SEMARANG, KRJOGJA.com - Peran perempuan kerap dipandang sebelah mata. Padahal sebagai ibu rumah tangga, ia memegang peran kunci dalam tata kelola keluarga dan pendidikan.
Sifat perempuan yang cenderung komunal, kooperatif, dan asuh membuat posisinya penting dalam kegiatan bermasyarakat, salah satunya dalam upaya penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan sampah, wabil khusus sampah rumah tangga. Perempuanlah yang mampu menjadi kunci dalam mengendalikan produksi sampah rumah tangga.
Di Kabupaten Semarang, persoalan pengelolaan sampah semakin mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, sekitar 75 persen TPS telah kelebihan muatan, yang menyebabkan tidak semua sampah terdistribusi hingga ke TPA.
Di Desa Randugunting, Kecamatan Bergas misalnya, sebagian warga masih membakar sampah rumah tangga di pekarangan rumah.
“Sampah rumah tangga sebagian besar berasal dari dapur, ada plastik-plastik bekas kemasan makanan, minuman, dan bahan mentah yang disebut sebagai sampah anorganik. Kemudian ada juga sisa makanan matang, sisa buah-buahan, dan sayuran mentah yang tidak ikut termasak, disebut sebagai sampah organik,†jelas Dwi Kuspriyati, Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, dalam kunjungan ke Bank Sampah Randugunting.
Peran perempuan dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga tak lepas dari aktivitas yang mereka lakukan tiap hari.
“Pembelanjaan konsumsi sehari-hari mayoritas dilakukan oleh ibu rumah tangga, jika mereka sudah mempunyai kesadaran mengelola sampah, otomatis anggota keluarga lain akan mengikuti,†tegas Ida, penggerak Bank Sampah (BS) Kebonan Berseri di Desa Randugunting ketika menerima kunjungan dari Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS).
Maria, sekretaris FKWKS menyebutkan, kunjungan di hari Minggu, 20 Maret 2022 lalu dilakukan untuk memberikan dukungan sekaligus apresiasi, terhadap peran perempuan dalam upaya pelestarian lingkungan, memperingati hari perempuan sedunia pada awal Maret lalu.
Melalui bank sampah, Ida mengajak tetangganya memilah sampah menjadi beberapa kelompok, antara lain sampah plastik, kaca, logam, kardus, dan sampah lain yang masih mempunyai nilai jual.
“Pemilahan ini membutuhkan orang yang telaten, sehingga cocok dengan karakter yang dimiliki oleh perempuan†jawab Ida ketika ditanya kenapa mayoritas pengurus BS adalah perempuan oleh rekan media.
Ibu dengan 2 anak ini menambahkan, mayoritas nasabah yang datang menimbang sampah adalah ibu rumah tangga, meski di antara mereka juga aktif bekerja sebagai karyawan pabrik atau wirausaha. Pada usianya yang ke 44, Ida masih terlihat penuh semangat dalam menjalani berbagai peran lingkungan tempat tinggalnya.
Untuk mendukung suaminya yang terpilih menjadi ketua RW di tahun lalu, ia juga aktif dalam program pengembangan desanya agar dapat mandiri melalui edukasi penanaman sayuran dengan sistem aquaponik. Sedangkan untuk mendukung ekonomi keluarganya, Ida sedang mengembangkan usaha katering miliknya yang seringkali kebanjiran order. “Awalnya dari hobi memasak, Alhamdulilah ternyata banyak yang cocok,†tutur Ida sambil tersenyum.
Dengan kesibukannya, terkadang jadwal penimbangan sampah disesuaikan dengan jadwal pesanan usaha kateringnya.
“Yang penting disiplin dan berkomitmen dalam mengatur waktu, jangan hanya mementingkan satu sisi saja†imbuhnya. Sampah yang telah dipilah nasabah, selanjutnya dibeli oleh pengepul dan hasilnya digunakan untuk kepentingan warga seperti pembuatan taman desa, atau sebagai tabungan yang dibagikan saat menjelang Hari Raya.