YOGYA, KRJOGJA.com - Di tengah isu divestasi dan pengalihan kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), beberapa isu muncul menyerang Freeport. Tak jarang, isu tersebut tak memiliki basis argumen dan dilontarkan begitu saja di media atau di masyarakat.
Hal tersebutlah yang kemudian dikeluhkan Mukhlis, Tax Manager Freeport. Bahwa stigma yang muncul di masyarakat menjadi kontraproduktif bagi keberlangsungan usaha pertanbangan indonesia.
"Kami ini diklaim produksi 726 juta ton emas di koran Kompas. Padahal produksi seluruh perusahaan emas di dunia pun, ditulis di Majalah Gold Council, tiap tahunnya hanya 2.500 ton," ungkapnya dalam kuliah umum di UGM, Rabu (09/03/2017).
Isu membesar-besarkan usaha Freeport juga seringkali dikaitkan dengan bentuk tambang. Banyak masyarakat dan artikel di media yang menggambarkan Freeport menambang gunung emas dan selalu untung besar.
Padahal menurut Mukhlis, yang ditambang Freeport adalah perusahaan bijih besi (ore) dan konsentrat. Kandungan emas dalam ore tersebut sejumlah empat per million. Jadi setiap satu ton ore, hanya empat miligram emas yang bisa diperoleh.
Diseminasi pengetahuan tambang dan sosialisasi, menurut Mukhlis, menjadi penting untuk diperhatikan baik Freeport, pemerintah, maupun masyarakat agar semua menjadi lebih paham duduk perkara industri tambang.
"Agar tak berlebihan, menyampaikan fakta, dan saling bahu membahu membangun negeri," pungkasnya. (Mg-21)