Waspadai Peningkatan Inflasi dan Second Round Effect

user
Danar W 04 November 2022, 14:50 WIB
untitled

Krjogja.com - YOGYA - Tantangan terberat perekonomian saat ini adalah peningkatan inflasi. Peningkatan aktivitas ekonomi tersebut, berdampak pada meningkatnya kebutuhan pangan, baik untuk konsumsi lokal maupun konsumsi wisatawan. Di sisi lainnya, produksi pangan terhambat dampak penurunan produksi tahun sebelumnya serta faktor cuaca yang menyebabkan beberapa komoditas mengalami penurunan produksi.

"Di tengah pertumbuhan ekonomi DIY yang membaik, perlu diwaspadai mengenai faktor yang dapat menjadi menahan pemulihan ekonomi yang lebih tinggi. Tekanan inflasi terakselerasi imbas penyesuaian harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga bensin dan sektor angkutan meski tertahan deflasi komoditas hortikultura," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Budiharto Setyawan di Yogyakarta, Jumat (4/11/2022).

Budi menyatakan tercatat di bulan Oktober inflasi bulanan (mtm) DIY mencapai 0,11 %. Dengan kondisi demikian inflasi DIY hingga Oktober 2022 telah mencapai 6,67% (YoY) atau secara kumulatif Januari-Oktober mencapai 5,45% (YtD). Lebih tinggi dari pencapaian inflasi nasional 5,71% (yoy). Menurut disagregasinya (yoy), tekanan inflasi terjadi pada semua komponen dengan kenaikan tertinggi pada Administered Prices (AP)sebesar 14,84% dan Volatile Food (VF)sebesar 10,18% diikuti inflasi inti 3,96% yang meski berada pada range 3+1 % namun cenderung meningkat.

"Jika melihat pada inflasi Volatile Food, komoditas Beras sebagai penyumbang terbesar pada kelompok VF tersebut. Selain berpengaruh pada sektor pertanian, kenaikan harga BBM berdampak kepada pertumbuhan ekonomi di DIY secara keseluruhan," tandasnya.

Lebih lanjut Budi menegaskan dampak kenaikan BBM akan tertransmisi pada kenaikan tarif kendaraan umum, angkutan barang dan penggunaannya oleh kalangan menengah kebawah. Secara tidak langsung, dampak kenaikan BBM akan meningkatkan ekspektasi inflasi yang dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang kemudian dampaknya pada sejumlah komoditas inflasi inti.

"Berpijak dari perkembangan tersebut di atas, prospek inflasi untuk berada pada range target 3 + 1 % menjadi tantangan yang berat. Beberapa faktor pendorong peningkatan inflasi ke depan diperkirakan berasal dari second round effect penyesuaian harga BBM, peningkatan ekspektasi inflasi, peningkatan belanja pemerintah dan swasta akhir tahun, serta momen HBKN dan Nataru," pungkasnya. (Ira)

Kredit

Bagikan