BI Perkuat Sinergi Kebijakan Dengan KSSK

user
Ary B Prass 19 Maret 2023, 14:37 WIB
untitled

Krjogja.com -

SLEMAN -  Sinergi kebijakan antara Bank Indonesia (BI) dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sektor keuangan.

Juga mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha khususnya pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan ekspor,  serta meningkatkan ekonomi dan keuangan inklusif dan hijau.

BI dan KSSK terus menanamkan pemahaman perekonomian Indonesia dalam kondisi stabil dan mampu menahan gejolak pasca bangkrutnya tiga bank Amerika Serikat (AS) yaitu Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank dan Signature Bank.

“ Penting bagi kami menyampaikan kepada pasar bahwa kolapsnya SVB itu tidak berdampak besar. Penting menjaga ekspektasi pasar agar sistem keuangan tetap stabil dan berdaya tahan hingga saat ini. BI akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Firman Mochtar.

Hal ini dikatakan Firman saat memberikan materi dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi Media Massa BI di Yogyakarta, Sabtu (18/3/2023). Turut  memberikan materi yakni Kepala Ekonom BCA David Sumual  dan Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Ramdan Denny Prakoso yang dimoderatori Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.

Firman menyampaikan dampak jatuhnya tiga bank AS tersebut tidak besar bagi perekonomian dan sistem keuangan lantaran paparan Indonesia terhadap tiga bank itu tidak banyak. Selain itu, industri perbankan Indonesia dalam kondisi kuat dari dalam.

Intermediasi perbankan terus meningkat hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi. Ketahanan sistem keuangan khususnya perbankan tetap terjaga baik dari sisi permodalan, risiko kredit maupun likuiditas.

“Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,88% pada Januari 2023. Risiko kredit juga terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang rendah 2,59% (bruto) dan 0,76% (neto) pada Januari 2023,” katanya.

Selanjutnya, Firman mengatakan likuiditas perbankan pada Februari 2023 terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,18% (yoy).

Berbagai kondisi tersebut menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga diperkirakan kinerjanya tidak terdampak  langsung oleh dinamika penutupan tiga bank di AS. Hasil stress test BI juga menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat.

“Secara umum, kondisi perbankan dalam negeri memang baik. Apabila kondisinya baik, pasti keyakinan pasar juga baik. Sehingga kami ingin jaga terus hal ini,” imbuhnya.

Intermediasi perbankan terus meningkat sehingga mampu mendukung upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit perbankan Februari 2023 kembali naik pada seluruh sektor ekonomi dari 10,53% (yoy) pada Januari 2023 menjadi 10,64% (yoy).

Pembiayaan pada perbankan syariah juga tumbuh lebih tinggi mencapai 20,13% (yoy). Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah mencapai Rp5,87 triliun hingga akhir Februari 2023.

“Kredit yang tinggi didorong oleh tersedianya sisi penawaran sejalan dengan kondisi likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit perbankan yang longgar. Sementara dari sisi permintaan, kenaikan pembiayaan  ditopang oleh permintaan korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik,” tandas Firman.

Di samping kebijakan likuiditas longgar yang ditempuh BI, peningkatan pembiayaan juga didukung insentif Makroprudensial berupa pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit kepada sektor prioritas dan inklusif.

“Kolapsnya SVB memberi pelajaran pentingnya mengelola ekspektasi. Dalam hal ini, kami mengapresiasi otoritas yang cepat memberikan keterangan kepada pasar bahwa kondisi sistem keuangan Indonesia stabil. Hal ini menjaga kepercayaan pasar sehingga pasar betul-betul bisa tetap stabil,” ungkap Kepala Ekonom BCA David Sumual. (Ira)

Kredit

Bagikan