2018, Jasa Raharja Berikan Santunan Rp 2,56 Triliun

user
tomi 23 April 2019, 18:12 WIB
untitled

JAKARTA, KRJOGJA.com--Sepanjang tahun 2018 PT. Jasa Raharja (Persero) telah memberikan santunan kepada korban kecelakaan semua moda transportasi sebesar Rp 2,56 triliun. Jumlah ini meningkat 29% dibanding tahun 2017 yang mencapai Rp 1,98 triliun.


"Santunan yang dibayarkan meningkat karena jumlah kecelakaan yang masih tinggi," ujar Direktur Utama PT. Jasa Raharja (Persero), Budi Rahardjo Slamet di Jakarta, Selasa (23/04/2019).


Budi mengatakan, jumlah kecelakaan di Indonesia masih cukup tinggi dengan angka kematian sekitar 4-6 orang per jam. Dari catatan yang diperoleh setiap tahun jumlah korban meninggal rata-rata 24.000 orang dan korban luka rata-rata 100.000 orang.


"Berdasarkan statistik, selama 2018 perusahaan memberikan santunan kepada keluarga meninggal sebesar Rp 1,41 triliun dan untuk korban luka-luka sebesar Rp 1,16 triliun," jelas Budi.


Indikasi kenaikan jumlah santunan juga terlihat di tahun 2019 ini. Pada triwulan I 2019, Jasa Raharja telah menyerahkan santunan kepada korban kecelakaan sebesar Rp 614,41 miliar, atau naik 5,5% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 582,11 miliar.


Korban yang diberikan santunan adalah mereka yang kecelakaan luka maupun meninggal di darat, laut maupun udara yang tersebar di seluruh daerah. Dari sejumlah santunan kepada korban terbanyak atau sekitar 70% dialami kecelakaan darat, terutama kecelakaan bus.


Budi mengungkapkan, selain tingginya jumlah kecelakaan, kenaikan santunan yang disalurkan Jasa Raharja juga terjadi karena Kementerian Keuangan mengeluarkan aturan baru tentang besaran jumlah santunan yang harus dibayarkan. Aturan ini diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 2017 dan berlaku sejak 1 Juni tahun lalu.


Terkait dengan perannya sebagai perusahaan asuransi negara, Budi mengatakan, PT Jasa Raharja menyadari tantangan zaman di masa depan semakin kompleks. Tantangan tersebut meliputi sektor teknologi, tren budaya, dan tren ekonomi. 


"Jasa Raharja harus tanggap dengan perkembangan sektor teknologi yang begitu pesat. Saat ini tren teknologi telah mengarah pada transportasi daring, big data, dan pembayaran elektronik," kata Budi.


Orientasi perusahaan dalam menangani korban kecelakaan juga sudah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika dahulu perusahaan bersikap pasif menunggu laporan kecelakaan dari ahli waris, namun sekarang perusahaan aktif mendatangi lokasi kecelakaan dan menanyakan keluarga atau ahli waris korban.


“Jadi sekarang kantor Jasa Raharja banyak yang sepi, karena karyawannya banyak yang berkeliaran mendatangi lokasi kecelakaan atau rumah sakit. Kalau kantor Jasa Raharja ramai justru itu menunjukkan kinerja yang tidak baik,” kata Budi.


Budi menegaskan, jika tidak mau tergilas dengan kemajuan zaman, maka Jasa Raharja harus bisa menyesuaikan. "Kita harus cepat tanggap terhadap perkembangan yang ada. Tren ekonomi kini juga telah berubah. Saat ini banyak bermunculan start up - start up baru. Kemudian, banyak pula model bisnis yang berbasis kemitraan,” ungkapnya. (Imd)

Kredit

Bagikan