dan mulai sembuh," kata dia.
Dia mengemukakan kasus LSD di Temanggung tidak banyak dibanding dengan jumlah ternak sapi yang ada. Jumlah ternak sapi di saat ini diperkirakan 30 ribu ekor dan yang terkena berkisar 300 ekor. Itu pun telah sebagian besar telah sembuh.
"Serangan LSD itu yang membuat tidak nyaman peternak," kata dia sembari mengatakan kewaspadaan jangan sampai sapi yang dipotong pada kurban mendatang terkena LSD. Untuk itu harus dicegah sedari awal, atau segera diobati.
Seorang warga Eko mengatakan LSD cukup mengganggu peternak, sebab LSD menyebabkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternak sapi.
Hal ini disebabkan, terang dia, LSD ini menyebar sangat cepat dan menyerang semua jenis sapi. Tidak mengenal umur terutama sapi muda dan sapi pada masa puncak laktasi yang merupakan sapi produktif.
Sapi yang terkena penyakit LSD ini akan mengalami penurunan berat badan yang drastis. Terdapat pula kerusakan permanen pada kulitnya, sehingga terjadi penurunan nilai komersial. (Osy)
BERITA TERKAIT
Tantangan Sustainability Penurunan Stunting, Akankah Tercapai Zero Stunting di 2030?
Persiapan Puncak Haji, Jemaah Haji Lansia Harus Jaga Tenaga
Masih perlukah Pembukaan Fakultas Kedokteran di Pulau Jawa?
Boyolali Jadi Tuan Rumah Temu Donor Darah Sukarela Se-Jateng
Stiker Lindungi Lansia Terpampang di Setiap Sudut Hotel Jemaah Haji
Siap-Siap War! Tiket FIFA Matchday Indonesia vs Argentina Bisa Dibeli Mulai 5 Juni
Mengenal Aplikasi Penghasil Uang Sweatcoin
UGM Jadi Peraih Penghargaan Terbanyak pada Anugerah Merdeka Belajar Tahun 2023
Hanya Potong Pajak, Luhut Bantah Pemerintah Beri Insentif Mobil Listrik
SMKI Nusantara Buktikan Eksistensi Diri
Manfaatkan Lahan Sungai Kering, Polisi dan Warga Tanam Sayuran
Mau Nonton Laga Timnas Indonesia VS Argentina? Segini Harga Tiketnya
Awas! Siklon Tropis Mawar Mengancam Perairan Indonesia
KKP Segel 11,3 Ton Ikan Impor di Palembang
Sah! Ekspor Mineral Mentah Mulai Distop 10 Juni 2023
Di Semarang Bhikkhu Thudong Diterapi Thairopractic
KAI Daop 6 Salurkan Bantuan TJSL untuk Pembangunan Griya Anak Asuh
Lepas Kloter Pertama Embarkasi Kertajati, Ini Pesan Menag
Mahasiswa MTS UJB Praktik Kerja Lapangan di PT ADP
Panggil Dapur Konsumsi Jemaah, Kemenag Ingatkan Sanksi Distribusi Makanan Terlambat
Atlet NSB Raih 'MPV' Dalam Piala Kadisporapar