• Sabtu, 23 September 2023

Inflasi Meningkat Indikasi Positif Perekonomian DIY

- Selasa, 3 Agustus 2021 | 18:15 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Perekonomian DIY terindikasi masih cukup kuat, meskipun sedikit tertahan akibat pembatasan aktivitas dalam kurun waktu sebulan dari penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sampai PPKM Level 4. Hal ini terindikasi dari inflasi DIY pada Juli 2021 tercatat meningkat 0,11 persen (mtm).

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Miyono mengatakan kondisi PPKM Darurat yang dilanjut dengan PPKM Level 4 sangat penting dilakukan untuk mengurangi penyebaran Covid-19, utamanya dari varian delta. Walaupun kebijakan PPKM ini memiliki konsekuensi terhadap penurunan aktivitas ekonomi DIY dan Nasional.

"Bila diakumulasi dari awal tahun, inflasi DIY telah mencapai 1,00 persen (ytd), tertinggi kedua di Jawa setelah Jawa Timur sebesar 1,06 persen (ytd).  Peningkatan inflasi DIY pada Juli 2021 ini menjadi indikator yang positif," katanya di Yogyakarta, Selasa (3/8/2021).

Miyono menyatakan setidaknya tingkat inflasi DIY ini dapat menjadi leading indicator terhadap dua hal, yakni pertama daya beli masyarakat DIY masih cukup kuat dan kedua tingkat harga di level eceran juga masih stabil. Dari sisi daya beli, inflasi inti (core inflation) tercatat terus mengalami peningkatan. Capaian inflasi inti DIY apabila di akumulasi dari Januari sampai Juli 2021 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2020 lalu.

"Jika dilihat lebih rinci, komponen pendorong inflasi inti pada 2021 juga semakin bervariasi. Pada 2020 lalu, 18 persen inflasi inti ditopang oleh kenaikan harga emas perhiasan, yang utamanya dipengaruhi faktor global. Sementara pada 2021, emas perhiasan mengalami tren penurunan dan kenaikan inflasi inti saat ini lebih didorong dari sisi konsumsi," tuturnya.

Namun demikian, Miyono menegaskan perbaikan inflasi inti ini masih tertahan faktor ekspektasi. Berdasarkan survei BI dalam Survei Konsumen, sepanjang Juli 2021 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level 77,3 atau di bawah 100, yang mengindikasikan ekspektasi konsumen cenderung pesimis. Pihaknya meyakini ekspektasi ini bersifat temporer dan akan kembali meningkat ketika penyebaran Covid-19 dapat segera terkendali.

"Dari sisi stabilitas harga, kenaikan inflasi pangan bergejolak pada Juli 2021 berdampak positif terhadap produsen. Secara siklus, pada 2021 Indonesia mengalami musim kemarau basah, yang umumnya produksi tanaman pangan ataupun hortikultura akan cenderung tinggi, dengan serapan yang kurang memadai, sehingga terjadi penurunan harga komoditas pangan dalam 3 sampai 4 bulan terakhir," jelasnya.

Melihat perkembangan terkini, BI meyakini capaian inflasi DIY masih sesuai target. Tingkat inflasi DIY masih berada pada batas bawah dari sasarannya yakni 3±1 persen (yoy) dalam 4 bulan yang tersisa pada 2021 ini. Capaian sasaran ini menjadi penting untuk menjaga pertumbuhan riil ekonomi Indonesia. (Ira)

Editor: Ary B Prass

Tags

Terkini

Suku Bunga Acuan Diramalkan Tetap Hingga Akhir Tahun

Jumat, 22 September 2023 | 15:50 WIB

BTN Pasarkan Produk UMKM ke China

Jumat, 22 September 2023 | 02:10 WIB

Ekonomi China Loyo, Gimana Nasib Ekspor Indonesia?

Kamis, 21 September 2023 | 22:35 WIB

Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Gelorakan UMKM

Kamis, 21 September 2023 | 10:44 WIB

Jogja Trade Expo 2023: Cantik, Unik dan Menarik

Rabu, 20 September 2023 | 20:20 WIB
X