Tujuh Emiten Asal DIY Go Public, Dorong Pasar Modal Daerah

user
Tomi Sujatmiko 12 Januari 2023, 17:05 WIB
untitled

Krjogja.com - YOGYA - Tujuh emiten asal DIY yaitu PT Andalan Perkasa Abadi Tbk (NASA), Global Sukses Solusi (RUNS), Eastparc Hotel (EAST), Sinergi Megah Internusa (NUSA), Indo Boga Sukses (IBOS). Saraswanti Indoland Development (SWID) dan PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) sukses go public alias melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini.

Perusahaan properti, perusahaan food and beverages hingga perusahaan startup teknologi yang telah tercatat dalam Papan Pengembangan BEI tersebut akan mendapatkan berbagai macam manfaat luar biasa dari berbagai sisi termasuk kenaikan atau pertumbuhan harga saham itu sendiri.

Kepala Perwakilan BEI DIY Irfan Noor Riza mengatakan jumlah emiten di DIY semakin bertambah setiap waktu seiring meningkatnya jumlah pertumbuhan investor. Menyusul tujuh emiten yang telah melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) tersebut, bakal ada satu hingga dua emiten dari DIY yang segera menyusul melantai di pasar bursa pada 2023 ini..

"Pasar modal sebenarnya mempunyai dua sisi, di satu merupakan wahana investasi dan disisi lain wahana pendanaan bagi dunia usaha salah satunya melalui listing di bursa. Target kami di tahun 2023 ini paling tidak ada 1 hingga 2 perusahaan lagi dari DIY yang mengikuti jejak melantai di BEI," ujarnya , Kamis (12/1).

Irfan menyampaikan dengan semakin banyak perusahaan maupun UMKM yang melantai di pasar bursa maka diharapkan dapat lebih menumbuhkembangkan Pasar Modal di DIY. Selain itu,sebenarnya belum banyak memang yang mengetahui cara melantai di bursa sehingga perlu ditingkatkan sosialisasinya lebih luas.

"Kita ada beberapa papan pencatatan bagi emiten yaitu Papan Akselerasi, Papan Pengembangan, Papan Utama dan Papan New Economy khusus bagi start up nantinya. UMKM biasanya kita wadahi di Papan Akselerasi yang syarat nett tangible asetnya minimal di bawah Rp 5 miliar. UMKM bisa masuk itu hanya saja harus berstatus Perseroan Terbatas (PT) namun sayangnya masih banyak yang berstatus UD, CV dan lainnya," tuturnya.

Perihal laporan keuangannya, imbuh Irfan tidak harus untung, yang penting perusahaan tersebut masih berpotensi untung di beberapa bulan atau tahun berikutnya. Papan pencatatan ini untuk mengklasifikasi usaha tersebut masuk kategori apa, contohnya di DIY yang mayoritas adalah UMKM maka masuk ke Papan Akselerasi atau Papan Pengembangan. Dari tujuh emiten di DIY yang telah listing di bursa tersebut masuk Papan Akselerasi dan Papan Pengembangan, belum ada yang masuk di Papan Utama.

" Untuk itu, kita menargetkan pengembangan pasar modal dengan bertambahnya investor, emiten dan SDM pasar modal. Guna menumbuhkan investor,kita harus bergandengan tangan pihak kampus dengan mendirikan Galeri Investasi (GI). Termasuk dalam menumbuhkan emiten pun kita bergandengan dengan GI" tandasnya.(Ira)

Lebih lanjut, Irfan mengungkapkan manfaat go public sendiri dari sisi pendanaan dapat pendanaan bagi usahanya dan dari sisi branding maka emiten akan menjadi fokus sorotan minimal para investornya. Dari sisi investornya paling tidak mempunyai rasa memiliki dan informasi yang emiten keluarkan bisa kita bagikan ke khalayak luas melalui jejaring media massa nasional. (Ira)

Kredit

Bagikan